Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Merombak Pemain Ganda

Tim putri bulu tangkis masih belum matang di sektor ganda. Di sektor tunggal yang unggul hanya Verawaty. Untuk menghadapi Asean Games VIII materi pemain akan terlihat dari hasil kejuaraan nasional.(or)

3 Juni 1978 | 00.00 WIB

Merombak Pemain Ganda
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KEKALAHAN tim Piala Uber Indonesia di tangan pemain puteri Jepang di Auckland, Selandia Baru dua pekan lalu tampak membikin dada PBSI sesak. Bayang-bayang menakutkan mulai menghantui mereka dalam mempersiapkan regu untuk Asian Games VIII di Bangkok, Desember 1978. Betapa tidak, tim yang terdiri dari Ivana, Tjan So Gwan, Verawaty, Imelda Wiguna, Theresia Widyastuti, dan Regina Masli ternyata belum dapat menanamkan kepercayaan bahwa kegagalan seperti yang terjadi di final Piala Uber tak akan terulang kembali. Sebab dari 7 partai (3 tunggal, 4 ganda) yang dipertandingkan, mereka cuma meraih 2 angka kemenangan (1 tunggal, 1 ganda). Kita mulai saja membedah penampilan yang mereka perlihatkan. Di partai tunggal, dari 3 pemain yang dipasang (Ivana, Tjan So Gwan, dan Verawaty) keunggulan hanya diperlihatkan oleh Verawaty, seorang. Ia berhasil menjinakkan ketrampilan Hiroe Yuki, juara All England 1974, 1975, dan 1977 dengan penampilan yang matang. Ia kini tidak hanya menguasai soal teknik dengan baik, juga kesabaran untuk menahan diri sewaktu menghadapi lawan mulai merasupi dirinya. Santai-santai saja ia mengecoh Yuki. Titik Kritis Sebaliknya dengan Ivana maupun Tjan So Gwan. Kedua pemain ini tak ayal menjadi bulan-bulanan permainan Saori Kondo dan Atsuko Tokuda. Rata-rata mereka hanya mampu meraih angkadi bawah 5 untuk setiap set. Tapi, "mereka adalah harapan untuk masa depan," komentar pelatih tim Piala Uber, Christian. Dalam partai ganda, harapan yang tersisa tinggal pada pasangan Verawaty/Imelda. Sekalipun waktu menghadapi Emiko Ueno/Yoshiko Yonekura, mereka terlebih dahulu kehilangan set pertama. Namun pada permainan 2 set berikutnya, mereka berhasil memperlihatkan kekompakan kembali. Kemenangan yang mereka raih itu sekaligus tetap menempatkan sebagai pemain ganda andalan Indonesia. Akan pasangan Widyastuti/Regina masih bermain pas-pasan. Kelemahan dalam akurasi, pengontrolan bola yang cermat, dan tak adanya senjata pamungkas untuk menghentikan permainan lawan tetap merupakan kekurangan dari pasangan ini. Mereka cuma bermain baik dalam posisi bertahan. Gaya permainan semacam ini sulit untuk diharapkan dapat membuat kejutan. Buktinya, dari 2 partai ganda yang dibebankan di pundak mereka, keduanya berakhir dengan tragis. Bertolak dari kegagalan di Auckland, harapan tim puteri Indonesia untuk meraih medali emas Asian Games VIII tampak ikut melorot. Mengingat pemain yang bakal turun di Bangkok nanti materinya toh tidak akan berkisar dari mereka. Adakah krisis pemain puteri tengah menggerayani PBSI kini? Di luar nama yang tergabung dalam tim Indonesia yang muncul di final Piala Uber kemarin, wajah lain memang belum tampak menonjol. Kecuali Tati Sumirah dan Ruth Damayanti, barangkali. Dalam penampilan di Auckland, keduanya menempati posisi pemain cadangan. Tapi untuk melimpahkan harapan pada mereka dalam menambal kekurangan regu pun kelihatan berat. Tati Sumirah yang sudah menjadi pemain inti Piala Uber sejak tahun 1972, sekarang sudah kehilangan sentuhan. Ia bukan lagi Tati Sumirah yang ganas di lapangan. Ketrampilannya telah menurun. Dalam seleksi di Gedung C Senayan, Jakarta menjelang keberangkatan ke Auckland, ia malah pernah dikalahkan oleh pendatang baru, Ruth Damayanti. Untuk mengharapkan dirinya mampu mencapai puncak seperti 2 tahun silam agak sukar, sudah. Mengingat ia harus bertarung juga dengan usia. Umurnya sekarang 26 tahun -- titik kritis buat wanita Indonesia. Akan halnya Ruth Damayanti, sekalipun baru peruma kali terdaftar dalam regu Piala Uber, ia kelihatan masih membutuhkan penanganan yang baik dan pengalaman bertanding. Suatu hal yang mustahil bisa mengatrol kebolehannya dalam tempo 6 bulan -- waktu yang tersisa buat persiapan tim Asian Games VIII. Selamat Tinggal Peluang tim bulutangkis puteri untuk Asian Games VIII yang tipis itu bukan tak bisa diangkat lagi. Asalkan PBSI mau melakukan perombakan secara drastis. Dari tim Piala Uber kemarin yang mungkin masih bisa dipakai agaknya terbatas pada Ivana, Tjan So &wan, Verawaty, Imelda, dan Widyastuti. Tanpa dicantumkannya nama Regina, bukan tak merepotkan. Sebab PBSI mau tak mau harus melahirkan pasangan ganda baru. Tapi itu adalah risiko. Karena jika Widyastuti masih saja dijodohkan dengan Regina, bentuk permainan yang akan mereka perlihatkan hampir bisa dipastikan tidak bakal menampilkan prospek baru. Mengingat Regina belakangan ini, juga untuk masa depan, sudah kehilangan sentuhan maupun kecepatan dalam membaca permainan lawan. Lain halnya dengan Widyastuti. Ia masih mempunyai potensi sebagai pengatur serangan. Penempatan bolanya masih baik. Dan permainannya mungkin akan lebih hidup, seandainya ia dijodohkan bukan dengan Regina. Dari nama-nama terpilih versi TEMPO, jodoh yang tepat buat Widyastuti adalah Tjan So Gwan. Sebab Tjan So Gwan, selain punya harapan untuk bermain tunggal, ia juga kelihatan memiliki potensi buat bermain ganda. Lagi pula, Widyastuti toh pemain yang gampang menyesuaikan diri dengan siapa saja. Adanya kemungkinan perceraian dan penjodohan pemain ini, sudah terlintas pula di fikiran Christian. Di bandar udara Halim Perdanakusuma, ia tak kurang mengungkapkan permasalahan ini sebagai usaha untuk menampilkan tim puteri yang baik di Asian Games VIII. Namun ia tidak mau menyebut nama pemain yang harus mengucapkan selamat tinggal (untuk sementara) pada pelatnas. "Tunggu saja hasil kejurnas," katanya. Maksudnya, materi pemain itu akan dilihat dari hasil kejuaraan nasional bulu tangkis yang direncanakan diadakan di Semarang, Juni ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus