ADRIANUS Taroreh tetap perkasa. Bersenjatakan pukulan-pukulan pendeknya yang tajam itu dia akhiri perlawanan petinju Maluku, Yanes Nahumuri. Tiga kali lawan dijatuhkannya di ronde tiga sampai wasit menyetop pertandingan tak seimbang itu. Ini terjadi di kejuaraan nasional (kejurnas) tinju amatir yang berlangsung sepekan, di Jambi, sampai Selasa pekan ini. Yopie, nama panggilan petinju itu, bertarung di kelas ringan (58-an kg) atas nama daerahnya Sulawesi Utara. Hanya keajaiban tampaknya yang bisa menghalanginya meraih gelar juara. Coba, pemegang medali perak Asian Games Seoul, 1986, dihadapkan dengan petinju-petinju lokal yang tak dikenal. Bagi Syamsul Anwar, munculnya Yopie di Kejurnas menunjukkan betapa payahnya Pertina, organisasi induk tinju amatir nasional. "Sekian bulan Yopie meninggalkan Pelatnas tak mendapat teguran dari Pertina. Kalau pengurus bijaksana, mestinya Yopie ditegur atau diskors," kata bekas juara kelas ringan welter Indonesia itu. Adrianus Taroreh melarikan diri dari pemusatan latihan di Senayan, Jakarta, ketika sedang dipersiapkan menghadapi SEA Games Jakarta, September yang lalu, tanpa alasan yang jelas. Dia mengaku sakit tapi anehnya bisa bertanding dalam suatu turnamen tinju di Manado. Akhirnya, pemegang medali emas SEA Games Bangkok, dua tahun yang lalu, tak turut memperkuat kontingen Indonesia. Banyak penggemar tinju amatir kecewa karena Indonesia kehilangan sebuah medali emas dengan absennya anak Manado itu. Ini cuma sebuah contoh kecil. Yang lebih parah adalah banyaknya pengurus teras Pertina yang dipecat atau mengundurkan diri belakangan ini. Desember tahun lalu, Ketua Umum PB Pertina memecat dr. A. Rahim dari jabatan wakil sekjen. Mei tahun ini, menyusul Sekjen Richard Pangkey yang dipecat. Richard diangkat menjadi sekjen sejak empat tahun yang lalu, dan selama ini dikenal sebagai "bandar" Pertina. Bila demikian, mengapa Richard dipecat? Menurut Bob Pattipawae, Ketua Eksekutif Pengda Pertina Maluku, beredar kabar bahwa dalam pelaksanaan pertandingan tinju Piala Presiden beberapa bulan yang lalu, Richard sempat memakai uang sponsor sekitar Rp 80 Juta. Tapi setelah dicek kepada Richard, ternyata uang tadi sudah dibayar pemilik sasana tinju Bina Satria Surabaya itu. Kepada TEMPO Richard berkata, "Beban utang Rp 86 juta itu akhirnya saya yang nanggung seluruhnya." Lalu muncul alasan lain, seolah-olah Richard tak bisa aktif karena berdomisili di Surabaya. "Itu aneh, dari dulu dia tinggal di Surabaya kenapa Pak Saleh Basarah mengangkat dia," kata Bob. Kalau memang itu jadi dalih, berarti Bob Nasution, Ketua Eksekutif Pertina yang bertugas sebagai jaksa tinggi di Padang, Sumatera Barat, mestinya jadi kasus. Pemecatan-pemccatan itu menyebabkan terjadi perpecahan di tubuh Pertina. Sejumlah pengurus ramai-ramai mengundurkan diri. Dimulai Ade Nasution (bendahara), Benny Tengker (bidang pembinaan), Stefi Rompies (Litbang), Koharuddin Ucok Harahap (dokter Pertina), dan Wakil Sekjen Pieter Gedoan. Suasana ini membuat resah sejumlah daerah, seperti Maluku, DKI Jakarta, Sulawesi Utara. "Kalau di Pusat terus berantem kapan tinju kita maju?" ujar Hans W., Sekretaris Pertina Sulawesi Utara. Keresahan seperti ini tampaknya memunculkan suara keras untuk mengganti kepengurusan Saleh Basarah. Bekas KSAU dan duta besar di Inggris itu sudah menjadi Ketua Umum Pertina sejak 13 tahun yang lalu. Terakhir dia terpilih menjadi ketua dalam kongres di Surabaya 1983 untuk masa jabatan sampai tahun depan. Satu-satunya cara untuk segera mengganti kepengurusan adalah KLB (kongres luar biasa). Dan itu diharapkan akan bisa jadi kesepakatan para pengurus daerah yang berkumpul di kejuaraan nasional di Jambi 27 Oktober sampai 3 November yang lalu. Sebab, di samping kejuaraan di kota itu diadakan Musyawarah Kerja Pertina yang diikuti para pimpinan daerah. Suasana menghangat ketika Sekjen KONI Sarengat menyambut suara-suara yang menginginkan KLB karena Sarengat melihat ada yang tidak beres di Pertina. Tapi Sarengat mensyaratkan, KLB bisa dilakukan bila tak bertentangan dengan peraturan dasar Pertina. Tanggapan Sarengat disambut Saleh Basarah sebagai suatu campur tangan ke dalam tubuh Pertina. Maka, suasana Muker di gedung APDN Jambi yang dilangsungkan Senin lalu menjadi tegang. Sejak dua hari sebelumnya sudah ada gerakan mengumpulkan tanda tangan untuk sebuah surat mosi tidak percaya terhadap kepengurusan ini. Tapi Saleh Basarah bergerak cepat. Mendarat di Jambi hari Minggu lalu, malamnya dia mengadakan pertemuan dengan pengurus-pengurus Pengda. Pertemuan tertutup berlangsung sampai dinihari. Esok paginya Muker juga dilaksanakan tertutup. Akan adakah KLB? "KLB itu mahal karena dilaksanakan mendadak dan tak matang," ujar Ketua Umum KONI Surono yang menghadiri Muker di Jambi. Nyatanya, cuma tujuh daerah yang setuju dengan mosi: Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, Sulawesi Selatan, Selawesi Tenggara, dan Timor Timur. Artinya, tak mencukupi dua pertiga daerah seperti yang disyaratkan anggaran dasar Pertina untuk mengadakan sebuah KLB. "Mosi itu pun tak sempat disampaikan kepada PB Pertina," kata O.B. Sjaaf, Ketua Eksekutif PB Pertina. Amran Nasution, Bachtiar Abdullah (Jakarta), Budiono Darsono (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini