Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sprinter Botswana, Letsile Tebogo, terus memetik kemenangan sejak meraih medali emas Olimpiade Paris 2024.
Ia berlatih atletik sejak umur 6 tahun dan sempat ingin jadi pemain sepak bola.
Tebogo mempersembahkan medali emas Olimpiade Paris untuk mendiang ibunya.
LETSILE Tebogo ibarat komet yang terus melesat. Sejak menyabet medali emas Olimpiade Paris 2024 di nomor 200 meter putra pada bulan lalu, sprinter Botswana ini mendominasi semua kompetisi yang dia ikuti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam Diamond League, kompetisi tahunan atlet elite atletik dunia—dulu Asosiasi Internasional Federasi Atletik, IAAF—di Zurich, Swiss, pada 5 September 2024, dia mendominasi nomor 200 meter putra dengan catatan waktu 19,55 detik. Dia mengalahkan sederet sprinter elite Amerika Serikat, termasuk Kenny Bednarek, peraih medali perak di nomor 200 meter putra Olimpiade Paris. Tiga hari berikutnya, Letsile Tebogo kembali menjadi yang tercepat di nomor yang sama dalam pembukaan Grand Prix Brescia, yang mempertemukan 16 peraih medali Olimpiade Paris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat reporter bertanya tentang motivasi di balik kemenangan beruntun tersebut, seperti dilaporkan Sportskeeda, Tebogo sembari tersenyum menggerakkan jari-jari tangannya, menunjukkan simbol uang. Fulus, tentu saja, mengalir ke pundi-pundinya. Namun semua paham bahwa Tebogo sedang bercanda.
Pelari Letsile Tebogo dari Botswana saat menang di nomor 200m putra di Stadion Letzigrund, Zurich, Swiss, 5 September 2024. REUTERS/Denis Balibouse
Bisa jadi, Tebogo mengikuti jejak idolanya, Usain Bolt sang legenda, yang suka bercanda dan menyombongkan diri. Noah Lyles, sprinter terbaik dunia saat ini sekaligus peraih medali emas nomor 100 meter putra Olimpiade 2024, juga demikian.
Yang jelas, Tebogo, 21 tahun, memang ingin seperti Usain Bolt—manusia tercepat sedunia dengan catatan waktu 9,58 detik di nomor 100 meter putra dalam Kejuaraan Atletik Dunia 2009 di Berlin. Bolt, peraih delapan medali emas Olimpiade, menorehkan rekor itu di usia 23 tahun. Sedangkan catatan waktu terbaik Tebogo di nomor 100 meter adalah 9,86 detik, yang dia torehkan dalam Olimpiade Paris.
Letsile Tebogo lahir di Kanye—sekitar 83 kilometer di barat daya Gaborone, ibu kota Botswana—pada 7 Juni 2003. Seperti dituliskan Sportskeeda, dia dibesarkan ibunya, Seratiwa, yang menjadi orang tua tunggal.
Seratiwa menyadari bahwa anak sulungnya itu memiliki bakat olahraga sejak umur 6 tahun dan lebih mendorong anaknya untuk berlatih di lapangan ketimbang belajar di ruang kelas. Sejak kecil, meski doyan junk food, Tebogo hanya diberi bubur sorgum, makanan organik yang populer di Botswana, oleh Seratiwa. Berdasarkan saran para guru di sekolah, Tebogo berlatih dua cabang olahraga, yaitu sepak bola dan atletik.
Namun cedera membuat kemampuan Tebogo dalam mengolah si kulit bundar mandek. "Saya lebih sering jadi pemain cadangan," kata Tebogo seperti ditulis Olympics.com. Rasa frustrasi di lapangan hijau membuatnya berfokus di lintasan lari.
Letsile Tebogo
Di usia 13 tahun, Tebogo meraih medali perunggu nomor 200 meter dan medali perak di estafet 4 x 100 dalam turnamen regional tingkat pelajar Afrika bagian Selatan di Namibia. "Dari situ, saya bisa menyajikan hidangan di meja makan untuk keluarga," kata Tebogo, yang saat itu tinggal bersama ibu dan adiknya.
Meski bolak-balik ikut kompetisi tingkat pelajar, Tebogo baru benar-benar serius mendalami lari cepat di usia 16 tahun. "Saat saya sadar bisa jadi pelari profesional," ujarnya.
Tebogo menjadi pembicaraan media-media olahraga internasional saat menjuarai nomor 100 meter putra dalam Kejuaraan Atletik Dunia U-20 di Nairobi, Kenya, pada 2021. Catatan waktunya, 9,96 detik, menjadi rekor dunia U-20. Saat itu, di usia 18 tahun, dia juga meraih medali perak di nomor 200 meter putra. Namanya kian berkibar saat kembali jadi juara dalam turnamen yang sama pada 2022.
Pada 2023, Tebogo berlaga dalam Kejuaraan Atletik Dunia di Budapest, Hungaria. Di usia 20 tahun, dia menyedot perhatian media karena menyabet medali perak di nomor 100 meter dan hanya kalah tipis dari Noah Lyles, 26 tahun. Tebogo juga mendapat medali perunggu di nomor 200 meter.
Pelari Letsile Tebogo dari Botswana merayakan kemenangannya di nomor 200m putra di Stadion Letzigrund, Zurich, Swiss, 5 September 2024. REUTERS/Denis Balibouse
Dalam Olimpiade Paris 2024, Tebogo sempat digadang-gadang naik podium di nomor 100 meter, yang dianggap paling bergengsi. Apa daya, dia tersingkir dan hanya menyelesaikan lomba di urutan keenam. Lyles asal Amerika Serikat jadi kampiun.
Namun, empat hari berikutnya, pada 9 Agustus 2024, di nomor 200 meter, Tebogo yang tampil sebagai juara di Stade de France. Dia mencatatkan waktu 19,46 detik, yang jadi rekor Afrika. Adapun Lyles finis di urutan ketiga di belakang rekan senegaranya, Kenneth Bednarek. Lyles meninggalkan gelanggang dengan kursi roda karena terserang Covid-19. Tebogo juga ikut menyabet medali perak di nomor estafet 4 x 400 meter putra.
Tebogo mempersembahkan kemenangan itu untuk ibunya yang meninggal pada Mei 2024, juga bagi negaranya. Botswana merayakan medali emas pertama mereka, sekaligus medali emas pertama bagi Afrika di nomor 200 meter putra, itu dengan hari libur nasional. BBC melaporkan bahwa puluhan ribu orang menyambut kepulangan Tebogo di stadion terbesar mereka di Gaborone pada 13 Agustus 2024. "Kehidupan saya sudah berubah dan saya ikut mengubah kehidupan orang lain," ujar Tebogo. Dia akan kembali ke lintasan pada putaran final Diamond League di Brussels pada 14 dan 15 September 2024.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo