Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bencana dari sungai sebayang

Bencana banjir yang menghantam beberapa desa di sepanjang sungai sebayang, riau, awal desember lalu, masih belum aman. hujan yang terus turun diperkirakan akan mendatangkan banjir susulan. (dh)

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI pekan lalu beberapa wilayah yang terkena banjir di Propinsi Riau masih belum merasa aman. Banjir terbesar yang pernah menimpa wilayah ini membuat bencana terutama di Kecamatan Kampar Hilir di Kabupaten Kampar. Air yang menggebu berasal dari Sungai Sebayang, anak Sungai Kampar Kiri. Sebayang berhulu ke bukit-bukit: Bukit Kulit Manis, Pematang Banir, Padang Awan, Caniago, Muara Muku, Kubang Lado dan Gunung Jadi. Semua bukit ini merupakan bagian dari jejeran Bukit Barisan. Di sepanjang Sungai Sebayang bertengger puluhan desa, besar kecil. Sungai ini berikut anak-anaknya diapit bukit-bukit tadi. Sehingga bukan saja sempit tapi juga deras dan berbatu. Curah hujan yang tinggi di daerah berbukit begini biasanya menimbulkan tanah longsor. Tumpukan tanah longsor bercampur batu-batuan menyebabkan terbentuknya semacam bendungan di beberapa tempat. Rupanya karena hujan yang lebat dan kerap terjadi belakangan ini, bendungan-bendungan itu bobol. Banjirpun datang. Tak sulit dibayangkan betapa kencang arus air jika diingat ketinggian sungai di hulu rata-rata 1.000 meter sedangkan di hilir rata-rata kurang dari 400 meter. Serbuan air mula-mula datang 3 Desember pagi. Tengah malamnya air telah mencapai Desa Kuntu yang paling hilir. Dengan kedalaman 15-20 meter dan dengan kecepatan 60-70 km per jam air telah meruntuhkan berbagai tebing, merobohkan kayu-kayu besar dan menyapu bersih seluruh bagian desa yang dilaluinya. Rumah, kedai, ladang dan sawah hanyut dan tentu saja ternak. "Sebenarnya penduduk sudah tahu banjir akan datang, tapi tak menduga akan sehebat itu" tutur Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Riau, H. Nahar Effendy BA. Hanya karena banjir itu menyerang di siang hari dan sebelumnya disertai suara dentuman (karena bendungan-bendungan tadi pecah), maka penduduk sempat mengungsikan diri. Dua orang hanyut. Kampar Kanan Hari berikutnya, Sungai Kampar Kanan mendapat giliran. Tiga kecamatan di sepanjang sungai ini tenggelam. Di Kecamatan XIII Koto ketinggian air mencapai 8 meter, sedang di Kecamatan Bangkinang dan Kampar rata-rata 4 hingga 5 meter. Beberapa bagian jalan yang menghubungkan Bangkinang dengan Pekanbaru terputus. Banjir belum akan berhenti. Lebih-lebih hujan di akhir tahun ini belum mereda. Karena itu baik pejabat tingkat kabupaten maupun Propinsi Riau belum berani memperkirakan berapa kerugian yang diderita. Hanya seorang anggota DPRD Propinsi Riau, Thamrin Nasution, awal bulan ini sudah menyebut angka Rp 2,25 milyar. Angka ini mungkin ditemukannya karena melihat di beberapa wilayah banjir justru sudah mulai menyerang Oktober dan Nopember. Bahkan desa-desa di Kecamatan Kuantan Tengah, Cerenti, Pasir Penyu dan Rengat, Mei tahun ini lebih dulu diserang banjir. serbuan air sejak Oktober Sampai Desember ini adalah untuk kedua kalinya dalam tahun ini. Kejadian ini lalu disusul 10 Nopember ketika Sungai Siak meluap dan merendam 3 kecamatan dalam Kotamadya Pekanbaru. Kemudian 18 hingga 25 Nopember Sungai Gangsal dan Sungai Reteh di Kabupaten Indragiri Hilir menenggelamkan desa-desa di wilayah Kecamatan Reteh. Tanggal 3 Desember Sungai Rokan Kiri menyerang Kecamatan Rokan IV Koto, Kecamatan Tanduh (Ujung Batu) dan Kecamatan Kunto Darussalam. Dua hari kemudian Sungai Batang Sosah anak Sungai Rokan Kanan melayapi desa-desa dalam wilayah Kecamatan Tambusai. Di awal Desember itu Menteri Dalam Negeri Amirmachmud melalui telepon bertanya kepada Gubernur Riau, Subrantas, apakah sudah perlu bantuan. Subrantas menjawab belum. Maksudnya tentu segala kerugian dan akibat-akibatnya masih mampu diatasi Pemda Riau. Apalagi bantuan sekedarnya dari masyarakat mulai tercatat. Tapi dengan susulan banjir di Kabupaten Kampar itu, agaknya Subrantas mulai menadahkan tangan mengharap bantuan dari Pemerintah Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus