Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Langkah Yayuk Di Rumah Sendiri

Yayuk basuki, petenis profesional batal mengikuti piala danamon. Tuntutan uang kompensasi us$ 10.000 tak terpenuhi, pelti tak punya duit. tahun depan, yayuk dikontrak spectrum.

24 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH ribut-ribut soal profesionalisme dan nasionalisme, akhirnya petenis Yayuk Basuki batal turun di Piala Danamon, yang akan digelar pada 26 Oktober sampai 1 November nanti. Ketua Umum PB Pelti Cosmas Batubara dengan resmi mengumumkan pengunduran diri Yayuk itu, Sabtu pekan lalu. Ia tak bisa tampil karena harus menunggui ibunya yang dirawat di RSPAD, Jakarta. Sudah sepekan ini Yayuk menunggui ibunya yang sakit liver. Selama itu pula ia tak pernah latihan. "Saya tak bisa konsentrasi," katanya. Sebelumnya, Yayuk me ngemukakan akan tampil di Piala Danamon jika diberi uang kompensasi US$ 10.000 AS dan board and lodging. Yayuk sempat kecewa karena permintaannya itu diramaikan media massa. Ia tambah kesal karena dikaitkan dengan nasiolismenya. "Nasionalisme saya tak kalah dengan mereka yang merasa lebih nasionalistis dari saya," katanya. Ini memang kasus baru. Soalnya, baru kali ini Indonesia punya petenis pro. Adalah PB Pelti yang memintanya ikut turnamen Challenger Piala Danamon berhadiah US$ 50.000. Menurut pihak Pelti, sebagai "bapak" tak ada salahnya jika mengajak Yayuk meramaikan turnamen itu. Sayang niat "merangkul" itu tak mulus, meski yang bersang kutan pernah mengikuti turnamen serupa, Januari 1991, dalam Garuda Super. Masalahnya, kini arena itu tak layak diikuti Yayuk, yang berperingkat 48 WTA. Sesuai dengan ketentuan WTA, posisi di 50 besar dunia hanya boleh mengikuti pertandingan yang berhadiah di atas US$ 100.000. Namun, Pelti tetap berharap Yayuk bisa tampil. Maksudnya, agar ia menjadi pemicu pemain lainnya. "Cita-cita Pelti, di akhir abad ini kita mempunyai tiga juta pemain," kata Eddy Katimansah, Sekjen PB Pelti. Repotnya, sebagai pemain pro, Yayuk tidak mau merusak etika pro yang mulai tumbuh. Ia ingin membiasakan iklim agar atlet pro dihargai oleh Pelti. "Dulu saya didorong-dorong supaya profesional, sekarang saya sudah profesional malah diperlakukan seperti amatir," kata Yayuk. Karena itu, Yayuk mengajukan dua syarat: uang kompensasi dan board and lodging. Permintaan ini tak mengada-ada. Sewaktu turnamen Garuda Super dulu, pemain Austria yang diundang juga memperoleh fasilitas serupa, plus tiket pesawat pulang-pergi. Tawaran uang itu, kata Yayuk, bukan harga mati. Sebagian uang itu akan masuk ke klubnya, Pelita Jaya. Selain dua hal pokok tadi, Yayuk minta agar PB Pelti menguruskan izin ke WTA agar ia tidak terkena sanksi penurunan nilai jika kalah bertanding. Tapi, sebelum muncul kata sepakat dengan Pelti, ada yang menuduh Yayuk dan Pelita terlalu komersial. Manajer Pelita Jaya, Ade Wicaksono, tak mau dituduh begitu. "Kita tak boleh mengabaikan kode etik profesionalisme," kata Ade. Jumlah uang penampilan itu, kata Ade, bukan ditetapkan serampangan. Sewaktu main di Hong Kong beberapa waktu lalu, Yayuk pun menerima US$ 10.000 (di Piala Danamon jika menang Yayuk mendapat US$ 8.800). Selain itu, di Hong Kong, ia diberi fasilitas hotel bintang lima, plus sedan Mercy yang siap mengantarkan ke mana saja. "Dia dihormati oleh bangsa lain. Masa, sama bangsa sendiri dilirik pun tidak," kata Ade kepada M.D. Adjie dari TEMPO. Apalagi kesediaan Yayuk mengikuti Piala Danamon tersebut sudah dibarengi dengan pembatalan keikut sertaannya di dua turnamen besar masing-masing ber hadiah US$ 150.000 di Puerto Rico (19 Oktober) dan di Indianapolis, AS (9 November). Pelti beranggapan bahwa uang penampilan itu wajar saja, tapi kesanggupannya hanya US$ 5.000, karena Pelti sedang kesulitan uang. "Kalau bapaknya dalam situasi prihatin, masa kita harus menjual rumah hanya untuk memberi bonus ke anak," kata Eddy Katimansah, berumpama. Soal akomodasi, panitia memang tak menyediakan. Nah, kalau satu peserta diberi, yang lain akan meminta pula. Ini bisa repot. Adapun pengurusan izin ke WTA tak ada masalah. Alasan Pelti bahwa pemberian fasilitas board and lodging buat Yayuk dan pelatihnya bisa membuat peserta lain cemburu, kata Ade, itu tidak betul. "Saya kira tidak ada kata cemburu," katanya. Dalam dunia pro, tak dikenal kecemburuan sosial. Siapa yang bekerja keras, dia akan mendapatkan sesuai dengan porsinya. Tapi, untunglah, pro dan kontra soal ini sudah berakhir dengan alasan tadi itu: ibu Yayuk sakit. Di luar masalah itu, ada berita gembira yang layak dicatat: Yayuk akan dikontrak Spectrum, suatu badan manajemen profesional yang bermarkas di Hong Kong. Kontrak itu akan ditandatangani 1 Januari 1993. Begitu kontrak tersebut diteken, Yayuk langsung menerima US$ 100.000, dan enam bulan kemudian akan menerima lagi dalam jumlah sama. Nantinya, Spectrum mengelola pertandingan, sedangkan Pelita hanya sebagai "pengelola pribadi Yayuk". Jika Yayuk mengikuti pertandingan, pembagian hadiah yang di terima Pelita (Yayuk) dengan Spectrum adalah 85:15. Adapun bagi hasil uang kontrak dengan sponsor adalah 80% untuk Pelita dan 20% untuk Spectrum. Turnamen pertama Yayuk dalam pengelolaan Spectrum adalah berek shibisi melawan Gabriella Sabatini dari Argentina, 1 Februari 1993. "Buat pemain top peringkat seratus, memiliki agen untuk mengatur segalanya adalah biasa," kata Yayuk. Apakah di tangan Spectrum prestasinya bakal mencuat? Yayuk tak menjanjikan apa-apa. Soalnya, di peringkat 20 sampai 100, kemampuan pemainnya merata dan labil. "Seperti saya ini, masih labil," katanya. Tapi, paling tidak langkah pro-nya benar-benar telah profesional, termasuk soal tuntutan uang penampilan itu. Widi Yarmanto dan Bambang Sujatmoko (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus