Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG perempuan, ibu, juga Yahudi. Tiga hal itu melekat pada diri Ruth Bader Ginsburg (diperankan oleh Felicity Jones) dan membuatnya melulu ditolak dua belas firma hukum di New York, Amerika Serikat. Mereka tak melirik latar belakang Ruth yang kuliah fakultas hukum di Harvard University dan Columbia University. Dalam sejumlah wawancara kerja, Ruth malah ditanyai soal Hari Sabat atau apakah ia berniat menambah anak.
Penolakan beruntun itu sempat membikin kecut Ruth. Ia mengendurkan ambisinya menjadi pengacara seperti sang suami, Martin Ginsburg. Ibu dua anak ini kemudian bekerja sebagai dosen hukum di Rutgers University dan Columbia University serta menjadi profesor perempuan pertama di kampus tersebut. Di kelas, Ruth terus berbicara soal patriarki serta hukum negaranya yang seksis dan diskriminatif.
Semangat Ruth menjadi pengacara baru berkobar lagi saat suaminya menyodorkan satu kasus diskriminasi gender yang menimpa Charles Moritz, pria yang mengasuh sendiri ibu kandungnya. Moritz sebelumnya mengajukan permohonan banding atas putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan dia tak berhak atas pengurangan pajak biaya asuh ibunya. Alasannya, Moritz adalah pria lajang, sedangkan undang-undang membatasi penerima pemotongan pajak hanyalah perempuan, duda, dan suami yang istrinya lumpuh.
Persidangan Charles Moritz menjadi klimaks film On the Basis of Sex. Film arahan sutradara Mimi Leder (The Peacemaker, Deep Impact) ini diilhami kisah nyata Ruth Bader Ginsburg, hakim agung yang juga ikon feminisme. Ia dikenal nyentrik karena putusan-putusannya yang mendobrak tradisi di Amerika. Sebelum ditunjuk Presiden Amerika Bill Clinton untuk bertugas di Mahkamah Agung pada 1993, Ruth menjadi pengacara dan hakim di Distrik New York Selatan.
imdb
Film diawali dengan sukacita Ruth sebagai salah satu dari sembilan perempuan “spesial”. Mereka nyempil di tengah 500-an murid lelaki sekolah hukum Harvard pada 1956. Ketika itu, Harvard University baru enam tahun terakhir menerima mahasiswa perempuan untuk studi hukum yang dianggap maskulin. Sayangnya, kebijakan itu tak lantas membuat Ruth bebas dari perlakuan bias gender yang sudah meng-urat di Amerika.
Di kelas, Ruth kadang ditepikan dosen dalam diskusi kasus. Dia kalah peluang dibanding mahasiswa pria yang sejatinya kalah kritis darinya. Toilet kampus pun hanya ada untuk laki-laki. Belum lagi saat Ruth mengajukan diri untuk melanjutkan studi di Columbia, mulanya Harvard menolak. Padahal, sebelumnya, dua mahasiswa pria mendapat keistimewaan itu. Kondisi itu membuat Ruth makin mengutuk ketidakadilan berbasis gender yang mengandaskan mimpi-mimpinya.
Diskriminasi yang dihadapi Ruth mengingatkan pada Hidden Figures (2016). Film berlatar 1960-an itu berkisah tentang tiga perempuan yang bekerja di badan antariksa Amerika, NASA. Mereka tak hanya menghadapi ketidaksetaraan gender, tapi juga rasisme di lingkungan kerja. Sementara Hidden Figures kental akan kisah persahabatan, drama ruang sidang dan kisah cinta Ruth menjadi bumbu On the Basis of Sex.
Diskriminasi yang dihadapi Ruth mengingatkan pada Hidden Figures (2011). Film berlatar 1960-an itu berkisah tentang tiga perempuan yang bekerja di badan antariksa Amerika, NASA. Mereka tak hanya menghadapi ketidaksetaraan gender, tapi juga rasisme di lingkungan kerja.
Permainan Felicity Jones bersinar dalam film berdurasi 120 menit ini. Ia berperan mantap sebagai Ruth Ginsburg yang cerdas, keras kepala, dan kerap kelewat percaya diri. Walau begitu, kadang penampilannya membuat bertanya-tanya, betulkah gaya Ruth muda seglamor yang ditampilkan Jones dalam film. Puncaknya adalah adegan pamungkas dalam persidangan Charles Moritz. Jones—tanpa senyum barang secuil—menunjukkan kecemerlangan Ruth: ia berhasil meyakinkan hakim untuk membuat putusan radikal.
Namun dramatisasi adegan persidangan ini sempat disorot Ruth Ginsburg asli. Ia menyebutkan representasi dirinya yang sempat gugup dalam sidang perdana tak benar. Sebagian cerita dalam film ini juga hanya fiksi, seperti adegan Ruth menggantikan Martin, yang sakit kanker testis, belajar di ruang kelas. Namun tambahan fiksi seperti ini yang justru memancing kita untuk tambah ingin tahu sosok Ruth Ginsburg sebenarnya. Bukan hanya soal pribadinya yang garang, tapi juga kasus-kasus monumental yang ia tangani.
ISMA SAVITRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
imdb
Sutradara: Mimi Leder
Skenario: Daniel Stiepleman
Pemeran: Felicity Jones, Armie Hammer, Justin Theroux
Produksi: Focus Features
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo