ANGKA 13 ternyata tak selalu berarti sial, terutama bagi Iswadi
Idris, tulang punggung kesebelasan Jayakarta. Dengan kostum
bernomor 13, dia mencetak gol tunggal bagi Jayakarta dalam
melawan Perkesa 78. Gol kemenangan itu sekaligus memastikan diri
mereka di urutan teratas pekan lalu di antara 14 klub anggota
Galatama pada kompetisi putaran pertama.
Jayakarta tak mengherankan menjadi juara. Di sini berkumpul,
selain Iswadi Idris, juga Sofyan Hadi, Andi Lala, Harry
Muryanto, Ishak Liza, Sudarno, Anjas Asmara, Aun Harhara, serta
nama beken lainnya.
Diasuh oleh drs. FH Hutasoit, Jayakarta mengantongi nilai 21
dari 13 kali pertandingan. Tak pernah kalah. Dari 8 kali menang
dan 5 kali seri, mereka mencetak 20 gol. Kebobolan cuma 2 kali.
Resepnya? "Kekeluargaan," kata Hutasoit. "Bukan duit." Ia
menambahkan bahwa honorarium pemain Jayakarta berkisar antara Rp
40.000 sampai Rp 100.000, di bawah skala pembayaran Pardedetex.
Di bawah Jayakarta, menyusul kesebelasan Indonesia Muda. Klub
ini juga mengumpulkan sejumlah pemain nasional, seperti Hadi
Ismanto, Johny Fahamsyah, Dede Sulaiman, dan Suaeb Rizal. Hanya
karena kalah melawan Pardedetex, mereka kehilangan peluang untuk
menggeser Jayakarta -- padahal gol ratarata mereka lebih baik.
IM menang 7 kali dan seri 5 kali. Perbandingan golnya 34-16.
"Dalam putaran kedua nanti, IM tak mau kehilangan angka lagi,"
kata manajer Dimas Wahab.
Pardedetex pada mulanya berabe-cuma 3 kali menang dari 8
pertandingan. Setelah mengangkat Kamaruddin Panggabean sebagai
manajer tim yang baru menggantikan TD Pardede, hasilnya tak
mengecewakan. "Dari 5 pertandingan kami hanya kehilangan 1 point
(hasil seri)." ujar Panggabean.
Pardedetex pekan lalu menempati urutan ke-5. Tapi jika Arseto
menang melawan Tidar Sakti pekan ini, Pardedetex akan tergeser 1
tangga ke bawah dan di bawah Arseto.
Cahaya Kita yang di awal kompetisi sempat mengejutkan tergeser
ke urutan ke-7. Belakangan ini pimpinannya konflik dengan para
pemainnya karena soal upah. Ada 10 pemainnya berhenti dan akan
memperkuat klub BPP (Badan Penguasa Pelabuhan) Palembang yang
berniat masuk Galatama.
Klub yang hampir pasti tak akan mengikuti kompetisi putaran
kedua adalah BBSA Tama. Dalam putaran pertama mereka berada di
urutan paling bawah. "Resminya, mereka belum bubar," kata
jurubicara PSSI, Uteh Riza Yahya. BBSA Tama diwajibkan membayar
'ganti rugi' kepada PSSI sebesar Rp 3 juta jika mengundurkan
diri.
Josef Lukito, pimpinan BBSA Tama, berharap PT Astra
International mau mengambil oper klub ini. "Saya sedang
mendekati mereka," kata Lukito. "ila gagal, terpaksa BBSA Tama
saya bubarkan. "
Dalam putaran pertama ini, Galatama telah menyedot hasil kotor
sebesar Rp 126.968.000. Pemasukan terbesar dari pertandingan
NIAC Mitra melawan Arseto di Surabaya -- Rp 17 juta. Terkecil
dari pertandingan Jaka Utama melawan Tunas Inti di Tanjung
Karang -- Rp 798.500.
Sudah mungkinkah klub Galatama menggantungkan nasib dari
pertandingan? "Saat ini, belum," kata Dimas dari IM. "Mungkin
dalam 2 atau 3 tahun lagi."
Umumnya klub Galatama masih mengeluarkan biaya terus, belum bisa
menutup ongkos. Warna Agung bahkan menghabiskan sampai Rp 5 juta
per bulan. Namun Galatama masih tetap punya pamor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini