Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

190 Ribu Orang Goyang

Ribuan tenaga kerja perkebunan karet di Jawa Barat tak menentu masa depannya. Perkebunan tempat mereka kerja kesulitan modal, hingga peremajaan pohon tak berjalan semestinya.

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HIDUP 190 ribu karyawan perkebunan swasta di Jawa Barat goyang. Artinya apakah mereka akan bisa tetap bekerja atau bakal jadi penganggur. Karena 87 perkebunan tempat mercka bekerja runyam. Dan itu diakui antara lain oleh drs Sopandi petugas Humas Kantor Gubernur Jawa Barat. Kalangan pemilik perkebunan umumnya berkata mereka kesulitan modal untuk mengadakan peremajaan. Dikatakan perkebunan mereka warisan zaman Belanda. Kecuali sudah tua, pernah pula mengalami gangguan. Yakni ketika berlangsung revolusi fisik sebelum tahun 1950 dan ketika masih ada gerombolan DI/TII di tahun 1950-an. Kredit bank? "Saya pernah menerima kredit Rp 5 juta sedang untuk bayar pajak saja Rp 4 juta setahun, jadi apa artinya kredit itu?" kata seorang pemilik perkebunan di Cianjur. Tapi ada yang mengatakan Bank Ekspor Impor misalnya bersedia memberi kredit asal orang bank ikut dalam pengelolaannya. Dan itu ditampik oleh orang perkebunan. Dikutip alasannya "kalau begitu perkebunan ini bukan milik kita lagi dong." Jadi masalahnya bank curiga orang perkebunan sendiri tidak beres. Dan itu boleh jadi beralasan. Sebab Agus Hassim, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Cianjur misalnya, menilai keterlantaran beberapa perkebunan di wilayahnya karena pemiliknya kurang bertanggungjawab. "Mereka menebang pohon sekedar dijadikan kayu bakar untuk memperoleh uang dengan cepat," kata Hassim. Maksudnya karena mereka terlalu cepat ingin memperoleh uang, produksi kayu bakar pun terus merosot. Karena produksi kecil, pemasaran jatuh ke tangan tengkulak. Harganya jadi murah. Disebutkan kayu bakar dari pohon karet dibeli tengkulak hanya Rp 2.500 permeter kubik. Betapapun, kesulitan modal di kalangan perkebunan memang bukan sekedar omongan mereka saja. Setidaknya jika diingat bahwa April lalu perkebunan milik pemerintah Jawa Barat pun gulung tikar. Yakni perkebunan Pamegatan di Garut. Di samping Pemda Jawa Barat kurang bernafsu melanjutkan usahanya, kesulitan perkebunan Pamegatan diakui karena kesulitan uang. Harap maklum, 87 perkebunan yang jelas gawat sekarang meliputi areal 38.568 hektar dengan tanaman karet, teh, kelapa dan beberapa jenis tanaman lagi. Letaknya di 15 dan 20 kabupaten: Serang, Lebak, Pandeglang, Tanggerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Purwakarta, Subang, Majalengka, Sumedang, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Alhasil dari barat sampai ke timur yang tak kalah penting juga adalah nasib 190.000 karyawannya, hidup bagaikan hanya dengan belas kasihan pemilik perkebunan. Artinya apa adanya. Tapi sampai kapan mereka tahan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus