Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rally bertongkat dan kursi roda

Rally jalan kaki, diselenggarakan oleh penderita cacat tungkai (Yayasan Paraplegia Indonesia), kerja sama dengan persatuan gerak jalan jakarta. (or)

8 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA menutup tahun 1982 dengan acara yang cukup unik: rally jalan kaki. lomba 28 Desember itu menjadi lebih menarik karena yang menyelenggarakannya adalah penderita cacat tungkai (Yayasan Paraplegia Indonesia) bekerja sama dengan Persatuan Gerak Jalan Jakarta. "Jalan kaki merupakan kekayaan yang tak ternilai bagi orang-orang seperti kami ini," ujar Kusbiono Sarmanhadi, pencetus ide lomba jalan kaki dengan sistem rally itu. Sebelumnya dia terkenal sebagai penyelenggara berbagai macam rally mobil. Sehari-hari bekerja sebagai notaris. Dan ke mana-mana-bergerak dengan bantuan kursi rodanya. Sekitar 700 peserta yang terbagi dalam 127 regu dilepas Gubernur DKI, Suprapto, dengan kibaran bendera start di lapangan Monas. Para peserta kebanyakan orang-orang yang nampaknya sudah biasa mengikuti lomba gerak jalan. Ada regu yang terdiri dari suami istri dan tiga anak. Tetapi yang paling mengesankan bagi para penonton adalah para penderita cacat yang memakai tongkat. Begitu pula enam regu putra-putri yang terdiri dari para pemakai kursi roda. Kemudian ada pula regu campuran pejalan kaki sejati dengan penderita cacat tungkai. Mulai pukul 6 pagi mereka harus menempuh rute sepanjang 20 km menyusuri jalan-jalan di daerah Menteng. Berputar-putar di sana, kemudian kembali ke garis finish di kantor balai kota. Perlombaan yang berdasarkan ketepatan waktu ini kelihatannya cukup menegangkan saraf para peserta. Panitia sengaja memberikan soal yang terkadang bisa mengecohkan peserta. Seluruh rute harus ditempuh dengan mengandalkan peta dengan arah jalan yang dilukis seperti bunga tulip dengan tanda-tanda yang membingungkan. Sehingga bisa terjadi satu regu saling berpapasan dengan regu lain di satu jalan. Satu regu yang terdiri dari seorang tua berusia hampir 70 tahun, seorang anak kecil dan tiga orang dewasa kelihatan agak kocar-kacir barisannya, tiba-tiba berhenti di persimpangan jalan. "Kita disuruh belok ke kanan, tapi kok tak ada jalan ke kanan," omel si kakek. Untuk mengatasi kesulitan mereka terpaksa mundur kembali ke belakang. Nama-nama untuk pos tempat melapor sengaja diberikan nama-nama yang lucu supaya menghibur. Seperti Pakde Boy, Kesusu dan Kebangetan. Di pos yang bernama Bloon banyak peserta yang merasa dipermalukan. Seorang komandan regu menyerahkan kartu untuk dicap di pos ini. "Lho kok sudah ada capnya," sambut panitia tertawa. Rupanya regu ini tersasar dalam mencari arah. Soal-soal yang diberikan panitia itu terkadang membikin jengkel dan putus asa sebagian peserta. Banyak yang bergerak tanpa mempedulikan arah lagi, begitu jarak sudah lebih separuh yang ditempuh. Malahan 16 regu, saking kesalnya, langsung pulang dan tidak pernah muncul di garis finish. Para peserta yang sampai di balai kota (peserta terakhir masuk pukul 12.30) kelihatannya masih segar. "Hal ini disebabkan perhatian kami tertumpah pada soal yang diberikan, sehingga kami lupa berapa jarak yang sudah ditempuh," kata Nur Arifin, peserta yang pernah menjuarai gerak jalan Jakarta-Bogor. Para peserta cacat tungkai yang memakai kursi roda semuanya sampai di finish. "Buat kami bukan kemenangan yang terpenting, tapi ambil bagian," ujar Liong Beng sambil tersenyum dari kursi rodanya. Rally yang berlangsung dengan soal-soal yang rumit itu rupanya balik memukul panitia. Sebab untuk menentukan siapa yang berhasil menang dan merebut piala bergilir gubernur, diperlukan waktu 20 hari untuk menghitung catatan-catatan yang masuk. Pertengahan Januari ini nama-nama pemenang baru bisa diumumkan. Menurut Kusbiono Sarmanhadi, penilaian rally jalan kaki ini lebih sulit dibandingkan rally mobil. Sebab selain ketepatan waktu, dinilai pula kerapihan dan sopan santun peserta mempergunakan jalan. "Kalau ada trotoar mereka harus berjalan di trotoar," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus