Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Acara Pelangi, Suara Rakyat

Sebuah acara TVRI 'Pelangi' genap berusia satu tahun acara ini dirancang oleh Ani Sumadi, membahas berbagai masalah di masyarakat. Penggarapannya makan banyak waktu dan tenaga. (md)

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUS Hendratmo meluncur di awang-awang dengan permadani terbang, dan mendarat mulus di studio TVRI Senayan, Jakarta. Di hari lain nampak pula Kris Biantoro bersama Kus--dalam ukuran liliput --terkurung di sangkar burung. Itulah sebagian 'keajaiban' yang disajikan Pelangi, sebuah acara televisi kita. Desember ini, ia tampil untuk keenam kalinya, dan genap usianya satu tahun. Yang punya permainan dengan banyolan elektronis itu, Ani Sumadi. Serangkaian acaranya terdahulu diramaikan oleh tebak-menebak. Dalam Pelangi bau teka-teki masih tetap dipelihara di sarnping unsur hiburan yang kian memikat. Bahkan di celah hidangan yang humoristis itu menyusup pula berbagai pesan khusus, sesuai dengan topiknya malarn itu. Acara itu dengan sendirinya mengandung aneka warna hidangan, selama satu jam, sekali dalam dua bulan. Adalah Pelangi yang pertama dalam sejarah TVRI menyuarakan ihwal hajat hidup khalayak ramai secara langsung. Gayung bersambut, kata berjawab, kata orang. Pada kesempatan yang sama ditampilkan pula tanggapan pejabat bersangkutan terhadap 'suara rakyat' tadi. Acara ini dirancang, kata Ani Sumadi, untuk membahas berbagai masalah di sektor public service. Seperti dipertunjukkan sejak nomor pertama, Januari lalu, Pelangi membahas seluk-beluk pelayanan Pos & Giro. Dua bulan kemudian mengenai masalah angkutan umum. Serbaserbi lingkungan hidup menyusul. Nomor berikutnya memperbincangkan hal keluarga berencana, dan seterusnya masalah kesadaran hukum. Nomor keenam dengan topik lalu-lintas seharusnya muncul November, tapi ditunda pemutarannya sampai 9 Desember. Konsep Pelangi ini sebenarnya disusun Ani Sumadi sejak tahun 1976 bersama Kris Biantoro untuk tontonan di Pendopo Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, yang akan dipertunjukkan sekali sebulan atau dua bulan sekali. "Tontonan ini sekaligus akan direkam untuk siaran TVRI," tuturnya. Rancangan itu ternyata lama tersimpan sebagai angan-angan. "Maklum, ada saja kerepotan lain," cerita Ani. Akhirnya Pelangi tampil di layar 1VRI awal 1981. Penggarapannya makan banyak waktu dan tenaga. Ani Sumadi jelas tak bekerja sendiri. Untuk merumuskan topik yang akan dipilih dia berembuk dengan Maruli Simorangkir SH, sehari-hari pengacah, sekjen Peradin, serta Hartono, seorang pejabat di luar TVRI. Idris Sardi dihubungi untuk mengolah musiknya. Kemudian pengkajian visualisasinya dipercayakan kepada Hardi Sofyan, teknisi TVRI. Dia trampil memainkan tipuan elektronis yang fasilitasnya tersedia di studio. Dan di sanasini peranan Kris Biantoro menciptakan suasana pertunjukan menjadi meriah. Pengambilan gambar berlangsun di dalam dan di luar studio. Dan awak TVRI yang terlibat sedikitnya 40 orang. Biaya TVRI yang disediakan untuk Pelangi hanya Rp 3,5 juta per nomor. Hampir separuhnya ditelan oleh keperluan musik. Ani Sumadi sendiri, dalam status nonkaryawan, tak bersedia menyebutkan honornya. Juga Maruli. Sedangkan Kris berkomentar: "Ha? Di TVRI ini mau cari honor, ya salah . . . " Namun semangat kerja yang ditunjukkan para penggarap Pelangi itu, seperti dilaporkan wartawan TEMPO, Abdul Muthalib, boleh dipujikan. "Kita asyik kerja dengan Ibu Ani ini," kata seorang awak TVRI. "Soalnya kita juga diberi peluang menyumbang ide." Apa saja komentar publik? Dari sejumlah surat yang masuk seluruhnya memuji. "Tapi variasinya belum mencapai seperti yang saya inginkan," kata Ani Sumadi. "Misalnya, saya belum berhasil menyajikan musiknya dalam bentuk pagelaran orkestra. Juga saya masih ingin ada hidangan tari di dalamnya." Kris dan Kus sebagai pembawa acara, menurut Ani Sumadi, sudah merupakan paduan harmonis. Kus dipilih karena suaranya cocok mengalunkan lagu Pelani. Juga ia bertugas mendampingi. "Kalau saya ngomong sendirian, nanti ada kesan menggurui," kata Kris. Kris benar. Beban yang dibawa Pelangi tersirat dalam bait pertama lagu lama yang terkenal itu: Pelangi, aneka warna melengkung bumi/Titisan dewata indera sakti/Pembawa berkah abadi . . . Selamat ulang tahun !

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus