MENYAMBUT Tahun (Baru) Ayam Jago, Persatuan Atletik Amatir
Hong Kong (HKAAA) mengundang jago-jago maraton dari 13 negara,
termasuk Indonesia. Undangan itu disambut PB PASI (Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia) dengan mengirim 10 pelari putra dan 3
putri. Hasilnya lumayan: rekor baru Indonesia (2 jam 34 menit 34
detik) diciptakan Yakob Atarury. Bersama Ali Sofyan Siregar dan
Sunardi, ia mendapat juga plaket 10 Besar dari 243 peserta
Maraton Hong Kong 1981.
Ketua Umum PASI, Bob Hasan menempatkan mereka di sebuah hotel
kelas satu di pusat kota Kowloon. Ini cukup meyakinkan panitia
penyelenggara bahwa Indonesia akan menciptakan prestasi hebat.
Kebetulan pelari-pelari AS yang diunggulkan mengundurkan diri.
Anggota panitia yang menjadi guide Indonesia, William Ko,
mengatakan pelari Olympiade Don Kardong sulit mengatur jadwal,
sedang McChesney Bill sempat mendaftar tapi tak datang.
Tinggal satu-satunya yang diunggulkan ialah pelari Inggris yang
mukim di Thailand, yaitu Stephen Brown yang mencatat waktu
2.27.00 di Maraton Honolulu 1980. Panitia sendiri mengandalkan
juara bertahan Bill Pegler dalam Maraton Hong Kong, tapi ia
tidak turut kali ini.
Ternyata ada kejutan. Keluar sebagai juara ialah Kitayana
Yoshinobu (32 tahun) dengan mencatat waktu 2.19.43, lebih cepat
dari prestasinya semula di Tokyo tahun lalu. "Prestasi terbagus
saya sebelum ini yang betul ialah 2.23.24," kata pelari ranking
ke-17 epang itu.
Stephen Brown menyusul di belakang Yoshinobu agak jauh, namun ia
memperbaiki prestasinya di Honolulu. Pelari tuan rumah, Collin
Bell yang sudah menguasai medan, menjadi juara IV tanpa
perbaikan prestasi.
Sang juara, Yoshinobu, karyawan industri kimia Asahi Kasey,
mengaku ia berlatih setiap hari. Sejak umur 19 tahun lari 2 jam
setiap sore selain jongging pagi 1 jam di kota Miyasaki,
Kyushu. Resep kemenangannya sama seperti yang dilakukan juara
putri, Kathryn Binns (23 tahun) dari Inggris. "Pagi jogging di
taman London, dan petang di jalan sejauh 7 mil," tutur gadis
pirang berbadan ramping tapi gesit itu.
Pelari-pelari Indonesia sendiri ternyata tidak setiap hari
berlatih. "Latihan setiap hari ialah ketika mereka masuk
pelatnas," kata pelatih Moh. Asro. Yang paling tidak siap ialah
Yan Imang. Sejak gagal dalam Maraton Nasional 1980 di Jakarta,
ia tak pernah latihan lagi. Bahkan sempat ia menyatakan
hendak mengundurkan diri.
"Saya memang tidak konsisten. Pulang kantor sudah gelap,
sehingga sering tidak sempat latihan," kata Yan. Di pelatnas pun
ia tidak selalu ikut. Hasilnya di Hong Kong memang sangat jelek.
Pada km 10, ia sudah ketinggalan dari Ali Sofyan. Pada km 30, ia
mulai jalan kaki. "Pokoknya saya berusaha tidak gugur," katanya.
Akhirnya ia bersama Phing Tjung Lie mencapai finish di urutan
ke-64. Hampir 100 peserta tak sampai finish, termasuk Sutrisno
dari Indonesia. "Ia lambat dalam penyesuaian cuaca," kata dokter
Sadoso.
Maraton itu berlangsung dalam suhu 15ø C: di dataran tinggi Shek
Kong, sebuah kota di Teritori Baru Hong Kong yang disewa
Inggris selama 100 tahun sejak 1898 dari Cina. Hari itu, 31
januari, suhu di kota pantai semenanjung Kowloon yang ramai
dengan bangunan tinggi tercatat 17ø C.
Medan maraton itu terletak 45 mil (1« jam perjalanan bis) dari
Kowloon. Selain HKAAA, sponsornya juga pihak angkatan bersenjata
dan perusahaan besar Duty Free Shoppers. Start dari ujung
landasan latihan udara RAF (Royal Air Force), keluar ke jalan
raya yang sedikit menanjak sepanjang 2 km, selanjutnya menurun
terus masuk perkampungan yang ramai anak-anak petani, lewat
kebun-kebun sayur sawi dan kol (bau pupuk tinja sangat menusuk,
terasa sampai ke lambung di sini), kemudian masuk jalan raya
lagi (ramai kendaraan yang mencipatkan air selokan yang luber
ke jalan), masuk lagi ke pangkalan udara. Jarak itu baru 10 km,
sehingga peserta harus 4 kali mengitarinya. Finish di suatu
lapangan rugby.
Sebagian besar atlet PASI bisa mengatasi keadaan cuaca atau pun
medan. Di situ 3 pelari putri (Merry Manuhutu, Helena dan Titik
Lestasi) memperbaiki rekor masing-masing. Merry Manuhutu menjadi
juara IV memperoleh hadiah 5 Besar dari 16 peserta putri,
dengan waktu 3.31.29. "Medan di Shek Kong ini lebih baik
dibanding di Jakarta," katanya.
Lain lagi pendapat Ali Sofyan Siregar. "Justru karena turunan
banyak, saya tercecer. Kalau tanjakan, saya baru bisa mengejar
lagi," kata juara Maraton Hangthen Bangkok 1980 itu yang
menduduki urutan VI di Hong Kong.
Leonard Elluit, pelari Filipina jadi juara III, tapi di Manila
Agustus lalu Ali masih mengalahkannya. "Di Hong Kong ia lebih
baik dari saya karena ia sudah masuk pelatnas SEA Games sejak
September," cerita Ali.
Yakob Atarury yang memecahkan rekor baru mengatakan ia tak
mungkin berprestasi lebih tinggi lagi. "Saya sudah punya dua
anak, sudah umur 32 tahun. Dan saya tak mungkin meninggalkan
pekerjaan saya." Atarury menjadi Kepala Seksi Olahraga Kadin P &
K. Kabupaten Yapen Waropen, Irian Jaya. Prestasi terbaik maraton
nasional tak resmi pernah dibuat Gurnam Singh (2 jam 28 menit).
"Masih terlalu jauh itu buat saya," katanya.
Bob Hasan yang datang ke Shek Kong mengatakan PB PASI belum
menuntut prestasi sekarang ini. "Sekarang masih dalam rangka
pemasalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini