Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pebasket NBA Buron Turki

Enes Kanter menjadi pemain Turki dengan karier cemerlang di NBA saat ini. Hidup Kanter terguncang setelah namanya masuk daftar buron pemerintah Turki.

22 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Enes Kanter (kiri) membela Portland Trail Blazers dalam lanjutan pertandingan NBA melawan Cleveland Cavaliers di Cleveland, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertandingan melawan Dallas Mavericks menjadi momen spesial bagi pemain center Enes Kanter, yang dirayakannya bersama rekan setim dan para suporter Portland Trail Blazers. Dalam laga yang digelar di Moda Center, Portland, tersebut, pebasket berusia 26 tahun asal Turki itu mencetak double-double perdananya sebagai anggota Trail Blazers dengan 14 poin dan 10 rebound. Prestasi Kanter kian lengkap karena Trail Blazers sukses mengalahkan Mavericks dengan skor 126-118 dalam lanjutan Liga Basket Amerika Serikat, Rabu, 20 Maret lalu.

Hasil itu menjadi kemenangan ke-10 dari 13 pertandingan yang dijalani Kanter sejak ia bergabung bersama Trail Blazers pada 13 Februari lalu. Seperti dilaporkan CBS Sports pada 21 Maret lalu, potensi Kanter untuk meningkatkan produktivitasnya masih terbuka lebar. Apalagi, dalam empat dari enam laga terakhir, Kanter selalu membukukan poin dua digit. “Nikmati saja,” kata Kanter menyambut kemenangan timnya.

Kanter adalah satu dari lima pemain asal Turki yang berkompetisi di National Basketball Association (NBA) saat ini. Karier pemain bertinggi badan 2,11 meter itu menjadi yang paling cemerlang. Dia bisa mencetak rata-rata 13 poin dan 10 rebound per pertandingan. Cedi Osman, pemain Turki berusia 24 tahun yang membela Cleveland Cavaliers, membayangi prestasi Kanter dengan membukukan rata-rata 13 poin dan 5 rebound per laga.

Basket bukanlah olahraga pilihan pertama Kanter. Ketika kecil, dia ingin sekali menjadi pemain sepak bola. Posturnya yang menjulang justru membuat dia sulit berlatih sepak bola. Dia pun menjajal basket. “Sejak hari pertama bermain basket, aku bermimpi menjadi pemain NBA,” ujarnya.

Kesempatan datang pada 2009, ketika dia diterima di sekolah Stoneridge, California. Dia lalu bergabung dengan tim kampus Kentucky Wildcats. Kanter membangun kariernya di NBA setelah direkrut tim Utah Jazz pada 2011. Empat tahun kemudian, dia dikontrak Oklahoma City Thunder. Dia membantu Thunder menjuarai Divisi Northwest pada 2016 dan melaju ke babak playoff tiga musim beruntun.

Pada September 2017, Kanter hijrah ke New York Knicks sebagai bagian dari barter dengan Thunder, yang mendapatkan pemain veteran dan All-Star, Carmelo Anthony. Pada musim 2018-2019, Kanter mendapat bayaran US$ 18,6 juta atau sekitar Rp 263 miliar.

Trail Blazers membuka kesempatan bagi Kanter, yang sempat terombang-ambing di Knicks. Sepekan setelah meneken kontrak, dia melancarkan debutnya dengan mencetak 18 poin dan 9 rebound ketika Trail Blazers mengalahkan Brooklyn Nets dengan skor 113-99. Sejak itu, berkolaborasi dengan Jusuf Nurkic, Kanter menjadi big man tumpuan Trail Blazers.

Namun Kanter kini tak hanya berjibaku dengan urusan latihan dan pertandingan. Kanter juga ekstrawaspada karena namanya masuk daftar buron yang dikirim pemerintah Turki ke Interpol pada Januari lalu. Masalah itu muncul gara-gara Kanter menjadi pendukung ulama Fethullah Gulen, yang dimusuhi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Kanter menyadari perubahan besar dalam hidupnya itu kala menjalani misi sosial lewat pelatihan basket di Indonesia pada 2017. Pada tengah malam, Kanter dibangunkan manajernya, yang mengatakan dia dicari-cari polisi. Tanpa pikir panjang, mereka bergegas ke bandar udara dan keluar dari Indonesia. “Tanggal 20 Mei 2017 itu adalah hari paling menakutkan dalam hidupku. Hari itu aku tahu bahwa aku diburu Erdogan,” kata Kanter dalam kolomnya di Washington Post.

Lolos dari Indonesia dan Singapura dalam usahanya kembali ke Amerika, Kanter tak bisa masuk ke wilayah Rumania. Paspornya dicabut pemerintah Turki sehingga dia ditahan di Bukares. Namun Kanter, yang waktu itu masih terdaftar sebagai pemain Oklahoma City Thunder, bisa keluar dari bui berkat bantuan para senator Oklahoma.

Tak lagi mengantongi paspor Turki, Kanter bak manusia tanpa negara. Dia kini menggantungkan hidup pada green card, dokumen resmi untuk menetap di Amerika, yang dia dapatkan karena profesinya sebagai pebasket NBA. Kanter pun berada dalam pengawalan ketat karena banyaknya ancaman. “Aku tak pernah ke mana-mana sendirian,” ujarnya seperti dilaporkan Time.

Kanter pun memilih tak keluar lagi dari Amerika demi keamanan dirinya. Dia tak ikut New York Knicks pergi ke London, Inggris, pada Januari lalu. Namanya juga tak ada dalam roster alias daftar pemain tim Trail Blazers yang dibawa Terry Stotts untuk menghadapi tim Kanada, Toronto Raptors, 2 Maret lalu. “Gara-gara seorang diktator, aku tak bisa bekerja. Ini menyedihkan,” kata Kanter kepada reporter Trail Blazers, Casey Holdahl, seperti dilaporkan Reuters.

Buruknya relasi Kanter dengan pemerintah Turki juga berimbas pada statusnya di tim nasional. Dia bergabung dengan tim nasional sejak 2011, tapi namanya malah dicoret menjelang persiapan EuroBasket 2015.

Mantan pemain nasional Turki, Hedo Turkoglu, bahkan enggan menyebut nama Kanter. “Sungguh menggelikan mengetahui banyak orang menganggapnya sebagai pahlawan,” ujar Turkoglu, yang pensiun dari NBA pada 2015 setelah berkarier selama 15 tahun. Turkoglu kini penasihat Erdogan.

Toh, para penggemar basket NBA memiliki pandangan berbeda tentang Kanter. Dia memiliki banyak penggemar ketika bermain untuk New York Knicks. Kepindahannya ke Blazers juga disambut meriah. Namun relasi Kanter dengan keluarganya morat-marit. Setelah kisruh politik pada 2016, ayahnya, Mehmet Kanter, menulis surat yang menyatakan “membuang” Kanter karena ia mendukung Gulen. Mehmet, seperti dilaporkan CBS Sports, meminta maaf kepada presiden dan rakyat Turki karena merasa malu.

Meski demikian, kecintaan Kanter kepada Turki sebagai tanah kelahirannya tak pupus. “Aku dibesarkan di sana, keluargaku lahir di sana,” kata Kanter, yang tengah menjalani proses untuk mendapatkan paspor Amerika.

Menjadi idola karena aksinya di lapangan, Kanter juga populer berkat keramahannya. Dia aktif memanfaatkan Twitter dan Instagram untuk berinteraksi dengan para penggemarnya. Kegemarannya melontarkan guyonan dan selalu bersedia diwawancarai membuat Kanter juga menjadi figur yang akrab dengan awak media.

Kanter pun tak ragu menunjukkan identitas dirinya sebagai muslim. Dia sering terlihat khusyuk berdoa sendiri sebelum pertandingan. Manajemen Knicks dulu membuatkan ruangan khusus di Madison -Square Garden agar Kanter bisa menunaikan salat.

Staf klub juga menjamin ketersediaan makanan halal sehingga Kanter bisa makan bersama anggota tim lainnya. Kanter sangat menghargai apa yang sudah dia terima. “Ketika tim melakukan hal terpuji seperti itu, aku tahu mereka adalah orang-orang yang baik.”

Para pemain muslim menjadi kelompok minoritas di NBA. Saat ini setidaknya ada selusin pemain muslim bermain di NBA, antara lain Kenneth Faried di Houston Rockets, Ersan Ilyasova (Milwaukee Bucks), Salah Mejri (Dallas Mavericks), dan Rondae Hollis-Jefferson (Brooklyn Nets). Selain memiliki Kanter, Trail Blazers punya dua pemain muslim, Jusuf Nurkic dan Al-Farouq Aminu.

Kanter berusaha menyeimbangkan kewajiban agama dan profesinya. Selain melakukan salat, ia berpuasa—bisa mencapai 17 jam dalam sehari—kala Ramadan serta tetap mengikuti sesi latihan di gym dan di lapangan bersama timnya. Di luar Ramadan, Kanter juga rutin menjalani puasa dua kali sepekan. “Berpuasa adalah hal yang mengagumkan dan bisa menjaga tubuh dalam kondisi baik,” tuturnya seperti dilaporkan Now This News.

Kanter mengatakan masalah yang didapatnya dari pemerintah Turki mungkin tak bakal berubah. Namun dia berkukuh tak akan mundur apalagi berhenti mengkritik rezim Presiden Erdogan. “Ini bukan cuma tentang aku,” kata Kanter seperti ditulis Portland Tribune, 15 Maret lalu. “Ini tentang banyak orang di Turki yang berada dalam tekanan. Aku akan terus berbicara demi mereka yang tak bisa bersuara.”

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (ESPN, NBA, BLAZERS EDGE, THE UNDISPUTED)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus