TIDAK kurang dari 35.000 pasangan subur dan 15.000 wanita tanpa
pasangan, berpuasa dalam bulan Ramadhan ini di Sumatera Barat.
Dan angka ini ternyata membawa ilham bagi Mahyudin, ketua Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sum-Bar. Sejak Juni
yang lalu ia sudah nenghitung-hitung tentang pasangan subur uang
bisa ditarik dalam bulan puasa.
Haid merupakan halangan yang tak bisa ditampik bagi wanita.
Jika datang dalam bulan Ramadhan tentu puasa jadi batal. Tetapi
dengan pil KB datangnya haid itu bisa ditunda. Sebagaimana
pengalaman Mahyudin tempo hari, ketika menjadi dokter haji
angkatan tahun 1970. Banyak sekali calon jemaah wanita yang
minta pil penunda haid kepadanya. Supaya tetap berada dalam
keadaan suci selama menjalankan ibadah haji.
Perkiraan Mahyudin kalau memang pil KB yang sekarang ini disusun
dalam suatu paket yang bisa menunda datangnya haid, tentu para
wanita akan menerimanya Dengan begitu tak akan ada lagi
kewajiban para wanita untuk membayar hutang puasa itu sesudah
bulan puasa. Suatu pekerjaan yang sebenarnya cukup berat.
Nah, kalau mereka sudah menerima ntuk penundaan datangnya haid,
mengapa tidak untuk KB. Sekalipun sedikit? "Penggunaan pil KB
itu atas nama ibadah, jadi tidak bicara KB lebih dulu," katanya
kepada Koresponden TEMPO, Muchlis Sulin.
Ulama Setuju
Rencananya itu kemudian dibawa kepada Gubernur Sum-Bar, ir Azwar
Anas. Ada beberapa alasan untuk meminta persetujuan kepada tokoh
pemerintahan itu. Selain gubernur Awar Anas 'kan seorang haji
dan pelindung Majelis Ulama lagi. Sambutan lumayan juga.
"Bagus," kata gubernur. "Bahas dulu dengan majelis ulama,"
katanya pula memberi syarat.
Begitulah, pada tanggal 27 Juni di Islamic Centre Nurul Iman,
Padang, selama sehari penuh Majelis Ulama bersidang membahas
soal boleh-tidaknya pil anti hamil digunakan untuk ibadah puasa.
Dalam sidang itu pidato pengarahan datang dari Mahyudin, juga
dari Kepala Kantor Wilayah Kesehatan, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama dan tentu saja dari gubernur.
Ramai juga pil KB yang sebesar kacang ijo itu dibicarakan.
Ditinjau dari kesehatan bagaimana, dari agama bagaimana.
Walhasil Majelis Ulama menyetujui penggunaan pil KB tersebut
untuk menunda haid. "Hukumnya mubah, selama tidak mengganggu
kesehatan. Kami setuju jika manfaatnya lebih banyak dari
mudaratnya," kata Ketua Majelis Ulama Sum-Bar, Dt Palimo Kayo.
Setelah mendapat persetujuan dari Majelis Ulama, Mahyudin baru
melaporkan rencana itu ke BKKBN Pusat. Sampai di Jakarta rencana
itu tentu saja disetujui, pokoknya peserta KB bertambah. Lantas
dibentuklah apa yang disebut Tim Ramadhan yang bergerak secara
operasionil untuk menyebar-luaskan "Pil Ramadhan".
Jumlah tim ini mencapai 117. Masing-masing tim terdiri dari 3
unsur. Unsur kesehatan, penerangan dan kantor urusan agama. Tiap
kecamatan dapat 1 tim, ibukota kabupaten 2 tim, kotamadya 4 tim
dan kota Padang, khusus dapat 8 tim. Hebat juga. Inilah untuk
pertama kali pil KB dilibatkan dalam keperluan ibadah secara
besar-besaran.
Sementara Tim Ramadhan itu bergerak ke berbagai pelosok, reaksi
bukannya tak ada. Bahkan datang dari ulama yang dekat dengan
gubernur, namanya Buya Rasyid Thaher. Apa katanya tentang
penggunaan pil penunda haid itu? "Itu namanya melawan fitrah.
Saya tidak setuju," katanya keras.
Ada pula yang mendukung pendapat Buya Rasyid itu. Malahan dengan
tambahan keterangan: "Bukankah haid itu darah kotor, mengapa
harus dipendam dalam rahim?" tanya mereka. Meski tidak dalam
forum pertemuan perang pendapat memang gencar. "Darah kotor? !
Haid itu justru darah bersih," tangkis seorang dokter.
Menghadapi pendapat yang beredar kian-kemari, Gubernur Azwar
Anas sendiri tampak lebih tegas. "Buya Rasyid Thaher 'kan salah
satu dari ulama. Padahal sebagian besar ulama, apalagi lewat
lembaga sudah setuju. Ya, jalan," begitulah seruan gubernur.
Jalan sudah terbuka, tak ada lagi yang mesti ditunggu. Tim
Ramadhan yang sudah dibentuk jalan terus. Apalagi dropping pil
Ramadhan sudah sampai di Padang. 4,2 juta jumlahnya. Berbeda
dengan pil KB biasa, paket Pil Ramadhan ini terdiri dari pil
berhormon seluruhnya. Tidak seperti paket pil KB biasa, yang
terdiri dari 21 pil berisi hormon sedang yang 7 lagi hanya
kosong saja supaya haid bisa datang. "Tiap peserta akan menelan
pil ini antara 60-80 tablet sejak Juli sampai September," urai
dr Syahrial Ismail, salah seorang anggota Tim Ramadhan. Biaya
operasionil pil penunda haid itu mencapai Rp 16,5 juta.
Para peserta tidak begitu saja mengacungkan tangan lantas bisa
ikut serta. Mereka harus diperiksa dulu kesehatannya. Dan
pekerjaan ini memang melelahkan juga, sebab peminat begitu
banyak yang antri. Sampai-sampai persediaan pil di Solok dan
Payakumbuh sempat habis.
Namun tujuan berikut dari Pil Ramadhan ini masih ditunggu.
Berapa besar di antara para peserta penunda haid yang sekarang
akan tertarik masuk KB? Dalam rancangan BKKBN sudah tertulis
jadwal lepas puasa, di mana para peminum Pil Ramadhan akan
diundang lagi. Sekarang bukan untuk menanyakan apakah mereka mau
terus-terusan tak datang bulan. Tapi apakah bersedia masuk KB.
Ketika Mahyudin ditanya, bagaimana kalau mereka ternyata tak
bersedia, cepat ia menjawab "Tidak apa-apa. Yang penting dari
segi ibadah sudah tercapai. Bukankah banyak wanita selama ini
berat mengganti puasa mereka yang batal karena haid?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini