Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ESTIMASI Herry Iman Pierngadi tentang pasangan ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, meleset. Dua tahun menangani mereka di pemusatan latihan nasional (pelatnas) bulu tangkis Cipayung, Jakarta Timur, Herry memperkirakan Marcus/Kevin baru mantap bersaing dengan atlet bulu tangkis papan atas dunia pada 2018. "Saya tidak menyangka kesuksesan mereka meledak secepat ini," ujar pelatih kepala ganda putra pelatnas itu, Rabu dua pekan lalu.
Marcus/Kevin meraih sukses besar pada 2017. Melaju ke final sembilan turnamen superseries/superseries premier, pasangan berjulukan "The Minions" itu meraup tujuh gelar juara, termasuk Dubai World Superseries Finals di Uni Emirat Arab, 13-17 Desember lalu. Sebelumnya, mereka menjuarai All England, India Terbuka, Malaysia Terbuka, Jepang Terbuka, Cina Terbuka, dan Hong Kong Terbuka. "Rasanya memang luar biasa bisa memenangi tujuh gelar," kata Kevin, 22 tahun.
Pada babak final di Dubai, Markus/Kevin hanya butuh 39 menit menaklukkan wakil Cina, Liu Cheng/Zhang Nan, di Hamdan Sport Complex. Mendominasi pertandingan sejak awal, bahkan unggul dalam 42 dari 73 permainan reli, Marcus/Kevin menang dua game dengan skor 21-16, 21-15. "Kami belajar dari kekalahan di ronde sebelumnya. Makanya kami tampil agresif sejak pertandingan dimulai," ujar Marcus, 26 tahun.
Kemenangan itu membalas kekalahan mereka dari Liu/Zhang di final Denmark Terbuka, turnamen superseries premier berhadiah total US$ 750 ribu atau sekitar Rp 10 miliar, 57 hari sebelumnya. Saat ini, rekor pertemuan kedua ganda itu menjadi 3-1 untuk keunggulan Marcus/Kevin.
Keberhasilan Marcus/Kevin sepanjang 2017 menjadi puncak dari pasang-surut perjalanan pemain yang membangun kariernya dengan cara berbeda itu. "Mereka main bareng baru dua tahun, tergolong singkat untuk mematangkan pemain ganda," kata Herry.
Bintang Kevin sedang merangkak naik sebelum bertemu dengan Marcus pada 2015. Setahun sebelumnya, berpasangan dengan Selvanus Geh, Kevin menjuarai Selandia Baru Grand Prix Gold, Vietnam International Challenge, dan Bulgaria International Challenge. Kevin akhirnya berpisah dengan Selvanus, yang mundur dari pelatnas karena mengidap penyakit paru-paru. Kevin lantas mencoba bertandem dengan pemain lain, termasuk di sektor ganda campuran.
Adapun Marcus memutuskan keluar dari pelatnas setelah kecewa tidak dibawa ke turnamen All England pada 2013. Marcus memilih jalur profesional dan berpasangan dengan peraih emas ganda putra Olimpiade 2008, Markis Kido. Prestasi mereka melejit dengan menjuarai turnamen superseries Prancis Terbuka 2013 dan Indonesia Masters 2014. Keberhasilan itu membuat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) kembali melirik Marcus untuk ditarik lagi ke pelatnas.
Gayung bersambut. Dalam turnamen Axiata Cup 2014, Marcus berdiskusi dengan pelatih Chafidz Yusuf mengenai peluangnya kembali ke pelatnas. Herry tak berkeberatan Marcus kembali ke pelatnas. "Selama pemain berminat dan serius ke pelatnas, silakan saja," kata pelatih yang kerap disapa Koh Herry oleh para pemainnya itu.
Herry lantas memasangkan Marcus dengan Kevin. Pengalaman dua dekade sebagai pelatih ganda putra membuatnya yakin dengan potensi kedua pemain tersebut. Hanya, mereka tak langsung ditangani Herry, yang kala itu tengah menyiapkan tim untuk Olimpiade 2016 Brasil. Sempat kaku di fase awal bermain bersama, Marcus dan Kevin mampu berubah. Tak lama berpasangan, mereka menjuarai Taiwan Masters 2015.
Seiring dengan waktu, permainan Marcus/Kevin makin moncer. Mereka menambah pundi gelarnya dengan menjuarai Malaysia Masters, India Terbuka, dan Australia Terbuka. Pada dua turnamen terakhir itu, mereka berhasil mengalahkan pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, yang memiliki peringkat lebih baik. Angga/Ricky, yang kala itu juga diplot menggantikan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, akhirnya dipisah. Dalam turnamen India Terbuka 2018 pada 30 Januari-4 Februari nanti, Angga akan berpasangan dengan Rian Agung Saputro, sedangkan Ricky turun di ganda campuran bersama Debby Susanto.
Kemampuan beradaptasi Kevin yang cepat dan pengalaman bertanding Marcus saling melengkapi. Kevin unggul bermain di sisi depan dan jeli membaca pergerakan kok di atas net. Adapun Marcus piawai bertahan di sisi belakang dan melepaskan smes keras menukik. Gaya bermain Marcus mirip Candra Wijaya, pemain ganda putra juara dunia 1997 dan Olimpiade 2000. "Marcus ini tukang gebuknya, tenaga kuat dan fisik bagus," ucap Herry.
Memiliki enam pasangan ganda, Herry kerap menukar pasangan pemainnya saat menjalankan simulasi bertanding. Rotasi posisi juga dilakukan agar pemain tak mati gaya di lapangan. Format latihan ini termasuk menggenjot teknik pukulan mendatar yang menjadi gaya bermain pemain bulu tangkis Indonesia. "Lawan kesulitan mendapatkan sasaran tembak karena kelemahan pemain bisa ditutupi rekannya," tuturnya.
Selain teknik, kondisi mental pemain ikut menentukan arah permainan. Tergolong tim muda, menurut Herry, Marcus/Kevin lebih cepat menempa mental bertandingnya. Mereka tenang saja menghadapi tekanan psikologis di lapangan. Aryono Miranat, asisten pelatih ganda putra, mengatakan Marcus/Kevin memiliki keinginan besar untuk menang. "Di lapangan, mereka selalu fight dan percaya diri," ujarnya.
Karena sederet prestasinya tersebut, Marcus/Kevin dinobatkan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) sebagai pemain terbaik. Namun perjalanan karier mereka berhias onak, terutama di fase awal berduet. Mereka juga kerap berbeda pendapat, yang berpengaruh pada permainan tim. Bahkan Marcus dan Kevin pernah saling diam karena tak yakin akan kemampuan rekannya. "Kalau Anda lihat video pertandingannya dulu, mereka enggak pernah tos-tosan," kata Herry seraya tertawa. "Sekarang sih akrab."
Selain mengasah teknik bermain, Herry bertugas mendamaikan Marcus dan Kevin ketika mereka tak kompak. Dia terus berusaha meyakinkan mereka untuk saling percaya. Apalagi Herry tak ingin ganda putra andalan Indonesia itu rontok karena belum ada pemain pelapis yang bisa menyamai mereka. "Kepercayaan terhadap rekan itu kunci kesuksesan di lapangan."
Herry berharap Marcus/Kevin terus menyimpan semangat bertanding dan tidak besar kepala untuk menghadapi musim pertandingan 2018. Menurut dia, mempertahankan gelar juara bakal menjadi pekerjaan terberat yang diemban Marcus/Kevin. "Banyak yang menunggu mereka kalah. Karena itu, mereka tak boleh gegabah," ucapnya.
Gabriel Wahyu Titiyoga
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo