"SAYA bukan Tuhan " kata Walter Miralha Alves. Namun Wakil Ketua
Associacao Brasileira de Treinadores de Futebol (ABTF) ini
memastikan bahwa 24 pemain PSSI terpilih yang akan diasuhnya
dalam tempo 6 bulan di Brazilia bakal menempati kelas tersendiri
sekembalinya nanti.
Dikontrak dengan bayaran US$ 6.000 per bulan, Alves memboyong
PSSI Binatama ke negerinya akhir Oktober lalu. Dan PSSI yang
percaya sekali padanya menyediakan anggaran Rp 200 juta untuk
program latihan ini.
Tapi baru 3 minggu latihan di Brazilia, PSSI Binatama dilanda
keresahan. Tim pelatih Indonesia (Sutjipto Suntoro, Sartono,
Ipong Silalahi dan Jopie Timisela) yang juga ikut ke sana mulai
meragukan kemampuan Alves. "Kami bukannya tambah pintar, malah
kuatir akan bertambah bodoh di Brazilia," kata Sutjipto kepada
wartawan KOMPAS, Th. A. Budisusilo.
PSSI Binatama, menurut Sutjipto, sejak datang di Brazilia belum
pernah mendapatkan gemblengan yang bermutu. "Program latihannya
awut-awutan," keluhnya.
Maulwi Saelan, yang memimpin proyek latihan itu tiba kembali di
Jakarta dan melapor pada pimpinan PSSI pekan lalu. Ia membantah
berita tentang kepercayaan dalam tubuh tim. "Ingat, kita baru 3
minggu di Sana. Jadi, terlalu pagi untuk memberikan penilaian
buruk terhadap metode latihan dari Alves," demikian Saelan.
Kosasih Purwanegara, bekas Ketua Umum PSSI, berpendapat bahwa
reaksi negatif timbul disebabkan sebagian di antara mereka
membanding dengan cara pembinaan dari Tony Pogaknik dan Wiel
Coerver -- keduanya dari Eropa. Dalam kepala mereka sudah
tertanam konsep tertentu tentang suatu sistem latihn.
"Dihadapkan dengan pola latihan a la Amerika Latin merasa tentu
jadi bereaksi dan bersikap kritis," kata Kosasih.
Tak sepenuhnya krisis itu timbul karena pola latihan yang
berbeda antara gaya Eropa dan Amerika Latin. Para pelatih dan
pemain memang meragukan kemampuan Alves sebagai pelatih bermutu.
Sartono, asisten pelatih Coervcr untuk tim SEA Games X lah!,
sudah bimbang ketika melihat cara Alves memilih dan melatih
sejumlah pemain terpanggil di Ragunan, Jakarta. Kemampuan Alves
tak sampai seperempat kebolehan Coerver, demikian pernah
terdengar komentar Sartono.
Alves tak tercantum dalam deretan pelatih top di dunia. Siapakah
dia sesungguhnya? Menurut pengakuannya, dia pernah dipakai klub
Flamengo, Olaria, Fluminese, dan selalu sebagai back kanan.
Sebagai pemain ia mengundurkan diri tahun 1958. Kemudian ia
menjadi pelatih. "Saya juga pernah melatih di Spanyol, Italia,
Tunisia, Carthago dan New York," katanya. Ia bahkan mengaku
pernah melatih perkumpulan tenar Barcelona dari Spanyol. Dalam
daftar riwayat hidupnya ia menuliskan angka 26 sebagai nomor
registrasinya di ABTF.
Tapi Alves 52 tahun, sesungguhnya bukanlah pelatih pertama yang
dicalonkan Kedutaan besar Indonesia di Brazilia untuk menangani
proyek PSSI Binatama. Ia dikontrak setelah calon utama, Carlos
Alberto, mengatakan dirinya sudah terikat dengan klub lain.
Alberto ini dikabarkan lebih punya reputasi baik di kalangan
dunia sepakbola Brazilia.
Bahwa program latihan 6 bulan Alves awut-awutan, tak seluruhnya
pula benar. Kepada PSSI, September lalu ia mencantumkan garis
besar rencananya yang cukup masuk akal. Antara lain tahap
penyesuaian, gemblengan fisik, teknik penguasaan bola, praktek
lapangan, latihan bersama dan pertandingan percobaan di Brazilia
-- tiap tahap memakan waktu 1 bulan. Dan dalam tempo latihan 3
minggu saja sudah terlihat kemajuan di kalangan pemain PSSI
Binatama, "dibandingkan sebelum berangkat dulu," kata Saelan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini