TOSHIHIKO Seko masih tercecer di belakang pelari Amerika Serikat
Craig Virgin sewaktu jarak tempuh lomba klasik Maraton Boston
tinggal sekitar 6,5 km lagi. Selang sesaat kemudian ia ganti
memimpin. Ia bahkan tak teruber lawan sampai ke garis finish.
Seko menyentuh pita -- setelah berpacu sejauh 42,195 km -- dan
alat pencatat waktu panitia menunjukkan 2 jam 9 menit 26 detik.
Prestasi ini satu detik lebih tajam dari rekor Maraton Boston
yang dipatok Bill Rodgers di tahun 1979.
Rodgers, juara empat kali Maraton Boston, dalam lomba tahunan
ke-85 yang diselenggarakan pekan lampau menempati urutan ketiga
di belakang Seko dan Virgin. Waktu tempuhnya 2 jam 10 menit 34
detik. "Saya bersyukur bahwa saya tak terlalu jauh di belakang
orang Nomor Satu di dunia saat ini," kata Rodgers. Ia menyebut
Seko sebagai pelari maraton nomor wahid, tapi rekor dunia Derek
Clayton dari Australia (2 jam 8 menit 33 detik) yang sudah
berusia 12 tahun belum terpecahkan. Tapi, "bukankah tidak ada
orang yang lebih cepat dari Seko sekarang" lanjut Rodgers.
Toshihiko Seko, 24 tahun, mahasiswa teknik Universitas Waseda di
Tokyo. Ia mulai dikenal dalam lomba internasional Maraton
Fukuoka empat tahun lalu. Seko dalam pemunculan pertamanya itu
tak menang. Tapi ia telah merebut perhatian, hingga pelatih
Kiyoshi Nakamura yakin bahwa pemuda kelahiran Provinsi Mie ini
suatu ketika akan menjadi kampiun dunia.
Seko, pelari jarak menengah (5.000 m dan 10.000 m) sejak di
bangku Yokaichi Industrial High School, semula dipersiapkan
tampil dalam Olympiade Moskow 1980. Ia tak jadi berangkat karena
Jepang ikut memboikot pesta olahraga dunia itu. Seko kemudian
membuktikan diri dengan menjuarai Maraton Fukuoka akhir tahun
itu juga. Ia bahkan mengalahkan pemegang medali emas lomba
maraton Olympiade Moskow, Waldemar Cierpinski, dari Jerman
Timur. Prestasi Seko waktu itu 2 jam 9 menit 45 detik. Sementara
rekor Cierpinski dalam Olympiade Moskow 2 jam 11 menit 3 detik.
Dalam Maraton Boston baru dua kali Seko bertarung. Pertama kali
di tahun 1979 ia menempati urutan kedua di belakang Rodgers.
Prestasinya 2 jam 10 menit 2 detik. "Waktu itu cuaca kurang
menguntungkan saya," kata Seko. "Kaki saya kejang lantaran
dingin." Dalam Maraton soston 1981 suhu sekitar 16 sampai 17
derajat Celcius -- cukup menyenangkan bagi Seko.
Sepulang dari Maraton Boston 1979 Seko ditempa lebih keras oleh
pelatih Nakamura. Ia dilatih dalam cuaca yang lebih dingin dari
Boston. Juga ia dipersiapkan menempuh medan yang berbukit.
"Tanpa bimbingan Nakamura-san tak mungkin saya menjadi juara,"
katanya.
Seko mengaku hubungannya dengan Nakamura "sudah seperti ayah dan
anak." Seko bahkan tinggal di rumah Nakamura di Tokyo. Nakamura
pernah kehilangan putranya. Kini mempunyai dua putri, ia
menganggap Seko dan dua pelari maraton lainnya sebagai pengganti
anak laki-lakinya.
Berlatih tiap hari, Seko bangun pukul empat pagi dan kemudian
berlari sejauh 20 km. Setelah itu ia bersiap-siap berangkat ke
tempat kerjanya, bila tidak kuliah. Di perusahaan S&B Shokuhin
ia bekerja 4 jam sampai pukul 13.00. Sore harinya ia berlatih
lagi sekitar 40 km.
Kemudian di rumah ia bersantai sambil menonton televisi atau
mendengarkan musik maupun membaca selama beberapa jam. Pukul 10
malam ia tidur.
Juga kadar gizi makanan dan kegiatan sehari-hari Seko dijaga
ketat oleh Nakamura. Diperhatikan Nakamura antara lain jam mandi
dan waktu untuk berurut. "Latihan yang saya berikan sekarang ini
berbeda dengan yang diperoleh pelari maraton yang dipersiapkan
bagi Olympiade Tokyo (1964) dulu," cerita Nakamura. "Setelah
lari berat, dua kali jarak lomba sesungguhnya, pada mereka tak
cukup diberikan sekedar beristirahat saja. Perlu diatur,
misalnya, kapan mereka harus dipijat. Semua itu untuk menjaga
keseimbangan fisik dan mental mereka."
Waktu berlomba bersama 7.000 peserta Maraton Boston 1981 Seko
memang tampak santai saja. "Saya tak punya taktik atau strategi,
" kata Seko .
"Saya berlari dengan cara sendiri." Pengambil-alihan pimpinan
dari Virgin dilakukannya di depan toko alat-alat olahraga milik
Rodgers.
Tak hanya Seko yang mematok rekor, tapi juga pelari wanita
Selandia Baru Alison Roe. Ia mencapai finish setelah berlari 2
jam 26 menit 45 detik-tercepat kedua di dunia yang pernah
dicatat pelari maraton wanita. Prestasi terbaik dipegang
Norwegia Grete Waitz yang merekam tempo 2 jam 25 menit 42 detik
dalam Maraton New York City 19,80. Wait tak terdaftar dalam
Maraton Boston.
Pelari wanita terkenal lainnya yang ambil bagian dalam Maraton
Boston antara lain Patti Catalano dan Joan Benoit dari AS,
Jacqueline Gareau dari Kanada. Gareau, yang tahun ini menempati
urutan kelima, memegang rekor Maraton Boston 1980 untuk putri.
Rekornya tahun lalu 2 jam 34 menit 28 detik, dibanding dengan 2
jam 31 menit 6 detik pekan lalu.
Maraton Boston yang disponsori oleh Boston Athletic Association
dan Prudential Insurance Co. kali ini diikuti oleh peserta dari
21 negara -- termasuk Kenya, Arab Saudi, dan Wales. Pelari
Indonesia belum pernah turut di sana. Harap maklum, waktu
terbaik kampiun Indonesia Ali Sofyan Siregar masih di bawah
rekor pelari wanita Roe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini