Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Team Pre Olimpik Di Mata Pardede

Badan team nasional dalam pssi tidak mempunyai wewenang dalam persiapan team pre olimpik. atas persetujuan ketua umum bardosono, wewenang itu dilimpahkan pada wiel coerver. pardede lebih banyak diam. (or)

27 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORGAN Badan Team Nasional dalam tubuh PSSI, kini tak lebih ibarat maean sirkus. Lantaran wewenang Badan Team Nasional dalam- menentukan team manager, memilih pemain, dan lainnya tidak lagi merupakan leluasa dari tokoh yang menduduki jabatan itu, melainkan telah dilimpahkan pada "pawang" yang secara organisatoris berada di eselon bawah Badan Team Nasional. Figur yang menentukan itu adalah: Wiel Coerver. Kuasa itu diperoleh Coerver dari Ketua Umum PSSI, Bardosono selepas tarik urat dalam pertemuan di Sekretariat PSSI 6 Nopember lampau. Mengingat pelimpahan wewenang tersebut telah diberikan jauh sebelum Dr. T.D. Pardede ditunjuk menggantikan Muhono SH sebagai Ketua Badan Team Nasional, maka ia lebih banyak memilih untuk tidak membuka mulut dalam menilai kekuatan team Pre Olimpik PSSI -meski menurut diskripsi kerja itu adalah kuasanya. "Sekarang ini kita lebih baik sebagai penonton saja dulu", ucap Pardede seusai pertandingan regu Pre Olimpik vs Voest Lin, (Austria), Minggu 14 Desember lalu. Sebab, "buat Pre O]impik ini wewenang saya cuma sebagai pengurus, thok". Timpang Memilih untuk jadi "penonton", bukan berarti Pardede diam sama sekali. Dalam batasan kerjanya, ia telah mengajukan usul kepada pirmpinan PSSI agar uang saku para pemain yang terpilih dinaikkan jumlahnya menjadi Rp 100.000 plus bonus bila memenangkan pertandingan. "Sementara ini jumlah itu saya kira sudah cukup memadai", kata Pardede tanpa menutup kemungkinan akan penambahan lagi. Semua itu dilakukannya dalam keadaan keuangan PSSI tengah dilanda krisis (menurut Bardosono, pendapatan PSSI selama 10 bulan lalu berkisar Rp 800.000.000 telah habis untuk pengelolaan organisasi. Bahkan defisit, malah). Tapi, "itu bukan persoalan", tambahnya. Yang jadi permasalahan bagi team Pre Olimpik Indonesia agaknya adalah belum meratanya kekuatan di semua lini. Dan masih timpangnya ketrampilan antara pemain inti dan cadangan. Di samping masalah mental yang juga perlu mendapat perhatian khusus. Sebab, tanpa tertuangnya masalah-masalah pokok itu ke dalam diri para pemain, sukar untuk mengharapkan mereka bisa berbuat banyak. Paling tidak ukuran kelemahan tersebut terlihat ketika team Pre Olimpik menghadapi kesebelasan Voest Linz, di mana tampak beberapa kasus ketidak-mantapan di antara pemain. Misalnya, digantinya poros halang Oyong Liza dengan Widodo, langgam permainan yang semula sudah kelihatan enak, tiba-tiba menjadi sedikit timpang. Juga temperamen Nobon yang cepat menghangatkan suasana permainan Karena persoalan penggemblengan pemain ini merupakan kuasa penuh Coerver, tak ayal Pardede cuma memberikan penilaian off the record. Sambil berharap: "Marilah kita berdoa, agar kita berhasil dalam turnamen Pre Olimpik nanti", katanya. Doa semata, jelas tidak cukup. Untuk mematangkan permainan team nota bene belum lama menjalin kerja sama - tentu dibutuhkan pertandingan lawatan. Menurut jadwal yang telah disusun Coerver, team Pre Olimpik (sementara) akan melawat ke Surabaya, Ujung Pandang, dan menghadapi kesebelasan Grasshoper, pertengahan Januari depan. Adakah lawatan dalam regional sendiri akan memberi manfaat ketimbang melakukan try out ke negara tetangga? Sulit untuk diramalkan. Meski menurut pengalaman Pardede lawatan ke luar negeri sangat dibutuhkan, tapi ia tidak mau ikut campur dalam menentukan kebijaksanaan kali ini. "Pemilihan tempat try out sekarang, Coerver yang menentukan", ucap Pardede. "Saya sama sekali tak campur tangan". Martil Tidak Di Tangan Dalam wewenang yang besar, beban yang dipikul Coerver pun cukup berat. Bukan aneh, bila ia memperhatikan segala tetek-bengek mengenai pemain. Dulu, kabarnya ia pernah mengeluh soal makanan yang diberikan pada pemain Diklat Salatiga. Menurut cerita yang bergalau di kalangan masyarakat seputar Diklat, sebagian dari jatah makanan pemain itu dilego kepada umum. Apakah keadaan serupa juga merundung pemain Pre Olimpik? dugaan itu dibantah oleh Pardede: "Untuk ukuran makanan orang Indonesia, menu yang diberikan paa pemain-pemain itu sudah cukup baik". Mengingat lamanya pemain-pemain terpilih ini akan menghuni pelatnas, tidak kah nanti akan timbul kerinduan pada isteri, anak atau pacar, hingga mengganggu konsentrasi mereka? Mengambil pedoman dari apa yang diperbuat oleh team Belanda dan Jerman Barat menjelang turnamen Piala Dunia 1974 lalu, di mana pimpinan mereka mendatangkan keluarga pemain untuk menjenguk calon dan suaminya, langkah itu tampaknya akan ditiru pula oleh team Pre Olimpik Indonesia. Paling kurang ide itu telah memenuhi kepala Pardede. "Hal itu telah saya bicarakan dengan pimpinan PSSI dan Coerver. Kelihatannya mereka setuju", kata Pardede. Tiba pada topik team manager yang akan memimpin regu Pre Olimpik Indonesia Ketua Badan Team Nasional ini sekali lagi mengelak untuk membicarakannya: "Ttu wewenang Ketua Umum PSSI", tambahnya. Menilik kembali ke belakang, persoalan team manager ini juga melibatkan Coerver. Sebagaimana kata Bardosono dulu: Penentuan Team Manager akan dibicarakan antara Ketua Umum PSSI dan Coerver. Pejabat yang dipilih berdasarkan usul Coerver sendiri (TEMPO, 15 Nopember 1975). Melihat semua itu, adakah Ketua Badan Team Nasional lepas tangan dalam permasalahan team Pre Olimpik ini? "Angkat tangan sih tidak. Cuma martilnya yang tidak di tangan saya", kata Pardede. "Tunggulah selesai Pre Olimpik. Di situ baru saya menggunakan wewenang saya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus