Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Shanghai - Rintik hujan dan angin semilir menjelang musim gugur menyapa saat kami tiba di Bandara Pudong, Shanghai, Cina pada akhir bulan lalu. Tempo dan beberapa wartawan lain dari Jakarta hari itu memulai perjalanan untuk mengikuti serangkaian acara yang digelar oleh pabrikan mobil listrik asal Cina Hozon Auto yang melahirkan merek Neta.
Ritual yang harus dilakukan saat menginjakkan kaki di negeri Tirai Bambu ini adalah mengganti SIM Card untuk telepon seluler. Maklum di sini, beberapa aplikasi seperti WhatsApp dan Instagram tak bisa diakses jika tak menggunakan SIM Card global yang tersedia di sini. Seorang teman yang menggunakan data roaming internasional dengan kartu telepon Indonesia pun ternyata sulit mengakses internet di sini.
Neta, brand baru yang dikenalkan di Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2023 rupanya cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia. Setidaknya, PT Neta Auto Indonesia mengaku telah mendapat sekitar 162 SPK (Surat Pemesanan Kendaraan) untuk lini produknya Neta V di pameran tersebut.
Shanghai, memang cocok untuk jadi markas Neta. Di sini, populasi mobil listrik sudah banyak berseliweran di jalan-jalan raya. Bahkan Ah San, penduduk lokal di sana menyebut masyarakat Shanghai akan memilih mobil listrik sebagai kendaraan pertamanya di sini. Seperti di Indonesia, mobil listrik di sini juga dibedakan dengan warna pelat nomor kendaraannya.
Untuk pelat kendaraan berbahan bakar fosil, menggunakan warna dasar biru dengan tulisan angka dan huruf warna putih. Sedangkan untuk mobil listrik pelat kendaraan berwarna dasar putih dan hijau. Setidaknya dari Pudong menuju pusat kota Shanghai, populasi mobil listrik kami lihat sudah hampir memadati jalanan di sini.
Deputy Managing Director PT Neta Auto Indonesia Jason Ding menyebut mengundang media dari Jakarta untuk memberi pemahaman tentang komitmen Neta dalam menghadirkan solusi mobilitas masa depan yang ramah lingkungan dengan teknologi yang canggih untuk masyarakat Indonesia.
“Kami sangat senang bisa mengundang rekan-rekan media ke NETA Headquarters, Shanghai, Cina,” kata Jason.
Markas Neta berdiri di kawasan strategis di pusat kota Shanghai. Tak jauh dari kantor mereka tersedia jaringan kereta bawah tanah. Menyeberang sebentar terdapat Changfeng Park, salah satu taman yang cukup besar di sana.
Memasuki markas Neta, kami langsung mendapati satu ruangan besar di lobi dengan berbagai informasi tentang perusahaan ini. Desain-desain mobil yang terkesan futuristik dihadirkan di beberapa sudut ruangan.
Rombongan kami langsung diberikan informasi tentang jumlah penjualan mobil listrik ini di seantero negeri Panda itu.
Berdasarkan data Neta, selama 2022 saja mereka sudah mampu menjual 150 ribu unit lebih mobil listrik di Cina. Sebagai perusahaan start up, mereka menempati posisi pertama dalam penjualan. Adapun secara keseluruhan, Neta menduduki peringkat ke 9 sebagai perusahaan terbanyak menjual mobil listrik di Cina.
Menyediakan Mobil untuk Orang Banyak
Vice President of Neta & President of Overseas Business, Zhou Jiang yang menerima kami menyebut kesuksesan mereka tak lepas dari pijakan filosofi untuk menyediakan kendaraan listrik yang terjangkau untuk masyarakat.
Neta lahir dari buah pemikiran sang pendiri, Fang Yunzhou. Pria asal Tongxiang City ini sebelumnya adalah seorang petinggi di divisi mobil listrik salah satu pabrikan asal Cina. Dia kemudian mengajak beberapa teman kuliahnya dari Tsinghua University untuk membangun start up mobil listrik.
Jason Ding bercerita perjalanan perusahaan start up ini dimulai pada 2014. Perusahaan ini harus mendapat izin dari pemerintah setempat untuk menjadi pemain baru di bisnis mobil listrik. Mereka pun akhirnya mendapat izin dari pemerintah.
Jason mengatakan sang pendiri perusahaan ini kemudian meminta izin ke pemerintah di kota kelahirannya untuk membangun pabrik pertamanya di Tongxiang City. Perusahaan start up ini kemudian membangun mobil listrik pertamanya yang diberi nama Neta 01 pada 2019.
Neta 01 kemudian diupgrade dan bertranformasi menjadi Neta U. Pada tahun yang sama mobil listrik Neta V juga lahir. Tak berhenti di situ, Neta kemudian melengkapinya dengan mengeluarkan produk terbarunya Neta S dan disusul Neta GT.
Menurut Jason, perjuangan perusahaan ini tentu saja cukup berat saat pandemi Covid-19 melanda negeri itu pada sekitar 2020-2021. Meski demikian, mereka tetap bertahan dan tetap mempertahankan penjualan mobil listriknya.
Kini, Neta menatap pasar global. Dia telah mendirikan pabrik pertamanya di luar Cina yaitu di Thailand pada Maret 2023 lalu. Ini adalah basis mereka memproduksi mobil dengan setir kanan untuk pangsa pasar ASEAN.
Zhou Jiang mengatakan, ASEAN menjadi salah satu sasaran pasar mereka karena kini masyarakatnya mulai melirik penggunaan mobil listrik. Neta pun memiliki komitmen jangka panjang untuk pasar mobil listrik di Indonesia. Mereka akan bekerja sama dengan Handal Indonesia Motor untuk merakit Neta V pada 2024.
Ia mengatakan Indonesia punya pangsa pasar yang besar. Apalagi saat ini tingkat kemacetan lalu lintas yang menimbulkan polusi mulai dikeluhkan banyak orang. Mobil listrik pun menjadi solusi mengatasi polusi di perkotaan.
“Indonesia menaruh perhatian yang lebih pada produk-produk baru mobil listrik,” kata Zhou.
Dengan kehadiran Neta V, Zhou berharap varian lainnya juga akan diterima masyarakat Indonesia.
Adapun Jason Ding menyebut dengan kemampuan riset dan pengembangan yang dimilikinya, Neta akan melakukan transformasi teknologi untuk tenaga-tenaga lokal di Indonesia kelak.
“Kami akan terus mentransfer teknologi ini,” ujar dia.
JULI HANTORO (SHANGHAI)
Pilihan Editor: Melihat dari Dekat Pabrik Mobil Listrik Neta di Cina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini