YAN Imang masih belum terkalahkan. Ia kembali jadi juara untuk
ketiga kalinya sejak proklamaton, lomba lari 45 km itu
diperkenalkan, 1978. Waktu tempuhnya kali ini 2 jam 54 menit
40,50 detik -- hampir enam menit lebih lamban dibandingkan
prestasinya pada tahun sebelumnya. Sebab "kurang latihan", ujar
Yan.
Memang akhir-akhir ini program latihannya lebih banyak diarahkan
untuk jarak 5.000 m dan 10.000 m ketimbang buat nomor maraton.
Tapi ada yang menduga merosotnya prestasi Yan juga karena tak
ada saingan berat, dan ia baru saja memperkuat tim trilomba
juang KORPRI. Lawan Yan yang setaraf adalah Ali Sofyan Siregar.
Kebetulan ia mewakili Indonesia dalam lomba maraton di Manila.
Frank Beckman, pelatih atletik Jerman Barat, yang menyaksikan
Proklamaton III, memuji kemampuan Yan. "Kalau jalanan tak banyak
asap knalpot, dan cuaca tak begitu panas, prestasinya sebetulnya
bisa lebih baik lagi," kata Beckman.
Hari Minggu itu, 31 Agustus, rute yang ditempuh 341 peserta,
termasuk lima putri, juga diganggu oleh kemacetan lalulintas
Jakarta. Di daerah Jembatan Dua, misalnya, sejumlah hansip sudah
membuat pagar betis, namun lalulintas itu masih mengganggu
pelari. Bahkan ada pemakai jalan yang seenaknya memacu motor
atau mobil colt tanpa menghiraukan peserta proklamaton.
Hotel di sepanjang Jalan Thamrin, seperti Mandarin, Kartika
Plaza, President, Indonesia Sheraton, Asoka, dan Sari Pasifik
memasang meja tempat minuman untuk melayani para pelari. Panitia
perlombaan menyediakan pula minuman di setiap jarak 5 km. "Agar
peserta tidak kehausan," kata Ir. Wardiman, promotor
proklamaton.
Dalam maraton seseorang harus banyak minum. Setelah berlari
sejauh lima kilometer badan biasanya akan kehilangan 45 cc
cairan tubuh. Kehilangan itu akan meningkat dalam hawa panas.
"Sangat berbahaya bila seorang pelari tak suka minum," lanjut
Wardiman.
Tjoek Soegiarto, Kepala Dinas Olahraga DKI Jakarta, menilai
bahwa kegemaran akan lari di kalangan masyarakat sudah makin
tinggi. Sebelum diperkenankan mengikuti proklamaton, seseorang
diuji menempuh jarak 28 km dengan batas waktu tiga jam.
"Terbukti sekarang makin banyak orang yang lulus," katanya.
Proklamaton terakhir ini tak lagi terbatas pada peserta di
kawasan Jakarta dan daerah terdekat saja. Juga ada peserta dari
Batang, Tegal, Yogja, dan Lampung. Bahkan muncul saingan baru
bagi Yan. Yaitu Phiong Tjung Lie dari Yogja yang menempati
urutan kedua.
Ada juga peserta, terutama yang sudah berumur, yang tidak
menguber gelar juara. "Umur menguji daya tahan dan disiplin
terhadap diri sendiri," kata Sriyanto, 47 tahun dari BAKIN. Ia
tak pernah absen dari lomba proklamaton, bahkan berhasil
menjuarai kelompok umur 40-50 tahun. Peserta lain juga bertujuan
menguji diri dan menang, adalah Robert Horman, 63 tahun,
warganegara Australia.
Di antara peserta yang memang bernafsu untuk merajai proklamaton
terdapat Hasan Djamal, 29 tahun, dari Batang. Ia ikut untuk
pertama kali dengan persiapan latihan dua minggu. Dalam latihan
ia menempuh jarak 15 km per hari, namun hari Minggu itu setelah
melewati pos 5 km pertama ia terkapar pingsan.
Ada juga peserta yang mencoba naik bis kota dan bila sudah dekat
pos turun. Panitia nampaknya tidak begitu peduli dengan tingkah
curang tersebut. Kecuali jika ia muncul sebagai juara.
Pelari nasional Starlet menjuarai kelompok peserta putri. Ia
melewati garis finish setelah berlari selama 4 jam 18 menit.
Tersedia tiket untuk mengikuti lomba maraton di Honolulu
Oktober, seperti tahun sebelumnya buat kampiun putra dari
panitia proklamaton. Tapi Bob Hassan, Ketua Umum PASI, berniat
pula untuk mengirim sejumlah pelari maraton berbakat lainnya ke
sana buat meramba pengalaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini