Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TELEPON itu berdering tengah malam. Burung hantu pun kaget. Tapi Susheela Viswanathan tak terganggu. Malah dia senang bukan kepalang. Telepon itu memang sudah lama ditunggu. ”Amma, aku jadi pemenang. Aku jadi juara dunia yang kedua kalinya,” katanya dengan suara tercekat.
Viswanathan Anand, 37 tahun, anak lelaki Susheela sengaja menyampaikan kabar gembira itu sesegera mungkin. Setelah empat belas hari bertarung, akhirnya dia menjadi yang terbaik dalam Kejuaraan Dunia Catur di Meksiko, Ahad pekan silam. Hasil remis dengan Peter Leko, asal Hungaria, membuat nilainya tak terkejar pecatur lainnya. ”Sulit untuk mengungkapkan kebahagiaan ini,” kata Anand seusai pertandingan.
Vishy—ini panggilan akrabnya—memang layak bergembira. Dalam turnamen ini dia tak pernah terkalahkan. Nama bangsanya pun harum. Hadiah? Menjadi kampiun di turnamen ini dia mendapatkan uang US$ 390 ribu atau sekitar Rp 3,6 miliar. Yang paling istimewa, dia tercatat dalam sejarah sebagai orang Asia pertama yang merebut gelar ini. Manmohan Singh, Perdana Menteri India, langsung memberi ucapan selamat.
Keberhasilan Vishy membuat olahraga ini semarak di negerinya sendiri. Di sana banyak bermunculan klub catur persis seperti cendawan di musim hujan. Hasilnya sudah kelihatan. Beberapa pecatur muda mulai menyodok perhatian. Mereka pun dengan serta-merta mengamati secara penuh perjuangan Vishy di Meksiko. Terlebih setelah Vishy menjadi juara dunia sejati.
Gelar ini memang istimewa. Kejuaraan dunia catur merupakan upaya penyatuan gelar. Sebelumnya terdapat gelar lain di samping yang dikeluarkan FIDE (Federasi Olahraga Catur Internasional). Gary Kasparov pada 1993 keluar dari organisasi itu dengan alasan FIDE digerayangi korupsi dan ketidakberesan organisasi. Kasparov membuat organisasi baru, Asosiasi Catur Profesional, dan menggelar kejuaraan dunia serupa.
Turnamen di Meksiko ini adalah yang kedua kalinya diselenggarakan setelah tahun silam diadakan di Rusia. Vladimir Kramnik menjadi juara saat itu. Sebelum penyatuan organisasi terjadi, Anand sempat pula menjadi juara dunia, yakni pada 2000.
Di masa lalu untuk menjadi juara dunia seorang pecatur bertanding dengan penantangnya dalam beberapa pertandingan. Dalam turnamen ini, FIDE menghadirkan delapan finalis, yang merupakan pecatur peringkat teratas dunia. Kini, dengan durasi bermain selama dua minggu jelas bukan pekerjaan gampang. Tenaga dan daya tahan menjadi sebuah keharusan yang dimiliki seorang pecatur.
Anand seperti memiliki doping, yakni Susheela, sang ibu. Perempuan ini selalu memberikan dorongan pada anaknya saat bertanding di mana pun. Itu sebabnya, dia pun harus segera mengabarkan kabar gembira itu pada sang bunda. Susheela adalah orang yang istimewa bagi Vishy. Dia pula yang mengenalkan catur saat anaknya berusia lima tahun. Saat Vishy kecil, Susheela sudah melihat bakat sang anak. ”Dia memiliki ingatan yang kuat,” katanya.
Vishy kecil bisa mengingat semua hal yang pernah dilaluinya. Satu contoh adalah lagu-lagu yang menjadi favoritnya dari koleksi piringan hitam milik sang ayah. Ternyata ingatan yang kuat itu sangat bermanfaat dalam perjalanannya menggauli bidak-bidak catur. Langkah lawan terekam dengan kuat sehingga dia bisa segera membabat habis musuhnya.
Setahun kemudian, Vishy masuk ke sekolah catur di Chennai. Kehebatannya mulai terbaca oleh Manuel Aaron, Master Internasional yang dimiliki India. Di sana, pecatur yang memiliki gaya permainan Rusia selalu menghadapi kerewelan si bocah. ”Sepertinya dia menggangguku untuk menyelesaikan pelajaran. Dia selalu menyela dan menganjurkan cara penyelesaian menurut dia,” katanya. Rupanya, tak keliru, pada usia 13 tahun dia berhasil mengalahkan Aaron.
Selanjutnya, Vishy melaju seperti di jalan tol. Pada usia 15 tahun, dia meraih gelar Master Internasional yang kemudian disusulnya sebagai juara dunia junior dan meraih gelar Grand Master India termuda. Namanya tercatat sebagai pecatur yang mampu mencapai elo rating 2.800. Dia pun menerima penghargaan Oscar catur selama empat kali. Penghargaan ini diberikan pada pecatur terbaik di dunia berdasarkan pilihan kritikus, penulis, dan jurnalis.
Dia pun masuk jajaran elite dunia setelah menang dalam beberapa turnamen pada 1991, termasuk dengan mengalahkan jagoan ketika itu, juara dunia Garry Kasparov, dan Anatoly Karpov. Di balik ketenangannya, dia memiliki naluri membunuh yang tiada ampun. Bidak-bidak catur seperti memiliki mata dan telinga yang menangkap isi kepala lawannya. Nah, dalam sekejap, lawan pun tersungkur.
Kemampuan lainnya teruji pada saat FIDE menggelar kejuaraan catur cepat di Cap d’Agde, Prancis, Oktober 2003. Dalam kejuaraan ini, masing-masing pemain hanya diberi waktu 25 menit untuk mengalahkan lawannya. Dia berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Kramnik di final. Dia pun dikenal sebagai pecatur kilat dan cepat.
Kecepatannya memang luar biasa. Dalam sebuah pertandingan dia bisa melahap lawan dengan singkat. Pendek kata, dia bisa menang selagi lawannya masih berpikir. Persis seperti Lucky Luke, koboi komik yang bisa menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri. Julukan lainnya, Harimau dari Madras. ”Tapi di Madras tak ada harimau lho...,” kata Aruna, sang istri, sambil tertawa. ”Adanya hanya di kebun binatang.”
Vishy telah mendapatkan segalanya. Bersama Aruna, dia tinggal di Collado Mediano, dekat Madrid, Spanyol. Di sana dia mendapatkan Jameo do Oro, gelar dari pemerintah Spanyol kepada orang asing yang ikut mengharumkan negeri itu. Tentu saja hal itu membuatnya makin betah. Di kota itu pula dia bisa menikmati mengikuti perjalanan klub sepak bola idolanya, Real Madrid.
Kehidupan sehari-harinya tak berbeda dengan kebanyakan orang. Selain menggemari olahraga, dia juga doyan mendengarkan musik rock. Ia menyukai buku-buku astronomi, ekonomi, dan peristiwa mutakhir. Sesekali, dia mempelajari bahasa Jerman.
Kalaulah ada kegiatan rutin yang harus dilakukan, dia melakukan olahraga kecil selama dua jam sehari. Biarpun dalam aksinya dia lebih banyak duduk, tapi dia percaya betul kebugaran sangat mempengaruhi kemampuannya tampil di papan catur. ”Kekuatan fisik akan memberikan pengaruh yang baik,” katanya. Sesekali dia menengok laptopnya untuk mengintip pertandingan terakhir yang pernah dimainkannya.
Namun jangan bicara tentang catur di kala libur tiba. Saat itu, seluruh bidak catur pun lenyap. Papan catur jadi musuhnya. Viswanathan Anand benar-benar ingin menikmati hidupnya. Kupingnya lantas dibekap dengan raungan bunyi gitar yang melengking dan membenamkan diri bersama buku-buku favoritnya.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo