Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rony Dan Adik-Adiknya

Ditunjuk sebagai play maker (pengatur permainan) PSSI utama, ronny pernah keluar dari tim nasional karena kegemarannya merokok.

13 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA bungkus kretek diisapnya tiap hari. Mendarat di Halim Perdanakusumah, Jakarta, sepulang dari Turnamen Piala Presiden di Seoul, Korea Selatan, ia segera mencari kretek. Namun kini Ronny Pattinasarany, 30 tahun, makin diakui sebagai bintang sepakbola nasional. Di zaman kepengurusan Bardosono (1975), Ronny pernah dikeluarkan dari tim nasional, karena kegemarannya merokok. Ia dinilai tak kuat bermain 2 x 45 menit, walau pelatih asal Belanda Wiel Coerver, mengakui keunggulan tekniknya bermain. Ronny baru terpakai lagi dalam SEA Games 1979, ketika tim Indonesia meraih medali perak. Tapi sewaktu PSSI mempersiapkan tim Pra Olympiade 1980, kembali Ronny tersisih dari daftar pemanggilan. Banyak orang mengira bahwa PSSI tak akan memakainya lagi. Ternyata tim PSSI Utama -- berintikan para pemain muda yang dilatih di Brazil -- membutuhkan play maker (pengatur permainan). Dan Ronny muncul sebagai calon tunggal. Sesungguhnya pengurus PSSI, menurut Ronny, semula meragukan kemampuannya menyesuaikan diri dengan angkatan muda. Tehnik Individu Pelatih E.A Mangindaan sudah tak ragu lagi. "Setelah melihat penampilan tim dalam Piala Presiden saya gembira, Ronny ternyata bisa menuntun adik-adiknya," kata Mangindaan. Dalam turnamen di Seoul itu, yang diikuti oleh enam kesebelasan, Indonesia -- dengan Ronny sebagai kapten -- menempati urutan kedua, setelah kalah 2-0 melawan tim Korea Selatan A dalam final. Menyesuaikan diri dengan generasi lebih muda, Ronny mengatakan "Saya banyak mengalah terhadap mereka." Diakuinya bahwa terpilihnya Simson Runlahpasal, Rully Nere, Didik Darmadi dan Stephanus Sirey -- semuanya kolega Ronny di Klub Warna Agung mempermudah proses penyesuaian dirinya. Bambang Nurdiansyah, seperti halnya pemain muda lain, menyatakan mereka respek pada Ronny. Dalam Piala Presiden, selain memimpin PSSI Utama, Ronny mencetak empat dari tujuh gol yang dihasilkan timnya dari enam pertandingan. Ronny menilai PSSI Utama masih punya banyak kelemahan. "Terutama tehnik individu," katanya. Ia menyebut lini penyerang perlu mendapat prioritas untuk dibenahi. "Pemain seperti Risdianto (Warna Agung) dan Hadi Ismanto (Indonesia Muda) perlu masuk." Keduanva adalah pencetak gol terbanyak dalam kompetisi Galatama lalu. Ronny, ayah dari seorang putra bernama Benny, juga menyarankan agar tim nasionai itu cukup satu saja. Tapi akhir pekan lalu PSSI menunjuk Sinyo Aliandu, pelatih klub Tunas Inti, sebagai pembina PSSI Pratama -- tim nasional kedua. Belum diungkapkan daftar pemain yang akan dilatih Aliandu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus