Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TANPA menoleh, sembari merentangkan tangan kiri ke belakang, Lalu Muhammad Zohri mendadak sontak berlari cepat. Di belakang, Fadlin Ahmad mengejar seraya menyodorkan tongkat yang digenggamnya. Dalam sekejap, tongkat berwarna merah itu berpindah tangan. Laju Zohri di atas lintasan Tartan merah Stadion Madya Senayan pun kian cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di ujung lintasan lurus, Eko Rimbawan juga mulai berlari begitu Zohri mendekat. Mengejar Eko di trek melengkung, Zohri sukses mengulurkan tongkat estafetnya. Yaspi Boby, yang menjadi pelari keempat, pun tanpa kesulitan menerima tongkat dari Eko dan menyelesaikan tugasnya berlari cepat ke garis finis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zohri mengaku masih kesulitan memberi operan. Penyebabnya, dia baru bergabung setelah absen karena mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia, Juli lalu. "Mungkin karena baru latihan lagi. Kadang bagus, kadang kurang," kata Zohri seusai latihan dan uji coba, Jumat dua pekan lalu.
Uji coba lari estafet 4 x 100 meter itu menjadi menu latihan Zohri dalam pemusatan latihan nasional atletik menjelang Asian Games 2018, yang akan digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September mendatang. Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) akan memasang Zohri, yang memiliki spesialisasi nomor sprint 100 meter, di nomor estafet.
Catatan waktu terbaik tim Zohri dalam uji coba adalah 39,59 detik. Hasil ini terpaut jauh dari catatan waktu yang dibuat tim-tim estafet Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Tim Hong Kong yang meraih medali perunggu saja mencatatkan waktu 38,98 detik. Catatan waktu tim Jepang, yang mendapatkan medali perak, 38,49 detik. Adapun tim Cina, yang merebut medali emas, mencetak rekor Asia dengan catatan waktu 37,99 detik.
Zohri optimistis timnya bisa memperbaiki catatan waktu mereka dalam latihan. Memoles kekompakan tim di luar lapangan juga berdampak dalam peningkatan kerja sama di lintasan. "Rasanya masih cukup waktu untuk memuluskan pertukaran tongkat," ujar pelari berusia 18 tahun itu.
Menurut pelatih Zohri, Eni Nuraeni, PB PASI sejak awal merancang program untuknya di nomor estafet. Zohri, yang menjuarai nomor sprint 100 meter dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia, adalah pelari dengan catatan waktu terbaik di tim estafet. "Dari awal kami pasang sebagai pelari kedua, karena dia yang tercepat," ucap Eni.
Kembalinya Zohri ke gelanggang estafet mengubah formasi tim inti estafet putra Indonesia. Saat Zohri absen, posisinya sebagai pelari kedua diisi Boby, yang menjadi pelari tercepat. Setelah Zohri kembali, Boby digeser menjadi pelari keempat, yang sebelumnya adalah Bayu Kertanegara. Susunan pelari dalam tim ini masih bisa disesuaikan.
Ikut turun di nomor lari cepat 100 meter, Zohri tak mendapat target khusus dari PB PASI. Apalagi pria kelahiran 1 Juli 2000 itu baru saja mengikuti kejuaraan dunia yang waktunya berdekatan dengan Asian Games. "Dia masih terlalu muda. Kami tak ingin membebaninya," tutur Eni.
Di Finlandia, Zohri membukukan waktu 10,18 detik dan mengalahkan dua sprinter Amerika Serikat yang menjadi favorit juara. Zohri menjadi atlet Indonesia pertama yang menang di kejuaraan dunia U-20. Catatan waktu Zohri hanya terpaut 0,01 detik dari rekor nasional yang diciptakan Suryo Agung Wibowo pada 2009. Zohri dinilai masih bisa berlari lebih cepat mengingat Suryo menciptakan rekor tersebut pada usia 26 tahun.
Sebelum kejuaraan dunia itu, nama Zohri tak populer. Karier atletik pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, tersebut terbuka setelah ia menjadi salah satu pelari terbaik dalam kejuaraan daerah, dua tahun lalu. Dia pun direkrut Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nusa Tenggara Barat.
Pelatih kepala PPLP, Komang Budagama, mengatakan Zohri adalah atlet yang ulet. Setiap hari selama enam bulan pertama di PPLP, bersama atlet lain, Zohri digembleng dengan latihan dasar yang berat. "Dominan pada kaki untuk lari, betis, dan pangkal paha. Jelas pasti sakit," kata Komang. "Zohri tak pernah mengeluh."
Selain memberi latihan fisik, para pelatih PPLP memperbaiki teknik berlari Zohri. Saat pertama kali ditangani Komang dan timnya, gaya berlari Zohri ternyata salah. Badannya miring saat berlari karena ia tak tahu teknik yang tepat. "Tapi larinya cepat," ucap Komang.
Perubahan besar lain yang dialami Zohri di PPLP adalah perbaikan teknik start. Teknik ini adalah bagian terpenting dalam lomba lari jarak pendek. Sebelumnya, Zohri kerap keliru melakukan start saat berlomba.
Latihan kerasnya terbayar setahun kemudian dalam Kejuaraan Nasional Atletik Antar-PPLP di Papua. Di semifinal, Zohri menempuh jarak 100 meter dalam 10,25 detik-catatan waktu terbaiknya dalam turnamen itu. Di final, gara-gara start yang buruk, catatan waktunya turun menjadi 10,36 detik, meski dia tetap jadi juara.
Komang berharap prestasi Zohri mengangkat pamor atletik di daerah. Di NTB saja, banyak atlet muda dengan potensi seperti Zohri. Namun mereka enggan terjun ke atletik, yang dinilai kurang populer dibanding sepak bola. "Saya dapat banyak atlet bagus, postur seperti pemain basket atau sepak bola, tapi mereka tidak mau ke atletik," tuturnya.
Zohri awalnya juga tak tertarik pada atletik. Seperti sebagian besar anak lain di pulau itu, dia menggeluti sepak bola. Adalah Rosida, guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pemenang, Mataram, yang melihat potensi Zohri di bidang atletik.
Berulang kali Rosida membujuk Zohri agar bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler atletik. "Susah mengajaknya. Dia enggak mau," ucap Rosida, yang menerima penghargaan dari Danone-Aqua berkat perannya dalam pembinaan atlet, di Jakarta Convention Center, Rabu dua pekan lalu.
Zohri akhirnya luluh dan ikut kegiatan atletik. Prestasinya terus meningkat hingga akhirnya dia direkrut PPLP NTB pada 2016. Setahun kemudian, Zohri "naik kelas" ke pelatnas. "Senang banget waktu pertama kali dengar kabar dia menang di Finlandia," ujar Rosida.
Rosida menginginkan kemenangan Zohri itu menjadi inspirasi bagi anak-anak lain agar mau menekuni atletik. Di sekolah tempatnya mengajar bahkan banyak murid kerap mengadakan lomba lari saat jam istirahat. "Mereka ingin seperti Zohri," katanya.
Atletik menjadi salah satu cabang olahraga yang menawarkan medali emas terbanyak di Asian Games 2018. Ada 48 nomor lomba yang diperlombakan. Namun Indonesia tidak mengikuti semuanya. PB PASI hanya mempersiapkan 16 atlet di 12 nomor dengan target meraih satu medali emas.
Cina, Jepang, dan Korea Selatan masih mendominasi nomor lari jarak pendek. Adapun medali di nomor lari jarak jauh menjadi incaran negara Timur Tengah yang diperkuat atlet naturalisasi dari Afrika. "Yang tampil di Asian Games bukan cuma juara Asia, tapi sudah kelas dunia," kata Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor Tanjung.
Tigor mengatakan prestasi dalam atletik tak bisa didapatkan dengan cepat. Pembinaan secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan fasilitas yang memadai menjadi kunci sukses atlet. "Mengejar selisih waktu 1 detik saja butuh latihan bertahun-tahun," ucapnya.
Selain meningkatkan teknik latihan, pelatnas atletik mengubah pola makan para atlet. Perubahan ini dipengaruhi diet Zohri saat ia mengikuti kejuaraan dunia U-20. Zohri ternyata tak bisa lepas dari nasi putih. Padahal terlalu sering mengkonsumsi nasi dinilai tak bagus untuk performa atlet. "Sekarang setiap pagi dia makan roti, kentang, sereal, susu, telur, dan salad," kata Ketua PB PASI Bob Hasan.
Menurut Bob, para atlet sebenarnya tak dilarang mengkonsumsi nasi. Namun mereka perlu mengatur pola makan. Menu nasi masih boleh dikonsumsi pada siang atau malam. "Ditambah steak dan ikan," tuturnya.
Perubahan lain dalam persiapan atlet pelatnas adalah pelibatan ahli podiatri dari Irlandia dan Australia. Podiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada studi dan perawatan struktur telapak serta pergelangan kaki. Zohri termasuk yang menjalani terapi ini. Dengan podiatri, kelainan struktur pada kaki bagian bawah atlet bisa dideteksi lebih awal dan dikoreksi. "Setahun terakhir ini kami pakai," kata Bob.
Gabriel Wahyu Titiyoga, Supriyanto Khafid (Mataram)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo