ISTILAH Sabang-Merauke kini tak cuma dalam lagu. Kompetisi utama
PSSI telah menggelindingkannya pula dalam pertandingan final di
stadion utama Senayan, Jakarta. Malam itu, 31 Agustus,
berhadapan Persiraja dari Banda Aceh dan Persipura dari
Jayapura.
Di kertas, kemenangan lebih dekat bagi Persipura. Lihatlah
catatan prestasinya. Tahun 19791 ia menjuarai turnamen 12 Besar
PSSI. Prestasi itu masih dilengkapi PS Mandala, inti dari
Persipura, yang memboyong Piala Presiden Soeharto lewat
kejuaraan antar klub.
Persiraja, sekalipun sudah masuk kelompok peserta kompetisi
utama, hanya menempati urutan keempat. Sedang klub Podiraja,
tulang punggung Persiraja, tak meraih predikat apa pun dalam
periode yang sama.
Tak heran Erwin Baharuddin, Ketua KONI Jakarta, dan pecandu
sepakbola lainnya menjagoi Persipura. Pasar taruhan juga
memberikan voor satu gol buat Persiraja.
Di lapangan ternyata Persiraja membantai Persipura dengan
kemenangan 3 -1. Ini "gara-gara tiga pemain PS Mandala kena
musibah (skandal suap), dan kami terpaksa menurunkan pemain yang
belum berpengalaman," kata Bas Youwe, Ketua Persipura kepada Max
Wangkar dari TEMPO.
Apa rahasia sukses Persiraja? Pernah silih berganti pelatih
nasional seperti B.A. Mangindaan, Sucipto Suntoro, dan Maryoso
menanganinya. Menjelang kompetisi utama 1979-1980 Persiraja
dipusingkan oleh pelatih mana lagi yang akan mengasuh. Lantas H.
Dimurthala, Ketua Persiraja, mengirimkan 25 pemain berlatih di
Singapura. "Supaya lawan jadi ngeri," katanya.
Latihan di luar negeri selama 21 hari, menurut pemain Yusmahdi,
juga untuk mencegah pandangan negatif dari masyarakat Banda
Aceh, mengingat pemusatan latihan diadakan di bulan Ramadan.
Selama di Singapura, Persiraja digembleng oleh Andrew Yap.
Walau tempat teratas dalam kompetisi utama beralih dari Persija
ke tangan Persiraja, wajah persepakbolaan nasional masih tak
menggembirakan. Mutunya melorot, "bila dibandingkan dengan
kompetisi sebelumnya," kata Ketua Persebaya, Djoko Sutopo,
antara lain karena pemain terbaik dalam perkumpulan hijrah ke
klub Galatama.
Makan Sogok
Erwin menunjang pendapat Djoko. "Saya harus ribut dulu dengan
pimpinan Jayakarta dalam memilih pemain," katanya. Ia sudah
menunda pemindahan Umar Alatas dan Jayadi Said ke Jayakarta
Galatama. Ternyata itu pun tak mampu menolong Persija
mempertahankan kedudukan. Sekarang Persija menempati urutan
keempat.
Nasib PSMS, Medan, lain lagi. Selain digerogoti oleh klub
Galatama, ia dirundung pula oleh kasus suap. Beberapa pemain
seniornya sewaktu mengikuti turnamen Piala Tugu Muda di
Semarang, Juli, terlibat makan sogok. Dan Ditambah lagi soal
puasa. Akibatnya? "Kami baru benar-benar berlatih justru setelah
di Ragunan," kata Kapten PSMS, Nobon. PSMS tiba di Jakarta dan
langsung masuk asrama Ragunan, sehari sebelum pertandingan
pembukaan, 21 Agustus.
Dari enam peserta kompetisi utama (Persiraja, PSMS, Persija,
Persebaya, PSM, dan Persipura) adalah PSM dari Ujungpandang
bernasib paling menyedihkan. Dengan materi sebagian besar pemain
tua, ia menempati urutan terbawah. Dari lima pertandingan, hanya
satu kali ia menang (2-1) atas Persebaya. Kemenangan itu memberi
PSM nilai dua, sama dengan yang diperoleh Persebaya dari dua
kali seri. Namun Persebaya lebih beruntung dalam perbandingan
gol rata-rata.
Meski semua tim bermain dengan mutu rendah, bukan berarti dari
kompetisi utama tak terlihat bakat menonjol. Selain Umar Alatas,
dan Jayadi Said yang sudah akan terjun ke Galatama, tercatat
nama Ricky dan Ulil Amri dari PSMS, serta Chaerul Achwan dari
Persija yang pantas diperhatikan. Bahkan mereka bisa diandalkan
untuk PSSI Utama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini