Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=brown><B>Andi Alifian Mallarangeng:</B></font><BR />SBY Harus Kami Lembagakan

24 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMA tahun sebagai juru bicara kepresidenan, Andi Alifian Mallarangeng menjadi ”penyambung lidah” Susilo Bambang Yudhoyono. Ia ditunjuk menempati kursi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Oktober tahun lalu. Kini pria 47 tahun itu bersaing untuk menjadi penyambung kepemimpinan Partai Demokrat yang didirikan Yudhoyono.

Dalam kampanye pencalonannya, Edhie Baskoro, putra kedua Yudhoyono, selalu mendampinginya. Andi ingin menciptakan kesan didukung sang presiden. Kepada Sunudyantoro, Wahyu Dhyatmika, dan Cheta Nilawaty dari Tempo yang mewawancarainya di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu pekan lalu, ia menjelaskan posisi Yudhoyono dalam kepengurusan lima tahun ke depan.

Tidakkah sebaiknya Partai Demokrat melepaskan diri dari Yudhoyono?

Adalah salah kaprah kalau untuk menjadikan Demokrat partai modern harus dengan memisahkannya dari SBY. Justru kami harus melembagakan pikiran SBY agar menjadi fondasi dan roh partai. Semua partai besar di dunia dibangun oleh orang besar dengan pikiran besar.

Maksudnya?

Justru karena Pak SBY masih bersama kami, harus kami lembagakan. Kenapa harus dipisahkan? Tanpa pikiran-pikiran SBY, Demokrat kehilangan roh. Serangkaian kebijakannya ketika memerintah menjadi rujukan dan inspirasi untuk kebesaran partai.

Demokrat akan selamanya dalam bayang-bayang SBY?

Bukan selamanya dalam bayang-bayang, justru kami melembagakannya. Mandela di Afrika Selatan juga begitu. Sampai nanti 50 tahun lagi, nilai dan pikiran SBY tetap menjadi roh partai. Jadi jangan dipisahkan Demokrat dari SBY.

Bukankah orang memilih Demokrat karena figur SBY?

Ya enggak, dong. SBY dipilih rakyat justru sejak mendirikan Demokrat. Orang pun berduyun-duyun masuk partai ini. SBY itu merepresentasi kebijakan, track record, dan kepemimpinan yang baik.

Apa posisi SBY nanti?

Tetap sebagai ketua dewan pembina. Nanti di sana ada majelis tinggi partai yang dipimpin dewan pembina dan di dalamnya ada unsur dewan pimpinan pusat.

Kekuasaan SBY tetap sangat besar?

Kami ini unik karena punya Pak SBY. Ini keunikan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip politik modern.

Apa yang Anda kerjakan untuk Demokrat lima tahun ke depan?

Yang pertama adalah konsolidasi. Menyatukan semua kekuatan agar partai ini lebih kuat lagi. Kita menang dengan hampir 21 persen dalam pemilu tahun lalu, dan kami ingin menang lebih besar lagi. Ketua dewan pembina sudah membahas perubahan mendasar dalam struktur dan tata hubungan organisasi, yaitu sinergi antara dewan pimpinan pusat, dewan pimpinan daerah, dan dewan pimpinan cabang.

Agenda lain adalah memperbesar mesin politik partai, baik yang ada di pusat maupun di daerah. Salah satu implementasinya adalah memenangi provinsi, kota-kabupaten. Kita ingin menang semua. Tapi semua partai juga ingin begitu. Tapi, kalau kita menang 30 persen saja, itu sungguh bagus.

Semua untuk mengamankan Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2014?

Ah, tidak. Pak SBY sudah mengatakan setelah dua periode menjadi presiden akan madeg pandhita. Bu Ani juga sudah bilang tidak mau.

Anda yang disiapkan jadi calon presiden?

Saya tidak mau berspekulasi. Sebab, begini, Ketua Demokrat dipilih oleh ketua-ketua dewan pimpinan cabang, sedangkan presiden dipilih oleh seluruh rakyat Indonesia. Beda sekali. Karena itu, mekanismenya juga beda. Dulu Pak SBY gagal dipilih menjadi calon wakil presiden karena dipilih anggota MPR. Bisa saja pilihan anggota MPR berbeda dengan suara rakyat yang diwakilinya. Sebab, suara Pak SBY dalam survei-survei paling besar.

Jadi?

Calon presiden dari Demokrat kelak harus bisa diterima oleh rakyat. Kita cari siapa yang paling siap membawa bendera pada waktu itu. Calonnya bisa ketua umum, bisa juga bukan. Bukan siapa pun yang jadi Ketua Umum Partai Demokrat pasti jadi calon presiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus