PUSAT latihan golf khusus untuk para kedi barangkali hanya
terdapat di Padang Golf Jaya Ancol, Jakarta. Di sana
pimpinannya, ir. Ciputra, percaya bahwa para kedi bukan hanya
pandai melayani pegolf, tapi juga mempunyai potensi untuk
menjadi pegolf terkemuka. Ia mengambil contoh pada Mamat Kajal,
misalnya. Mamat yang tak pernah mencicipi pendidikan formil yang
berarti, berhasil menunjukkan kebolehannya sebagai kedi, maupun
sebagai pegolf profesional. Dia malah pernah tampil sebagai
juara dan pernah melawat ke ber bagai negara untuk bertanding.
Pada pertengahan tahun 1974 ketika Padang Golf Jaya Ancol resmi
dibuka, tak ketinggalan pula TC Kedi Ancol diresmikan.
Pimpinannya terdiri dari Ciputra sendiri yang sehdri-hari
dibantu oleh Manager Eddy Kusubagio dan Komandan Kedi, Mamat
Kajal. Prestasinya selama 4 tahun ini boleh diberi catatan
lumayan. Di tingkat nasional sudah satu dua orang kedi mewakili
Jakarta Raya untuk Pekan Olahraga Nasional. Di tingkat luar
negeri atau turnamen internasional, tampaknya baru terbatas pada
partisipasi. Belum menunjukkan prestasi yang mengejutkan.
Tapi berita cukup mengejutkan pekan lalu justru datang dari
Ancol. Di lobi Padang Golf Ancol, 14 Agustus sesaat sudah
berbuka puasa, hampir seratus dari 350 kedi Padang Golf Ancol
berkumpul. Di situ Mamat Kajal dan Eddy Kusubagio mengadakan
upacara pembagian hadiah bagi kedi-kedi yang berprestasi
"mencari bola bekas". Hadiahnya terdiri dari uang tunai sampai
dengan radio dan televisi.
Alkisah diawali ketika pada tahun 1974 itu sebuah Yayasan
Kesejahteraan Kedi didirikan dengan pimpinan Mat Kajal. Para
anggotanya adalah keluarga besar kedi dan karyawan Padang Golf
Ancol. Mereka bergotong-royong dalam pelbagai aktivitas
kesejahteraan. Antara lain adalah kegiatan mencari bola bekas.
"Dalam 5 bulan ini," kata Eddy Kusubagio pada TEMPO, "mereka
telah menghasilkan Rp 9 juta lebih." Jumlah ini berdasarkan
harga bola bekas yang dijual kepada pegolf yang biasa bermain di
Ancol. Dari awal Maret sampai akhir Juli yang baru lalu,
tercatat 67.478 buah bola yang berhasil ditemukan. Dari jumlah
itu terjual 53.000 lebih dengan harga satunya sekitar Rp 150 s/d
200. Sisanya dipakai sendiri: untuk TC kedi, pertandingan kedi,
servis tamu dan karyawan.
Nah, setelah dipotong ongkos tetek-bengek lainnya, dari Rp 9
juta itu diperoleh Rp 8,5 juta lebih yang dibagi-bagikan kepada
anggota Yayasan Kedi. Besar kecil pembagian tergantung pada
besar kecilnya seorang anggota Yayasan menemukan bola bekas.
Jumlah bola yang distor kepada Yayasan itulah akhirnya yang
menentukan pembagian keuntungan. Untuk masa 5 bulan ini di luar
dugaan, sang juara justru dikenal sebagai non-kedi. Ia seorang
pemangkas rambut kedi. (Kedi di Ancol dilarang berambut
gondrong. Tapi dalam menghadapi Lebaran mereka diberi dispensasi
untuk sesukanya memelihara rambut). Didi namanya. Ia mendapat Rp
238.000.
Bagi Mamat Kajal, Kepala Kedi Ancol, prestasi Rp 9 juta lebih
itu amat besar artinya. "Karena," kata Mamat dengan gaya orang
gedean, "ini berarti adanya disiplin dan kerjasama yang baik di
antara pimpinan dan anak buah."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini