Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Paling mahal paling nakal

Maradona, 23, ditransfer kesebelasan napoli dengan bayaran paling mahal. Ia dihukum oleh dewan hakim ligatama, italia, karena memukul kapten kesebelasan ascoli. Mradona menyatakan naik banding. (or)

1 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BINTANG sepak bola termahal didunia, Diego Arnando Maradona, 23, memulai debut profesionalnya di Italia dengan nama buruk. Ia - yang baru dua kali memperkuat klub barunya, Napoli, sejak bergabung Juli silam - Kamis minggu lalu diskors Dewan Hakim Ligatama di Italia. Maradona tak diperkenankan memperkuat Napoli untuk satu kali pertandingan mendatang, karena dipersalahkan bermain kasar pada pertandingan sebelumnya. Keputusan Dewan Hakim yang langsung dinilai Maradona "tidak fair' itu, tak pelak lagi, merupakan buntut insiden yang terjadi Minggu dua pekan lalu di Roma. Waktu itu sedang dilaksanakan pertandingan antara Napoli dan Ascoli, klub liga lainnya. Maradona, yang memperkuat Napoli, dikeluarkan wasit karena memukul muka kapten kesebelasan Ascoli, Enrico Nicolini. Pemain yang ditransfer Napoli dengan bayaran lebih darl Rp 8,3 milyar ini - jumlah bayaran tertinggi dalam sejarah sepak bola profesional - tampak agak kesal karena dia merasa kurang mendapat kiriman bola dari teman-temannya. Kekesalan ini memuncak tatkala dalam suatu perebutan bola Maradona merasa diganjal oleh Nicolini. Tanpa bola, ia langsung mengejar kapten Ascoli itu, dan mereka kemudian tampak seperti berkelahi. Kasus ini dilihat jelas oleh wasit. Kedua pemain segera dikeluarkan dari lapangan. Dan belakangan setelah pertandingan yang berakhir seri (I-I) itu usai, Dewan Hakim memeriksa kembali kasus itu. Maradona, kemudian dinyatakan lebih berat kesalahannya. Karena itu, ia harus diskors. Menanggapi keputusan Dewan Hakim itu, Maradona dan pimpinan klub Napoli menyatakan, naik banding. "Hukuman itu tidak tepat. Saya hanya mendorong, tidak memukul," ujar Maradona. Tampak berang, dia setengah berteriak mengatakan, keputusan itu sepenuhnya sepihak dan dibuat karena "sentimen" kepadanya. Protes Maradona tampaknya berhasil. Sabtu pekan lalu Komite Disiplin Federasi Sepak Bola Italia di Milan menyetujui banding atas skorsing itu dan membatalkan hukuman. Masuknya ia dalam klub Napoli, klub yang bermarkas di Naples, kota ketiga terbesar di Italia dan terletak di utara negeri yang berpenduduk 53 juta jiwa lebih itu, sejak lima bulan lalu memang sudah menimbulkan reaksi pro dan kontra. Beberapa klub lain dari 16 klub divisi satu Ligatama, Italia, terutama menyorot "kegilaan" bos Napoli, Corrado Ferliano, untuk menyanggupi pembayaran uang pindah Rp 8,3 milyar lebih buat Barcelona, klub liga peringkat pertama Spanyol tempat asal Maradona bermain. Mereka menganggap tindakan itu kurang sehat. Bisa dimaklumi, karena selama ini paling tinggi bayaran uang pindah untuk pemain asing ke Italia tak pernah lebih separuh dari yang dikeluarkan buat Maradona. Karl Heinz Rummenigge dari Bayern Munich, Jerman Barat, misalnya, yang pindah ke Inter Milan, klub liga peringkat keenam di Italia, cuma ditransfer dengan harga Rp 4,5 milyar. Toh, pengurus klub Napoli, yang mulai tahun ini berambisi memperbaiki citra mereka di peringkat Ligatama, tampak tak peduli dengan kritik itu. Biasa hanya menempati peringkat paling tinggi 10 besar, mereka, dengan Maradona, kini mau unjuk gigi. Begitu bergairah mereka pada kemampuan pemain yang hanya punya tinggi tubuh 167 cm dan berat 57 kg ini, sehingga pada hari penandatanganan kontrak, sedikitnya 30 bayi yang lahir di Naples diberi nama Diego, Arnando, atau Maradona. Singkatnya, tampak semangat besar Napoli dan Naples untuk menang karena adanya anak bekas kuli harian kereta api di Villa Fiorito, sebuah perkampungan miskin di Buenos Aires, ini. Mereka agaknya lupa kelemahan pemain yang pernah bermain bola selama dua tahun di Spanyol itu. Yakni, seperti pernah diungkapkan Pele, "Belum mampunya Maradona menguasai dirinya dalam suatu pertandingan." Kelemahan ini memang sudah terbukti dalam kasus di Roma dan peristiwa dua tahun lalu di Spanyol. Ketika itu Maradona juga diusir wasit dari lapangan karena juga bermain kasar. Padahal, waktu itu, ia sedang dipercaya untuk ikut memperkuat tim nasional Argentina melawan Brazil dalam Piala Dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus