APA yang ditakutkan Ninik Kustianingsih, anak Kusni Kasdut,
akhirnya terjadi juga. "Saya merasa kaget, sedih dan tidak
mengerti," tangisnya menyambut keputusan Presiden yang tidak
mengampuni kejahatan ayahnya. Itu diketahuinya dari suratkabar.
Mula-mula Ninik tidak paham maksudnya. Tapi-kemudian guru agama
Katolik ayahnya waktu di penjara Cipinang, Basuki Pranoto,
menerangkan apa arti "penolakan grasi" dari Presiden itu.
"Kemungkinan hukuman mati ayahmu akan segera dilaksanakan,"
begitu ujar Basuki kepada Ninik. "Bagaimana saya tidak sedih,"
kata ibu muda (28 tahun) yang mengasuh dua cucu Kusni Kasdut
ini. "Sejak terakhir bertemu di Malang (tiga bulan setelah
ayahnya dipindahkan dari Cipinang ke Lowokwaru, Februari lalu --
Red) sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. "
Setelah ayahnya tertangkap, sebenarnya Ninik pertengahan bulan
lalu sudah pergi ke Surabaya -- tentu saja untuk membezuk
ayahnya. Tapi ia ragu-ragu. "Karena saya dengar ayah tidak boleh
ditengok," katanya. Jadi ia kembali saja ke Jakarta. "Saya
menyesal tidak mencoba untuk menemuinya waktu itu," lanjutnya.
Sehari sebelum nasib ayahnya ditentukan Presiden, Ninik menerima
surat dari ayahnya. Hanya menyampaikan kabar baik: perlakuan
polisi sangat baik dan tak pernah telat memberinya rokok. Di
samping itu Kusni Kasdut juga mengatakan "kangen sama cucu."
Ninik tengah mengumpulkan uang. Keinginannya hanya satu: "Ketemu
ayah sebelum ia dihukum mati," untuk memperlihatkan kedua
anaknya kepada kakeknya. Sang kakek pernah bercita-cita mengasuh
cucunya tersebut suatu ketika kelak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini