Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUALA LUMPUR - Wewey Wita menambah koleksi medali emas bagi cabang pencak silat Indonesia. Dia memenangi pertandingan final nomor tanding kelas B di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia, kemarin.
Dalam final yang dipadati penonton di Stadium Juara di Kuala Lumpur itu, Wewey menyudahi perlawanan atlet Vietnam, Tran Thi Them, dengan skor 4-1. "Saya sangat terharu dengan kemenangan ini. Saya juga bangga dan bahagia," kata Wewey sambil mengusap air mata setelah bertanding.
Atlet putri Indonesia itu mengungkapkan, sebelum ke SEA Games ini, dia tak hanya berlatih keras, tapi juga berusaha menurunkan berat badan untuk bisa turun di kelas B (50-55). Biasanya, Wewey bertanding di kelas C (55-60 kilogram), tapi diminta untuk turun kelas. "Saya menurunkan berat badan 5 kilo," kata Wewe, seperti dilansir Antara kemarin. "Ini nomor pertama saya, saya harus pindah kelas untuk bisa ikut tanding di sini."
Adapun pelatih silat Indonesia untuk SEA Games 2017, Hendro Wardoyo, mengatakan Wewey meraih kesuksesan karena anak asuhnya itu siap bertanding sejak awal. "Kondisi dia lebih siap dan tangguh. Itu kunci kemenangan dia," kata Hendro.
Bahkan, menurut Hendro, perjuangan Wewey cukup berat selama tiga minggu sebelum berangkat ke Kuala Lumpur. Wewey harus berjuang menurunkan berat badan agar bisa bertanding di kelas B dan akhirnya berhasil. Padahal, saat diminta untuk turun kelas, Wewey terlihat ragu. "Awalnya dia kurang pede di kelas yang baru buat dia ini, tapi selanjutnya tidak masalah," ujarnya.
Manajer tim cabang pencak silat Indonesia untuk SEA Games 2017, Edhy Prabowo, mengatakan keberhasilan Wewey Wita bisa memacu atlet silat Indonesia lainnya untuk lebih semangat merebut medali emas di SEA Games 2017. "Kemenangan ini bisa membuat atlet pencak silat Indonesia lain tergerak hatinya untuk terus maju," kata Edhy di arena tanding silat di Stadium Juara, Kuala Lumpur.
Menurut dia, kemenangan itu juga menjadi evaluasi bagi atlet pencak silat untuk bekerja lebih keras lagi ke depannya. "Kematangan dan kemandirian atlet serta strategi agar lebih ditingkatkan lagi," kata Edhy Prabowo, yang juga Ketua Harian Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Edhy mengatakan SEA Games ini menjadi try out bagi para atlet untuk menuju kejuaraan yang lebih besar lagi, yaitu Asian Games. "Ini baru setengah jalan menuju Asian Games," kata Edhy.
Dengan kemenangan Wewey, cabang pencak silat telah mengoleksi dua medali emas dari nomor regu putra dan kelas B putri. Sebelumnya, pasangan putri Indonesia, Ririn Rinasih dan Riska Hermawan, hanya mampu menyumbang medali perunggu di nomor ganda putri. Dalam laga silat artistik itu, pasangan Indonesia tersebut mengumpulkan total nilai 533.
Ririn dan Riska harus menelan pil pahit setelah medali emas jatuh ke pasangan tuan rumah Malaysia, Nor Hamizah binti Abu Hassan dan Nur Syazreen binti A. Malik, yang mengumpulkan total nilai 568.
Sedangkan Singapura lewat pasangan Nur Azlyana Binte Ismail dan Nurhanishah Binte Shahrudin merebut perak dengan total 553.
Sebelumnya, Hendy dan Yolla Primadona Jumpil menangis karena merasa dicurangi setelah mengetahui nilai mereka jauh di bawah pasangan Malaysia di cabang pencak silat nomor ganda putra. Pasangan Indonesia ini, yang tampil gemilang di nomor itu, hanya mendapat 554 poin dan meraih medali perak. Nilai tersebut terpaut jauh dari pasangan tuan rumah Mohd Taqiyuddin bin Hamid dan Rosli bin Mohd Sharif, yang meraih 582 poin.
Iqbal Candra Pratama bahkan memutuskan mundur dalam pertandingan pencak silat kelas D putra. Saat itu, Iqbal bertanding melawan pesilat Thailand di babak penyisihan. Dia menang di babak pertama. Kemudian, di babak kedua, ia menerima teguran tanpa mendapat peringatan terlebih dulu dari wasit sehingga babak kedua berakhir imbang.
Keputusan wasit itu membuat kubu Indonesia mengajukan protes. Namun tidak digubris sehingga pelatih pencak silat Indonesia memutuskan menarik Iqbal Chandra dari arena pertandingan. NUR HARYANTO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo