Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

4 Juli 1927, Tonggak Sejarah Partai Politik di Indonesia

Banyak kalangan yang mengatakan bahwa PNI menjadi partai politik tertua yang ada di Indonesia.

4 Juli 2022 | 11.00 WIB

Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Golongan Karya (Golkar) berkampanye dengan becak di Jakarta, 1971. [TEMPO/Ed Zoelverdi
Perbesar
Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Golongan Karya (Golkar) berkampanye dengan becak di Jakarta, 1971. [TEMPO/Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini, 4 Juli 1927, merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi dunia partai politik Indonesia. Hal ini karena pada 4 Juli 1927 menjadi tanggal berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia atau populer dengan sebutan PNI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Banyak kalangan yang mengatakan bahwa PNI menjadi partai politik tertua yang ada di Indonesia.

Sejarah Berdirinya PNI

PNI didirikan oleh beberapa tokoh pergerakan, seperti Tjipto Mangunkusumo, Sartono, Iskaq Tjokrohadisuryo, dan Sunaryo. Selain itu, para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club (ASC) yang diketuai oleh Soekarno juga bergabung bersama untuk mendirikan PNI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pemeilihan tanggal 4 Juli sebagai tanggal berdirinya PNI bukanlah tanpa alasan. Dalam buku Mengabdi Republik karangan Adam Malik, disebutkan bahwa pemilihan tanggal 4 Juli sebagai tanggal berdirinya PNI terinspirasi dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776.

Pada 1928, Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia. PNI yang bersifat non-kooperatif terhadap Belanda membuatnya dicap sebagai organisasi yang radikal. PNI dianggap membahayakan Belanda dan pada 24 Desember 1929 Pemerintah Kolonial mengeluarkan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI. Akhirnya, pada 29 Desember 1929, tokoh-tokoh PNI ditangkap. Beberapa tokoh yang ditangkap, antara lain Soekarno, Maskun Sumadiredja, Gatot Mangkupraja, dan Soepriadinata.

Setelah ditangkap,para tokoh PNI baru menjalani proses pengadilan pada 18 Agustus 1930. Setelah melalui proses pengadilan, mereka dijebloskan ke dalam Penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam masa pengadilan ini, Bung Karno menuliskan sebuah pledoi yang monumental dan menjadi salah satu catatan sejarah yang pentig bagi pergerakan bangsa Indonesia, yaitu Indonesia Menggugat.

Setelah para tokoh-tokoh PNI dijebloskan ke penjara, terjadi pergantian pimpinan PNI. Pimpinan PNI yang semula dijabat oleh Bung Karno diganti oleh Mr. Sartono. Sartono selanjutnya membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada 25 April 1931.

Walau memiliki tujuan yang sama dengan PNI, pembentukan Partindo dengan membubarkan PNI banyak ditentang oleh tokoh-tokoh PNI, seperti Moh. Hatta. Bung Hatta tidak setuju dengan pembubaran PNI dan akhirnya ia membentuk PNI-Baru.

Pada 1933, Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda dan ia dibuang ke Ende, Flores sampai 1942. Selanjutnya, pada 1934, giliran Hatta dan Sjahrir yang ditangkap dan keduanya dibuang ke Bandaneira sampai tahun 1942. Setelah proklamsi kemerdekaan, PNI menjadi salah satu partai besar di Indonesia dan berhasil memenangi Pemilihan Umum 1955.

Kiprah PNI sebagai partai harus berakhir setelah rezim Orde Baru mengeluarkan aturan mengenai peleburan partai politik di Indonesia. PNI bergabung bersama empat parati lain dan menjadi Partai Demokrasi Indonesia alias PDI.

EIBEN HEIZIER

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus