Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tumbangnya "si kepalan maut"

Juara tinju kelas ringan wba, ray mancini yang terkenal memukul tewas penantangnya kom duk koo, kini dikalahkan petinju belum terkenal, livingstone bramble. (or)

16 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETINJU Ray "Boom-boom" Mancini, 23, jadi berita lagi. Kali ini bukan karena kemenangannya. Tapi, diluar dugaan, juara tinju kelas ringan versi WBA (World Boxing Association), yang pernah menggemparkan ketika memukul tewas penantangnya Kim Duk Koo dari Korea Selatan, dikalahkan oleh petinju belum terkenal, Livingstone Bramble, dari Virgin Islands, Amerika Serikat. Kekalahan dramatis Ray itu terjadi di hadapan ribuan pemujanya di stadion tinju Buffalo, New York, dua pekan lalu. "Si Kepalan Maut", begitu julukan lain Rav, dinyatakan kalah TKO (Technical Knock Out) di ronde ke-14 oleh wasit Marty Denken yang memimpin pertarungan perebutan gelar itu. Wasit Denken menghentikan pertandingan 53 detik setelah pertarungan ronde itu berlangsung, karena Ray sudah tak berdaya. Ia tak lagi bisa membalas. Ray, asal Sisilia, Italia, yang sejak 1981 memegang gelar juara WBA, hanya mampu merangkul Bramble, yang secara beruntun melepaskan pukulan. Darah tampak mengucur di pipi kiri Ray, tatkala wasit menghentikan pertandingan. Suara gemuruh meledak di arena tinju ini ketika Denken mengangkat tangan Brable ke atas sebagai tanda pemenang. Petinju yang baru 21 kali naik ring itu pun - 19 kali menang dan masing-masing sekali kalah dan seri - malam itu resmi dinobatkan sebagai juara baru. Dengan demikian, Bramble mematahkan dominasi Ray selama tiga tahun lebih di kelas ringan WBA. "Ray bermain buruk malam itu. Ia kehilangan kecepatannya," kata Dave Wolf, manajer "Boom-boom" seusai pertandingan. Dengan nada kesal, bekas redaktur majalah Life itu menambahkan, "Saya sudah mengingatkan Ray agar bergerak lebih cepat. tapi dia tak melaksanakannya." Akibatnya memang parah. Juara kelas ringan itu, selain kehilangan gelar, juga segera diangkut ke rumah sakit begitu pertandingan usai. Mata kirinya cidera dan harus mendapatkan perawatan serius. Tak dijelaskan Wolf mengapa petinjunya bermain buruk malam itu. Namun, kubu Mancini tampak amat terpukul dengan kekalahan itu. Dari kubu itu pula belakangan tersiar tuduhan: Bramble menggunakan "ilmu hitam" ketika mengalahkan Mancini. Tuduhan itu, tentu saja, tanpa bukti. Tapi karena desas-desus tadi dilansir lewat media massa, para pemuja Ray, yang tak siap menerima kekalahan jagoan mereka, termakan juga olehnya. Apabila Bremble, petinju yang mempunyai hobi unik: memelihara ular. Juara baru, yang memelihara banyak ular di rumahnya, di Passeic, New Jersey, tak membantah tuduhan itu. Ia malah seperti memanas-manasi penggemar Mancini ketika diwawancarai wartawan setelah pertandingan, "Saya ingin cepat-cepat pulang. Ular saya dirumah tidak ada yang memberi makan." Dia kemudian tertawa lebar. Mancini, 4 minggu lalu, belum terdengar memberi komentar tentang kekalahannya. Petinju yang dibesarkan di Ohio ini diduga akan mengundurkan diri dari pentas tinju setelah kekalahan itu. Sudah main 29 kali di ring profesional, Mancini, setelah kemenangannya di Nevada, tahun lalu, sudah mengumumkan mau mundur tahun ini. Dia mau merintis karier baru sebagai aktor film. Mancini, yang mulai naik ring profesional pada usia 18 tahun, ditemukan Wolf pada 1979. Waktu itu dia tengah mengikuti kejuaraan Sarung Tinju Emas, Amerika. Wolf, yang melihat bakat besar pada Mancini, memungutnya sebagai asuhan. Lalu putra Lenny Mancini - yang pada 1941 pernah menjadi penantang nomor satu juara tinju kelas ringan WBA - diasuhnya selama dua tahun. Tahun 1981, Ray Mancini mewujudkan ambisi ayahnya untuk menjadi juara tinju dunia kelas ringan. la mengalahkan juara bertahan Arturo Frias. Sejak itu, Mancini pun terkenal. Pelbagai julukan diberikan penggemar tinju kepadanya. Dengan semua itu ia meraih kepopuleran dan duit. Sekali naik ring, dia menerima bayaran US$ 1,7 juta. Dan dia sudah lima kali mempertahankan gelar sampai pertandingan melawan Bramble. Ditambah penghasilan lain, sebagai model iklan, tak syak lagi, Mancini muncul sebagai jutawan baru. Ia dipuja-puja penggemarnya, terutama wanita Itu karena dia memang ganteng. Berambut hitam ikal, potret Mancini dua tahun terakhir ini tampak sering menghias perlbagai majalah di Amerika. Belum lama ini, dia tampil berpose dengan beberapa wanita model dimajalah porno Penthaouse. Mudah ditebak, selama situasi itu, latihan tentu saja kurang dilaksanakannya. Apalagi dia sudah menyatakan niat mundur dari gelanggang tinju. "Saya mau merintis karier sebagai aktor," katanya. Dan dalam kondisi itulah, tantangan Livingstone Bramble diterimanya. Hasilnya: dia kalah. Tapi kekalahan ini kelihatan tak terlalu merisaukan Mancini, yang tengah sibuk menggarap film tentang kehidupannya bersama aktor Silvester Stallone. Tahun ini juga film itu - yang konon mau menyaingi Rocky, kisah hidup petinju Rocky Mancini - akan mereka selesaikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus