Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tambang emas itu terlepas lagi

Regu bulu tangkis Indonesia di Asian Games IX dikalahkan oleh RRC. yang berarti tambang emas di bidang olah raga yang dikuasai Indonesia sudah dicengkeram negeri naga itu. (or)

4 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI depan 12.000 penonton di stadion tertutup Indrapratha New Delhi, Liem Swie King dan kawan-kawannya kembali ditundukkan regu RRC dengan 2-3. Selisih tipis 1 angka yang menentukan kekalahan regu Indonesia di Asian Games Minggu lalu itu, sama seperti yang dialami regu Indonesia di final Piala Thomas Mei 1982 di London. Kemenangan RRC itu tidak hanya sekedar menghasilkan emas, tapi juga meyakinkan dunia bahwa satu-satunya tambang emas di bidang olahraga yang dikuasai raksasa tua Indonesia, sudah dicengkeram negeri naga itu. Sekalipun kunci kekalahan terletak di tangan pemain tunggal Hadiyanto di partai terakhir (ke-5), banyak pendukung Indonesia yang hadir di pertandingan yang menyesakkan napas selama 4 jam itu, sudah merasa kecewa sejak di partai pertama, saat King dikalahkan 15-9, 15-2 oleh Han Jian. Mula-mula King memang tampil meyakinkan. Smash-nya tajam, tak mampu dikembalikan Han Jian. Pemain RRC yang bermulut tonggos itu kelihatan berkeringat banyak setelah ketinggalan 6-9. Tapi segera ia menemukan resep antipermainan King, sehingga permainan jadi alot. Sebaliknya King melakukan kesalahankesalahan yang akhirnya menentukan kekalahannya. Beberapa kali shuttlecock Garuda yang dipakai disangkanya out, ternyata mencium garis sebelah dalam. Pada set kedua King tampak seperti membantai diri sendiri, sehingga lawannya lebih cepat menang. Dropshot dan smash King lebih banyak mengebom daerahnya sendiri sehingga Han Jian dengan mudah melesat sampai 13 -0. Tapi agaknya Han Jian tak tega melumpuhkan seorang pemain sekaliber King, maka dalam set ini ia hanya menang 15-2. Di partai kedua, Icuk Sugiarto pemain berbetis kokoh dari sekolah Ragunan menebus kekalahan King dengan kemenangan gemilang atas pemain nomor dua RRC Luan Jin. Kedudukan 1-1. Kemenangan Icuk terutama karens serangan lob-lob-nya yang membwt leher Luan Jin kaku sehingga rally yang terkadang sampai 3 menit berakhir begitu Icuk melakukan dropshot. Ia nengalahkan Jin dengan set langsung 15-9 dan 15-8. Sayangnya pasangan ganda yang di pandang paling kokoh saat ini, Kartono/Haryanto belum juga mampu menjinak kan pasangan RRC Sun Zhian/Yao Ximing. Untuk ketiga kalinya pasangan Indonesia ini kalah pada Zhian/Ximing dengan angka 15-8 dan 15-2. Pasangan King/Christian Hadinata mengalahkan ganda putra kedua RRC, Luan Jin/Lin Jiang Li. Christian memang sudah termasuk pemain tua, tapi spesialis ganda itu belum luntur. Ia masih membuktikan kemampuannya sebagai pemain cepat. Setelah kedudukan 2-2, tibalah giliran Hadiyanto untuk memainkan partai menentukan dan terakhir, melawan Chen Changji. Kedua pemain yang kira-kira sama tingginya, 170 cm itu, bermain lamban, sementara suasana tegang. Ofisial RRC justru memanfaatkan ketegangan itu dengan berteriak "Tiongkok nomor satu" yang kemudian disambut pekikan serupa serta kibaran bendera merah dari supporters yang bergerombol di antara penonton di tribune. Sedangkan ketua kontingen Indonesia, Gatot Suwagyo, mengaku pergi ke belakang untuk mengendurkan saraf. "Tapi Hadiyanto kurang menekan, ini memberikan kesempatan bagi Chen Changji membuat smash yang mematikan," komentar Manajer RRC, Wan Wengjian, setelah Hadiyanto dikalahkan 10-15 dan 9-15. Kekalahan regu Indonesia ini dari RC, menurut Ketua Bidang Pembinaan PBSI Rudy Hartono, "karena kesalahan penyusunan regu." Mestinya pasangan Ring/Christian Hadinata diturunkan sebagai pasangan nomor satu dan bermain di partai ketiga. "Hanya karena King/Christian jarang main bersama, maka Kartono/Haryanto dipandang sebagai pasangan nomor satu," tutur Rudy Hartono Senin sore sewaktu sibuk membimbing latihan pemain-pemain muda di Ragunan. King sendiri yang dihubungi Martin Aleida dari TEMPO tak dapat memberi alasan kekalahannya. Tampaknya ia belum pulih dari ketegangan karena "teror" panitia yang sempat mencoret namanya dan Verawati. Tapi untung setelah Federasi Asian Games bersidang 3 November lalu dengan mempertimbangkan bukti-bukti sponsor yang mengontrak King dan Vera atas sepengetahuan PBSI, baru kedua pemain itu diizinkan main. Kekalahan Verawati, pemain andalan Indonesia di regu putri melawan regu Kor-Sel di babak penyisihan, seperti diakuinya, terutama karena pengaruh "teror" panitia AG. Tapi King menolak itu menjadi alasan kekalahannya. "Anda sendiri sudah melihat saya main. Yang bisa saya katakan sekarang, kekalahan dari Han Jian sama sekali bukan karena ketegangan akibat protes India," katanya. Dengan kekalahan di nomor beregu baik putra, apalagi regu putri yang sudah tersingkir sejak babak penyisihan, agaknya peluang Indonesia untuk merebut medali emas di nomor perorangan pun kabur. Paling banter, menurut Ketua Umum PBSI, Ferry Sonneville, "dari nomor ganda campuran, karena Christian masih bisa diandalkan. Setetah dikalahkan Han Jian, King sulit untuk pulih mentalnya dalam waktu singkat untuk merebut medali emas di nomor perorangan." Tapi Ketua Umum PBSI masih optimistis berbicara tenung kemampuan pemain putra, pun dibandingkan dengan RRC. RRC memang mempunyai sekitar 30 pemain yang baik, berkat pembinaan yang sudah dijalankan selama 10 tahun. "Toh mereka mengakui masih sulit mencari pemain kaliber internasional seperti Hou Chia Chang dan Han Jian," kau Sonneville. Hou Chia Chang sudah pensiun, sedang Han Jian masih punya kelemahan, antara lain tampak kalau berhadapan dengan Prakash. Sedangkan Luan Jin, pemain nomor dua RRC bisa dikalahkan Icuk Sugiarto. "Tinggal bagaimana kemauan pemain kita," kata Ketua Umum PBSI ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus