GALATAMA makin ramai. Tak hanya oleh ricuh antara penonton dan pemain, seperti yang terjadi ketika klub Pelita Jaya berhadapan dengan Makassar Utama di Stadion Menteng, Jakarta, bulan lalu. Tapi, nyaris merembet ke sengketa tajam antara Ketua Bidang Galatama PSSI Acub Zainal dan bos klub Krama Yudha, Syarnubi Said. Kedua tokoh ini memang sempat bertikai di koran. Yang mula-mula menarik picu adalah Syarnubi. Ia mengumumkan pengunduran diri klub Kramayudha, yang membawa bendera pabrik mobil Mitsubishi, dari kompetisi Galatama 1986. Sebab, ia tak setuju dengan putusan PSSI, yang mengirimkan Pelita Jaya sebagai penanti Kramayudha ke kejuaraan antarklub se-Asia di Hong Kong. Kramayudha sebelumnya menolak ikut turnamen ini karena merasa dipermainkan. Alasannya? Menurut Syarnubi, Kramayudha, setelah menang pada babak penyisihan di Brunei dijanjikan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) langsung main di putaran final di Qatar. Belakangan, keputusan itu diubah AFC. Kramayudha diharuskan lagi bersegitiga dengan klub Liaoning (RRC) dan South China (Hong Kong). Pengubahan ini tak diterima Syarnubi. Ia lalu memutuskan Kramayudha batal ke Hong Kong sebagai tanda protes. Maka, dia kaget bukan kepalang, ketika PSSI mengganti Kramayudha dengan Pelita Jaya, klub baru yang memang sedang berkibar. Buntutnya, pada 31 Oktober, bekas ketua umum PSSI, menulis protes keras disertai keputusan mundur dari kompetisi Galatama, yang sudah separuh mereka ikuti. Empat alasan dikemukakan. Intinya: mereka keberatan atas sikap PSSI, yang tidak mengayomi anggotanya. Terutama dalam bersikap terhadap AFC. "Kekesalan utama saya adalah soal AFC itu. Kenapa PSSI, yang sudah bilang AFC mencla-mencle, kok, akhirnya menuruti kemauan (Ketua AFC) Peter Vellapan," kata Syarnubi. Ia menambahkan, hal itu terbukti lagi dengan rencana pengiriman Pelita Jaya ke Hong Kong. "Ada orang mengatur kita seenaknya itu yang saya tentang," tutur Syarnubi kepada wartawan TEMPO Toriq Hadad, yang menemuinya Senin malam lalu. Setelah Syarnubi mengirimkan surat ancaman mundur dari kompetisi itu, Galatama pun geger. Beberapa klub, seperti Perkesa, sudah membayangkan kerugian finansial. Karena itu, banyak klub mencela tindakan Kramayudha itu. Dan reaksi lebih keras datang dari Acub Zainal. Ia bahkan menjanjikan akan menjatuhkan sanksi pada Kramayudha, karena mereka dianggap merusakkan acara kompetisi Liga. Malah, sebelum rapat Liga, pekan lalu, Acub masih mengatakan, tindakan Kramayudha itu "pengkhianatan terhadap Liga". Ternyata, gertak memang perlu Dalam rapat yang berlangsung hangat di kantor Liga di Senayan, Jakarta, Senin pekan ini, kedua tokoh yang sudah melancarkan perang lewat koran itu ternyata hanya keras di luar. Malah Acub sedikit pun tak menyinggung soal sanksi, sedangkan Syarnubi, setelah sekitar dua jam dibujuk, akhirnya bersedia menarik ancaman mundur dari kompetisi Liga. Bahkan ia kemudian juga bersedia mengirim klubnya ke Hong Kong. Malah, malamnya, setelah keputusan Liga ditetapkan, Syarnubi mengadakan pesta selamatan di Restoran Tithaya Satria Mandala, Jakarta. Ia mengundang semua anggota Kramayudha untuk merayakan penunjukan kembali Kramayudha ke turnamen sepak bola antarklub Asia di Hong Kong, mewakili Indonesia. Klub Kramayudha mulai bertanding 11 November 16. Berubahnya keputusan Liga sepintas mengesankan bahwa Syarnubi mendikte Galatama. Tapi Acub 2ainal tak melihatnya demikian. "Semua klub, termasuk Pelita ingin Kramayudha yang bertanding di Hong Kong. Itulah intinya, mengapa putusan jadi bisa begitu," kata Acub. Dia tak melihat kejadian ini bakal jadi preseden. Yang terang, ditambahkannya, sekarang ini persatuan dan kesatuan di tubuh Liga bisa terselamatkan dengan keputusan seperti itu. Mengapa Liga sempat memutuskan pengiriman Pelita? Acub mengatakan, itu merupakan alternatif terakhir setelah Kramayudha mundur, dan klub lain, seperti Arseto, Niac Mitra, dan Makassar Utama, tak bersedia menggantikannya. "Kita sudah menanyakan soal protes Kramayudha itu pada AFC. Dan, AFC sudah dua kali minta maaf, serta memohon supaya Kramayudha tetap ikut. Karena Kramayudha tetap menolak, dan kita ingin agar ada wakil Indonesia di sana, ya, kita putuskan mengirim Pelita," kata Acub. Syarnubi mengatakan sama sekali tak pernah mendengar AFC minta maaf itu. "Kalau PSSI memberi tahu saya bahwa Peter Vellapan sudah minta maaf, dan PSSI menyatakan berpihak Kramayudha, tak akan ada heboh seperti ini," kata Syarnubi. Sederhana, bukan ? M.S. Laporan Toriq Hadad & Moebanoe Moera (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini