Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMSTERDAM - Hujan gol terjadi di Stadion Amsterdam Arena, kemarin. Tuan rumah, Ajax, bermain imbang 3-3 melawan juara Jerman, Bayern Muenchen, dalam laga terakhir penyisihan Grup E Liga Champions Eropa 2018/2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tambahan satu angka mengantar Ajax lolos ke babak 16 besar sebagai runner-up Grup E, menemani Bayern sebagai juara grup. Ajax mengoleksi 12 angka dari enam kali laga kandang-tandang. Hebatnya, tim berjulukan Godenzonen itu tak terkalahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, selain Bayern, ada jagoan Portugal, Benfica, dan wakil Yunani, AEK. Hasilnya, Ajax memperoleh tiga kemenangan dan tiga kali imbang. Melawan Bayern, Ajax dua kali imbang. Sedangkan melawan Benfica, Klaas Jan Huntelar dan kolega meraih sekali menang dan sekali imbang. Adapun melawan AEK, Ajax mengantongi dua kemenangan.
Ajax memang tampil berani di Liga Champions musim ini. Pelatih Erik Ten Hag mempraktikkan sepak bola menyerang dengan tekanan supertinggi. Laga melawan Bayern jadi buktinya. Hag memerintahkan pemainnya untuk menyerang hingga jauh ke dalam jantung pertahanan Bayern.
Jika kehilangan bola, para pemain Ajax diwajibkan mengepung lawan. Strategi yang agresif memang, tapi jelas rentan dibalas lawan dengan serangan balik cepat. Namun itulah pilihan yang sudah diputuskan Hag.
"Kami punya ide untuk menekan Bayern dengan sangat ketat dan cepat. Kami sukses melakukan itu. Memang beberapa kali kami kedodoran diserang balik. Ini akan jadi pekerjaan rumah kami di babak 16 besar nanti," kata pelatih 48 tahun itu.
Satu lagi kelemahan strategi Hag: boros tenaga pemain. Bagaimana tidak, para pemain Ajax dipaksa untuk berlarian terus sepanjang laga. Beruntung, Hag punya cukup banyak pemain muda yang masih bisa diforsir staminanya.
Dari 13 pemain yang dimainkan-11 pemain inti dan dua cadangan-rata-rata berumur 22,1 tahun. Sebagai rincian, delapan pemain Ajax berumur di bawah 22 tahun. Penyerang Klaas Jan Huntelaar, 35 tahun, dan Dusan Tadic, 30 tahun, adalah pemain senior di tim Ajax.
Bukan asal belia, pemain-pemain Ajax ini punya kualitas di atas rata-rata. Bahkan penampilan para pemain muda tersebut menjadi salah satu kunci sukses Ajax dalam Liga Champions musim ini. Sebagai contoh, dua bek tengah Matthijs de Ligt dan Maximilian Wober punya andil membawa Ajax hanya kebobolan lima kali sepanjang penyisihan grup.
Lantas ada gelandang energik nan kreatif Hakim Ziyech, Frankie de Jong, Donny van de Beek, dan David Neres yang berperan dalam gelontoran 11 gol Ajax di Grup E. Hag mengatakan masih bisa memaksimalkan penampilan pemain-pemain muda tersebut.
Penampilan apik darah muda Ajax seketika menarik minat tim besar Eropa. Sejumlah nama, seperti De Jong, Ziyech, Van de Beek, kini dikaitkan dengan Paris Saint-Germain, Manchester United, sampai Real Madrid menjelang bursa transfer Januari mendatang.
De Jong menyatakan niatnya untuk bertahan di Amsterdam. Ia tak membantah ketertarikan klub raksasa Prancis, PSG, terhadap dirinya. "Tapi saya belum memutuskan masa depan saya," kata pemuda jebolan Akademi Ajax itu.
Hag menegaskan tak ada niat untuk menjual satu pun pemain muda Ajax. Ia sadar betul bahwa De Jong dan kawan-kawan adalah modal kesuksesan klub di Eredivisie dan Liga Champions musim ini. "Kami yakin ini hanya rumor yang muncul mendekati bursa transfer. Kami akan menangani masalah ini agar ini tetap jadi rumor," kata Hag.
Sesuai dengan aturan, Ajax akan bertemu tim juara penyisihan grup di babak 16 besar. Kemungkinan besar lawan Ajax adalah Dortmund, Barcelona, PSG, Porto, Manchester City, Real Madrid, atau Juventus.
Hag pernah mengatakan punya niat besar untuk mengulang kejayaan Ajax dalam kompetisi tertinggi di Benua Eropa. Jika melihat sejarah, Ajax satu tingkat bersama Real Madrid, yang sukses meraih gelar juara tiga kali beruntun.
Ajax menjuarai European Cup pada 1970/1971, 1971/ 1972, dan 1972/1973. Ketika itu, Ajax masih diperkuat legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff. Ajax masih sanggup juara lagi pada 1994/1995 ketika ditangani Manajer Louis van Gaal. Ketika itu, Van Gaal meraih sukses bersama barisan pemain mudanya.
Sanggupkah Hag mengulang sukses Van Gaal dengan berbekal barisan pemain muda? Layak dinantikan perjalanan Ajax selanjutnya di Liga Champions pada musim ini. GOAL | DAILY MAIL | INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo