Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) berhasil meraih beasiswa Future Research Talent (FRT) Awards dari Australian National University (ANU) untuk melakukan penelitian kolaboratif. Selama 10 – 12 minggu, mereka akan melakukan riset dalam berbagai disiplin ilmu bidang sains, kesehatan, dan kedokteran.
Kedua peneliti tersebut adalah mahasiswa program doktor ilmu lingkungan Clarisa Dity Andari dan dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad Syaiful Alam. Mereka akan menerima beasiswa sebesar 8.500 dolar Australia yang harus digunakan untuk secara langsung mendukung partisipasi dalam penelitian kolaboratif.
“FRT adalah program kompetitif dan bergengsi untuk staf dan mahasiswa terbaik dari institusi papan atas Indonesia. Program ini menawarkan peluang bagi talenta peneliti baru Indonesia untuk membentuk koneksi internasional dan mengembangkan keterampilan penelitian di universitas terbaik Australia,” kata Clarisa, dilansir dari Kanal Media Unpad pada Jumat, 29 April 2023.
Lebih lanjut, dia menjelaskan terdapat beberapa proyek riset yang disediakan oleh ANU setiap tahunnya. Tahun ini, proyek riset yang disediakan meliputi astronomi dan astrofisika, biologi, kimia, ilmu komputer, ilmu kebumian, epidemiologi dan kesehatan masyarakat, matematika, riset kedokteran, fisika dan teknik, serta ilmu komunikasi.
Clarisa akan berpartisipasi dalam proyek riset biologi bertema “Evolution of Honeybee Parasites and Diseases.” Proyek tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana parasit dan penyakit berevolusi bersama dengan inangnya. Riset yang menjadi tema disertasinya ini dilakukan melalui penelitian serangga berbasis lapangan pada lebah madu yang menjadi inang bagi banyak penyakit virus dan parasit artropoda.
Riset tersebut menggabungkan komponen laboratorium, bioinformatik, dan lapangan. Supervisor sekaligus ko-promotor untuk riset ini adalah Alexander Mikheyev dari ANU. “Saya mengontak Prof. Alexander Mikheyev selaku supervisor ANU pada research project tersebut. Beliau mendukung rencana penelitian saya dan mendukung saya untuk mendaftar pada FRT,” ujarnya.
Sedangkan, Syaiful akan melakukan riset pada bidang stratigafi sesuai proposal yang diajukan serta memiliki kesesuaian dengan tema riset yang ditawarkan grup riset paleomagnetisme di ANU.
“Tujuannya adalah untuk mengevaluasi dampak siklus milankovitch pada sedimentasi purbakala pliosen dan pleistosen, atau pada rentang 5,33 – 2,58 juta tahun yang lalu dan 2,58 juta – 11,7 ribu tahun yang lalu,” katanya.
Dia tertarik mengambil program riset ini karena kesesuaian dengan tema riset yang ditawarkan oleh program FRT beserta sekolah risetnya dan juga kemajuan fasilitas laboratorium yang akan digunakan di ANU.
Adapun supervisor dari riset yang dilakukan Syaiful dalam program FRT ini adalah David Heslop dan Andrew Roberts yang berada di bawah grup riset paleomagnetisme pada Sekolah Penelitian Ilmu Bumi ANU.
Aktivitas kolaborasi riset tersebut akan menghasilkan laporan kegiatan riset untuk evaluasi dan publikasi program. Lulusan program FRT akan berpartisipasi dalam publisitas program dari waktu ke waktu, mencakup publisitas di Indonesia dan atau Australia.
Clarisa mengatakan program beasiswa FRT ANU ini terbilang kompetitif. Pada tahun ini, ANU memberikan beasiswa program FRT kepada 19 penerima dari 13 institusi di Indonesia. Karena itu, dia berharap program ini dapat berjalan sesuai target yang telah disiapkan.
Syaiful juga berharap program ini dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan yang bisa diterapkan dalam riset geologi, khususnya pada kajian stratigrafi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pilihan Editor: Mengapa Keringat Berasa Asin?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini