Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rekor baru dari Shek Kong

Indonesia berhasil masuk "10 besar putra" dan "5 besar putri" dalam lomba maraton hong kong yang diikuti 13 negara. kitayana yoshinobu keluar sebagai juara.

7 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENYAMBUT Tahun (Baru) Ayam Jago, Persatuan Atletik Amatir Hong Kong (HKAAA) mengundang jago-jago maraton dari 13 negara, termasuk Indonesia. Undangan itu disambut PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) dengan mengirim 10 pelari putra dan 3 putri. Hasilnya lumayan: rekor baru Indonesia (2 jam 34 menit 34 detik) diciptakan Yakob Atarury. Bersama Ali Sofyan Siregar dan Sunardi, ia mendapat juga plaket 10 Besar dari 243 peserta Maraton Hong Kong 1981. Ketua Umum PASI, Bob Hasan menempatkan mereka di sebuah hotel kelas satu di pusat kota Kowloon. Ini cukup meyakinkan panitia penyelenggara bahwa Indonesia akan menciptakan prestasi hebat. Kebetulan pelari-pelari AS yang diunggulkan mengundurkan diri. Anggota panitia yang menjadi guide Indonesia, William Ko, mengatakan pelari Olympiade Don Kardong sulit mengatur jadwal, sedang McChesney Bill sempat mendaftar tapi tak datang. Tinggal satu-satunya yang diunggulkan ialah pelari Inggris yang mukim di Thailand, yaitu Stephen Brown yang mencatat waktu 2.27.00 di Maraton Honolulu 1980. Panitia sendiri mengandalkan juara bertahan Bill Pegler dalam Maraton Hong Kong, tapi ia tidak turut kali ini. Ternyata ada kejutan. Keluar sebagai juara ialah Kitayana Yoshinobu (32 tahun) dengan mencatat waktu 2.19.43, lebih cepat dari prestasinya semula di Tokyo tahun lalu. "Prestasi terbagus saya sebelum ini yang betul ialah 2.23.24," kata pelari ranking ke-17 epang itu. Stephen Brown menyusul di belakang Yoshinobu agak jauh, namun ia memperbaiki prestasinya di Honolulu. Pelari tuan rumah, Collin Bell yang sudah menguasai medan, menjadi juara IV tanpa perbaikan prestasi. Sang juara, Yoshinobu, karyawan industri kimia Asahi Kasey, mengaku ia berlatih setiap hari. Sejak umur 19 tahun lari 2 jam setiap sore selain jongging pagi 1 jam di kota Miyasaki, Kyushu. Resep kemenangannya sama seperti yang dilakukan juara putri, Kathryn Binns (23 tahun) dari Inggris. "Pagi jogging di taman London, dan petang di jalan sejauh 7 mil," tutur gadis pirang berbadan ramping tapi gesit itu. Pelari-pelari Indonesia sendiri ternyata tidak setiap hari berlatih. "Latihan setiap hari ialah ketika mereka masuk pelatnas," kata pelatih Moh. Asro. Yang paling tidak siap ialah Yan Imang. Sejak gagal dalam Maraton Nasional 1980 di Jakarta, ia tak pernah latihan lagi. Bahkan sempat ia menyatakan hendak mengundurkan diri. "Saya memang tidak konsisten. Pulang kantor sudah gelap, sehingga sering tidak sempat latihan," kata Yan. Di pelatnas pun ia tidak selalu ikut. Hasilnya di Hong Kong memang sangat jelek. Pada km 10, ia sudah ketinggalan dari Ali Sofyan. Pada km 30, ia mulai jalan kaki. "Pokoknya saya berusaha tidak gugur," katanya. Akhirnya ia bersama Phing Tjung Lie mencapai finish di urutan ke-64. Hampir 100 peserta tak sampai finish, termasuk Sutrisno dari Indonesia. "Ia lambat dalam penyesuaian cuaca," kata dokter Sadoso. Maraton itu berlangsung dalam suhu 15ø C: di dataran tinggi Shek Kong, sebuah kota di Teritori Baru Hong Kong yang disewa Inggris selama 100 tahun sejak 1898 dari Cina. Hari itu, 31 januari, suhu di kota pantai semenanjung Kowloon yang ramai dengan bangunan tinggi tercatat 17ø C. Medan maraton itu terletak 45 mil (1« jam perjalanan bis) dari Kowloon. Selain HKAAA, sponsornya juga pihak angkatan bersenjata dan perusahaan besar Duty Free Shoppers. Start dari ujung landasan latihan udara RAF (Royal Air Force), keluar ke jalan raya yang sedikit menanjak sepanjang 2 km, selanjutnya menurun terus masuk perkampungan yang ramai anak-anak petani, lewat kebun-kebun sayur sawi dan kol (bau pupuk tinja sangat menusuk, terasa sampai ke lambung di sini), kemudian masuk jalan raya lagi (ramai kendaraan yang mencipatkan air selokan yang luber ke jalan), masuk lagi ke pangkalan udara. Jarak itu baru 10 km, sehingga peserta harus 4 kali mengitarinya. Finish di suatu lapangan rugby. Sebagian besar atlet PASI bisa mengatasi keadaan cuaca atau pun medan. Di situ 3 pelari putri (Merry Manuhutu, Helena dan Titik Lestasi) memperbaiki rekor masing-masing. Merry Manuhutu menjadi juara IV memperoleh hadiah 5 Besar dari 16 peserta putri, dengan waktu 3.31.29. "Medan di Shek Kong ini lebih baik dibanding di Jakarta," katanya. Lain lagi pendapat Ali Sofyan Siregar. "Justru karena turunan banyak, saya tercecer. Kalau tanjakan, saya baru bisa mengejar lagi," kata juara Maraton Hangthen Bangkok 1980 itu yang menduduki urutan VI di Hong Kong. Leonard Elluit, pelari Filipina jadi juara III, tapi di Manila Agustus lalu Ali masih mengalahkannya. "Di Hong Kong ia lebih baik dari saya karena ia sudah masuk pelatnas SEA Games sejak September," cerita Ali. Yakob Atarury yang memecahkan rekor baru mengatakan ia tak mungkin berprestasi lebih tinggi lagi. "Saya sudah punya dua anak, sudah umur 32 tahun. Dan saya tak mungkin meninggalkan pekerjaan saya." Atarury menjadi Kepala Seksi Olahraga Kadin P & K. Kabupaten Yapen Waropen, Irian Jaya. Prestasi terbaik maraton nasional tak resmi pernah dibuat Gurnam Singh (2 jam 28 menit). "Masih terlalu jauh itu buat saya," katanya. Bob Hasan yang datang ke Shek Kong mengatakan PB PASI belum menuntut prestasi sekarang ini. "Sekarang masih dalam rangka pemasalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus