DIREKTORAT Jenderal Perhubungan Udara dan Federasi Aero Sport
Indonesia pada tanggal 2 sampai dengan 4 April ini akan membuka
lembaran baru dalam olahraga dirgantara. Namanya: International
Air Rally Asean Route I. Sebagaimana lainnya olahraga rally,
lomba pesawat udara jenis Cessna, Cherooke, Astec, dan lainnya
yang berbobot kurang 6.250 kg -- baik bermotor satu atau dua --
juga menuntut bermacam keahlian: membaca peta, prosedur radio,
navigasi, dan sebagainya. Tak kurang keberanian, jiwa
petualangan, dan ketahanan fisik, tentunya. Menempuh jarak
sekitar 45.000 km -- Denpasar-Surabaya-Jakarta-Tanjung
Karang-Palembang-Jambi-Pekan Baru-Medan-Kuala
Lumpur-Singapura-Tanjung Pinang-Bangka-Jakarta - peserta akan
dihadapkan pula pada berbagai ujian: mulai dari mencari tempat
yang harus dilewati, pencapaian jarak terbang terjauh secara
on-stop sampai dengan ketepatan mendarat dan kebersihan
pesawat. "Rally udara kali ini merupakan rally terbesar dalam
sejarah dirgantara Indonesia", ujar Ketua Harian FASI, drs.
Rusdi Riza. Dan, "cukup berat, tentunya".
Menguji Fasilitas
Diikuti oleh 23 pemegang berbagai jenis sertifikat penerbangan
-- 8 Private Pilot license, 9 Commercial Pilot license, dan 6
Airline Transport Pilot License -- persaingan di antara pesera
bukan tak menegangkan. Sebab di antaranya ada mencatat
pengalaman dengan 10.000 jam terbang, juga ada yang hampir 240
jam terbang -- batas minimum persyaratan rally. Tapi, "belum
tentu pilot yang telah mencatat jam terbang yang banyak itu akan
menang dalam rally ini", tambah Rudi. "Jam terbang tidak selalu
menentukan ketrampilan seorang pilot".
Namun tentu saja.rally udara ini tidak dimaksudkan untuk sekedar
menguji ketrampilan seorang penerbang senjata. Ide yang
diprakarsai Dirjen Perhubungan Udara, Kardono juga akan menjawab
berbagai permasalahan dirgantara. Karena dengan melalui rute
tertentu itu akan diuji fasilitas navigasi dan sistim komunikasi
udara di Indonesia. Juga kemampuan pesawat penerbangan umum
--terutama pesawat kecil yang kini banyak dipakai kuat
menghubungi tempat-tempat terpencil. Dan, "secara umum lewat
rally udara ini kita bisa menilai sampai di mana keahlian
pilot-pilot muda kita dibandingkan dengan penerbang setaraf dari
luar negeri" lanjut Rusdi.
Adakah penerbang-penerbang muda Indonesia akan mampu menjawab
tantangan itu? "Mengapa tidak", jawab peserta Harry Ibrahim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini