"SAYA semula tidak percaya. Menerima pemberitahuan ini seperti setengah bermimpi," begitu kata Dokter Edwin G. Krebs, ketika pagi itu rumahnya diketuk seorang fotografer. Ia dikabarkan sebagai salah seorang peraih Hadiah Nobel di bidang kedokteran. Ini bisa dimaklumi karena pendengarannya kurang baik, sehingga dering telepon yang masuk ke rumahnya di daerah Seattle, Amerika Serikat, tidak didengar Krebs. Padahal, salah satu dari telepon itu berasal dari panitia Hadiah Nobel di Stockholm, Swedia. Edwin G. Krebs bersama sejawatnya, Dokter Edmond H. Fischer, tahun ini dinyatakan meraih Nobel bidang kedokteran. Menurut dewan juri di Institut Karolinska, Stockholm, yang mengumumkan pemenangnya Senin pekan lalu, dua bersahabat ini telah berhasil menemukan pengaturan mekanisme protein sel. "Penelitian mereka meliputi hampir seluruh proses yang penting bagi kehidupan," demikian salah satu pertimbangan dewan juri Nobel. Bagi Fischer penghargaan itu juga mengejutkan. "Ini sungguh tidak saya sangka. Begitu banyak penelitian yang bagus di bidang biokimia. Saya heran, kenapa saya yang terpilih," katanya di tempat kediamannya kepada wartawan kantor berita Reuters yang mewawancarainya lewat telepon. "Saya terkejut, senang, dan tidak mampu mengatakan apa-apa," ujarnya. Krebs dan Fischer menemukan segolongan enzim penting yang disebut protein kinase. Enzim tersebut yang mengendalikan kerja protein dalam sel hidup. Protein merupakan sarana bagi organisme hidup yang mendorong pertumbuhan dan pembelahan sel, mengeluarkan hormon, mempengaruhi kerja dan kondisi otot. Protein kinase mengatur metabolisme sel dengan mengubah protein dari bentuk tidak aktif menjadi aktif. Protein ini bekerja dengan mempercepat proses kimia lewat penyatuannya dengan fosfor. Kegiatan ini bagaikan tombol kehidupan yang menghidupkan dan memadamkan berbagai fungsi biologis dalam sel, termasuk penguraian lemak dan pengadaan energi kimia. Proses penambahan fosfor ke dalam protein disebut fosforilasi. Dalam penelitian selanjutnya, Fischer dan Krebs memperlihatkan bahwa fosforilasi protein juga mengatur pengiriman informasi dari hormon dan obat-obatan ke pusat reaksi biokimia dalam sel. "Tahap demi tahap terbukti bahwa fosforilasi protein membentuk mekanisme dasar yang mempengaruhi seluruh fungsi sel," kata panitia Nobel. Kemudian dewan juri menyebutkan, hasil temuan mereka itu akan mampu membuka jalan para peneliti tentang rahasia protein lebih lanjut. Antara lain tentang fungsi glikogen dalam tubuh, sistem penolakan organ transplantasi, dan perkembangan terjadinya kanker. Ternyata Krebs dan Fischer juga menemukan berbagai enzim yang mengatalisatorkan berbagai pembentukan energi di dalam tubuh. Dengan temuan itu pemahaman manusia terhadap berbagai proses yang terjadi dalam tubuhnya memang menjadi lebih mudah. Penemuan mereka, menurut panitia Nobel, mampu menggugah timbulnya penelitian di bidang lain. Dan yang penting lagi, dapat mengarah pada pengembangan obat-obatan untuk berbagai penyakit. Menurut Philip Fialkow, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Washington, mereka tidak hanya sebagai penemu terkemuka yang layak menerima penghargaan terhormat itu. "Kedua peneliti ini merupakan ilmuwan teladan," katanya. Dua peneliti yang bekerja sama dalam satu laboratorium ini sebenarnya lahir dari tempat yang jauh berbeda. Fischer yang berdarah Swiss itu lahir di Shanghai, Cina, 72 tahun silam. Ia meraih gelar doktor bidang kimia di Universitas Jenewa, Swiss. Kemudian pada tahun 1953 Fischer pindah ke Institut Teknologi California. Setelah setahun di sana, ia bergabung dengan Krebs di Universitas Washington. Lahir di Iowa, AS, Krebs dua tahun lebih tua dari Fischer. Ia ini sarjana muda kimia di Universitas Illinois, Urbana. Gelar dokter diraihnya di Universitas Washington, St. Louis. Sesudah praktek sebagai dokter penyakit dalam, Krebs memutuskan untuk menekuni kariernya sebagai peneliti. Ia kembali ke St. Louis untuk bekerja sama dengan ilmuwan Carl F. Cori dan Gerti T. Cori -- pasangan suamiistri yang meraih Nobel kedokteran tahun 1947 yang meneliti tentang metabolisme karbohidrat dan enzim. Kerja sama Krebs dan Fischer agaknya mengacu pada penelitian mereka. Pasangan Cori menemukan bahwa fosforilasi dan enzim memegang peranan penting dalam membantu otot yang sedang beristirahat untuk memperoleh energi dari glukosa. Glukosa adalah gula yang digunakan sel otot untuk berkontraksi. Enzim-enzim inilah yang dipelajari Fischer dan Krebs, yang disebut berperan menguraikan glikogen menjadi glukosa dalam tubuh. Fischer dan Krebs telah bekerja sama di Universitas Washington selama empat puluh tahun. Dengan rajin mereka mempublikasikan karya-karya bersama itu. Dan keduanya mulai meneliti proses pengaturan protein pada sel tubuh itu pada pertengahan tahun 1950. Dengan berhasilnya meraih Hadiah Nobel itu, mereka mengantongi uang US$ 1,2 juta atau sekitar Rp 2,4 milyar. "Dan kami berdua akan terus bekerja sama," kata Fischer. Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini