Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pengangguran Lawan Kelestarian Alam

A plan To Save Trees, and, Boys, tulisan Huberth H. Humphrey dalam majalah harper Januari '59, mengisahkan tentang para pemuda pengangguran mendirikan kamp-kamp kelestarian alam yang dipimpin pensiunan abri.

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Pengangguran Lawan Kelestarian Alam
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MENGHUBUNGKAN antara pengangguran dan pemuda berandalan di satu ujung dengan kelestarian alam dan lingkungan di ujung yang lain, rasanya memang terlalu mengada-ada. Namun, adalah seorang Hubert H. Humphrey (pernah kenal, almarhum Senator yang pernah Wapres AS ini?) yang dalam tahun 1959 mengingatkan orang-orang bahwa hubungan itu pernah ada, dan terbukti sangat besar manfaatnya bagi semua pihak yang terlibat. Waktunya, konon, adalah bulan Maret 1933, menjelang akhir dari suatu era yang oleh orang Batak disebut jaman maleset (Malaise, Depression), dan masih dalam "100 hari pertama gerakan New Deal dari Presiden Roosevelt" yang sangat termashur itu. Logikanya juga sederhana sekali. Pada satu pihak, adalah para penganggur muda yang berdesakan ke kota, dan mengalami kesukaran sendiri, lantas mulai menimbulkan kesukaran bagi orang lain juga. Mereka menyia-nyiakan hidup mereka sendiri, baiklah. Tapi sambil lalu mereka juga menimbulkan kerugian yang tak terhingga besarnya, moral dan material, bagi pemerintah dan para anggota masyarakat. C.C.C. Pada pihak lain, adalah kelestarian alam yang terus-menerus terancam dan terganggu. Gunung-gunung jadi gundul. Sungai-sungai menghanyutkan lapisan tanah tersubur ke danau-danau dan muara-muara. Danau dan muara jadi dangkal. Hutan-hutan tak terpelihara. Kebakaran hutan menjadi lumrah. Dimunculkanlah ide mendirikan kamp-kamp kelestarian alam untuk dihuni para pemuda penganggur yang hampir berandalan ini seIama satu tahun. Ide ini dijual pada masyarakat (istilah sekarangnya: dimasyarakatkan) dengan semboyan-semboyan dan atribut-atribut yang menarik. Dalam waktu singkat terbentuklah Korps Konservasi Sipil (C.C.C, Civilian Conservation Corps), dan beberapa minggu kemudian diguntinglah pita pada kamp yang pertama, Camp Roosevelt, kira-kira dua jam berkendaraan ke barat dari Washington DC. Duaratus penganggur tersalurkan! Tapi siapa yang harus mengawasi serta memimpin mereka? Orang-orang sipil rasanya tidak akan mampu. Militer mungkin sekali akan terlalu kaku. Ada akal: militer yang sudah jadi sipil, alias pensiunan. Yang punya konduite baik selama tugas militernya, segera dipanggil kembali, dan dikontrak pertahun, setelah mengalami masa training. Ternyata hasilnya luar biasa. Baru beberapa bulan saja berjalan, permintaan kamp baru sudah sedemikian meningkatnya, sehingga segera dibuka puluhan kamp lagi. Pada tahun berikutnya, penganggur yang melamar sudah meroket menjadi 300.000 orang cukup untuk 1.500 kamp baru a' 200 orang. Ketika pada tahun 1942 program ini dibubarkan karena para pemuda dan penganggur terpanggil untuk melayani Perang Dunia II, lebih dari 3 juta pemuda telah berpartisipasi masing-masing selama setahun di hampir 2.600 buah kamp. Hasilnya? Ini perhitungan laba-ruginya. Selama 9 tahun itu pemerintah memang mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk uang saku, ongkos-ongkos, peralatan dan sebagainya. Terhitung semua sebesar hampir 3 milliard dollar! Tapi ini yang dihasilkan: mereka menanam lebih dari 3 milliard pepohonan membuat 250.000 kilometer jalan tikus dan jalan penyekat kebakaran hutan memasang 136.000 Km kawat telepon, mendirikan 4.000 menara pengawas kebakaran hutan 45.000 jembatan dan puluhan ribu bangunan lainnya membuat berjuta-juta chek-dams kecil-kecilan untuk melawan erosi melestarikan 1,6 juta hektar hutan dengan melakukan penebangan-penebangan penjarangan dan banyak lagi. Seandainya di Amerika waktu itu ada suku-suku terasing, tentu jalan ke lokasi mereka dibuatkan. Seandainya ada transmigrasi, tentu lokasi untuk mereka matangkan lebih dahulu, bahkan mungkin mereka akan tegak berbaris menyambut para transmigran tiba di tempat itu. Seandainya ada pencurian-pencurian kayu, tentu dapat dihalangi. Seandainya para pemegang HPH tidak bekerja menurut kontrak, tentu segera ketahuan. Seandainya ada danau yang menyempit, mendangkal serta dipenuhi eceng-gondok, tentu mereka akan menanggulanginya. Ada keuntungan besar lainnya. Lebih dari 3 juta pemuda yang sudah berdiri antri di ambang pintu kebejatan dan maksiat, setelah satu tahun bergumul dengan tangan dan pacul di hutan, ternyata keluar dari sana sebagai orang yang percaya diri sendiri, mencintai alam dan sesama manusia, serta memiliki sekelumit ketrampilan sebagai bekal hidup dan bekal untuk lebih memperbaiki hidup mereka sendiri. Bahkan pada tahun 1959, ketika Senator Humphrey menyampaikan kabar ini, sudah ada "alumni" CCC ini yang jadi Senator! Dan para "alumni" ini bangga akan "sekolah" mereka itu. Setiap tahun sampai saat ini, selalu ada "reuni", mengunjungi kembali kamp-kamp mereka yang tua dan penuh nostalgia itu, mengenang kembali masa-masa mereka berjuang untuk melestarikan negeri mereka, dan sekalian diri mereka sendiri. Amerika Serikat tahun 1933 memang sangat jauh berbeda dengan Indonesia tahun 1979. Boleh dikatakan tidak ada persamaannya sama sekali. Negerinya lain. Bangsanya lain. Bahasanya lain. Jamannya pun sudah lain. Kalau dulu mereka pakai sekop dan pacul, sekarang kita sudah punya traktor dan bahkan Palapa. Tapi, apakah cerita kecil ini, yang saya pungutkan dari tulisan Hubert H. Humphrey, A Plan to Save Trees, Land, and Boys yang muncul di majalah Harper bulan Januari 1959, tidak mengetuk sesuatu di sanubari kita?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus