Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Dan Ninik Pun Menangis

Ninik menangis mendengar bahwa grasi ayahnya ditolak presiden & menyesal tidak mencoba besuk ayahnya di lowokwaru. sekarang ninik mengumpulkan uang untuk memperlihatkan kedua anaknya kepada kakeknya.(hk)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang ditakutkan Ninik Kustianingsih, anak Kusni Kasdut, akhirnya terjadi juga. "Saya merasa kaget, sedih dan tidak mengerti," tangisnya menyambut keputusan Presiden yang tidak mengampuni kejahatan ayahnya. Itu diketahuinya dari suratkabar. Mula-mula Ninik tidak paham maksudnya. Tapi-kemudian guru agama Katolik ayahnya waktu di penjara Cipinang, Basuki Pranoto, menerangkan apa arti "penolakan grasi" dari Presiden itu. "Kemungkinan hukuman mati ayahmu akan segera dilaksanakan," begitu ujar Basuki kepada Ninik. "Bagaimana saya tidak sedih," kata ibu muda (28 tahun) yang mengasuh dua cucu Kusni Kasdut ini. "Sejak terakhir bertemu di Malang (tiga bulan setelah ayahnya dipindahkan dari Cipinang ke Lowokwaru, Februari lalu -- Red) sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. " Setelah ayahnya tertangkap, sebenarnya Ninik pertengahan bulan lalu sudah pergi ke Surabaya -- tentu saja untuk membezuk ayahnya. Tapi ia ragu-ragu. "Karena saya dengar ayah tidak boleh ditengok," katanya. Jadi ia kembali saja ke Jakarta. "Saya menyesal tidak mencoba untuk menemuinya waktu itu," lanjutnya. Sehari sebelum nasib ayahnya ditentukan Presiden, Ninik menerima surat dari ayahnya. Hanya menyampaikan kabar baik: perlakuan polisi sangat baik dan tak pernah telat memberinya rokok. Di samping itu Kusni Kasdut juga mengatakan "kangen sama cucu." Ninik tengah mengumpulkan uang. Keinginannya hanya satu: "Ketemu ayah sebelum ia dihukum mati," untuk memperlihatkan kedua anaknya kepada kakeknya. Sang kakek pernah bercita-cita mengasuh cucunya tersebut suatu ketika kelak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus