DALAM seleksi terakhir, katanya, "saya sering salah teknik. "
Tapi Murniningsih kembali menonjol. Dengan busurnya, ia berhasil
membidik rekor baru Indonesia untuk nomor 70 m ganda putri dalam
Seleksi Nasional Panahan 'di Jakarta pekan lalu. Prestasinya 583
dari kemungkinan 720. Rekor lama atas nama Leane Manurung
tercatat 580.
Total angka bidikan nomor 70 m, 60 m, 50 m, dan 30 m tunggal
dicapai Murniningsih 1.206. Ini melampaui target 1.200.
Murniningsih -- lahir di Sleman, 21 Agustus 1955 -- semula cukup
merisaukan induk organisasi panahan, Perpani. Ia tak diizinkan
kantornya mengikuti pelatnas SEA Games 1981 yang dimulai
Januari. "Apa jeleknya latihan di daerah," kata Paku Alam VIII
membalas kawat Perpani. "Toh di daerah juga ada pelatih yang
baik." Paku Alam VIII selain menjadi boss di Klub Mardisoro,
juga di tempat atlet itu bekerja. Murniningsih adalah staf
pribadi Wakil Kepala Daerah Yogyakarta itu.
Bagi Murniningsih sendiri pelatnas penting. "Di pelatnas, karena
diasramakan, latihan pagi-sore bisa dilakukan dengan
konsentrasi penuhi," katanya. "Kalau latihan di daerah, banyak
macam persoalan yang perlu dipikirkan." la menyebut berangkat
pergi ke dan pulang dari kantor dengan sepeda motor itu saja
sudah memakan banyak energi.
Setelah ada sedikit ancarnan Perpani, Murniningsih akhirnya
masuk pelatnas seizin kantornya, setelah tertunda dua bulan. Ia
akan berada di pelatnas, kalau prestasinya tetap baik, sampai
Desember -- saat berlangsungnya SEA Games XI di Manila.
Murniningsih yang menjalani operasi maag seusai menyabet lima
medali emas SEA Games 1979 di Jakarta masih disarankan dokter
untuk tetap berhati-hati. "Soalnya masih sering kumat," ujarnya.
Murniningsih juga pernah menderita typhus hingga ia masuk rumah
sakit tahun lalu.
Pelatih Udi Harsono semula meragukan kemampuan Murniningsih
mengikuti latihan berat. Sebab Murniningsih tidak boleh terlalu
memaksa diri.
Di pelatnas biasanya Murniningsih memulai harinya dengan latihan
fisik -- seperti lari, senam dan latihan angkat besi dengan
barbel seberat 5 kg sampai 35 kg. Setelah itu lima jam latihan
membidik sasaran. Latihan ini dilanjutkan lagi, setelah
istirahat makan siang satu jam, sampai dekat magrib. Tiap hari
begitu. Tidak jarang hari Minggu yang semestinya libur
dimanfaatkannya untuk membanahi teknik yang dirasakannya masih
kurang. "Lama saya tidak berlatih secara teratur. Karena sakit
dulu," ujarnya.
Latihan fisik bagi Murniningsih sejak awal April dikurangi
dosisnya. Misalnya, tanpa latihan angkat besi. Tapi latihan
tekniknya ditingkatkan. Tiap hari ia harus melepaskan tembakan
250 kali. Total angka bidikannya dalam latihan untuk keempat
nomor tunggal 1.193.
Murniningsih bersuamikan Mantri Polisi Sujanadi Prasetyo dari
Kecamatan Dlingo, Bantul. Keluarga ini dikaruniai seorang anak
berusia tiga tahun. Selalu ia mendapat dorongan suaminya, bahkan
juga untuk mengikuti pelatnas. "Persoalan di rumah ditanggung
beres," kata Sujanadi seperti dituturkan kembali oleh istrinya
kepada wartawan TEMPO Syahril Chili.
Dari sepuluh peserta wanita dalam seleksi terakhir Murniningsih,
sekalipun memecahkan rekor, menempati urutan kedua dalam
pengumpulan nilai. Ia kalah tujuh angka dari Leane Manurung yang
mengumpulkan nilai 2.140. Diduga pergeseran urutan akan terjadi
lagi.
Di kelompok putra juga terjadi perbaikan rekor. Pemecahnya
adalah Donald Pandiangan, 35 tahun. Dikenal sebagai "Robin Hood"
Indonesia, ia memperbaiki prestasi sendiri Yaitu nomor 90 m
tunggal (dari 287 menjadi 299), 70 m tunggal (dari 324 menjadi
328), dan 90 m ganda (dari 561 menjadi 581). Pandiangan dalam
SEA Games 1979 menyapu ketujuh medali emas yang diperebutkan.
Pandiangan, karyawan Angkasa Pura, tekun berlatih, sekalipun
tidak ada pelatnas. Selain itu ia juga meningkatkan daya
konsentrasinya dengan yoga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini