Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Ribuan warga Jawa Tengah terkena dampak rob.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuding faktor cuaca sebagai penyebab rob.
Sejumlah kalangan menilai pembangunan jalan tol Semarang-Demak sebagai pemicu rob.
TERGOPOH-GOPOH Masriyah membangunkan suaminya, Salim, yang sedang terlelap di rumahnya di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin siang, 23 Mei lalu. Masriyah memberi tahu bahwa rumah sejumlah tetangganya telah terendam banjir rob. “Rumah tetangga saya tenggelam sampai setengah meter,” kata Salim, Jumat, 27 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Rukun Tetangga 08 itu menyaksikan air laut naik dengan sangat cepat. Di grup WhatsApp RT 08, ia menanyakan kondisi warga yang tinggal di dataran rendah. Tetangga-tetangganya langsung mengabarkan bahwa rob telah merendam rumah mereka. Jembatan kayu di atas Sungai Morodemak pun lenyap terbawa arus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah hujan, Salim dan sejumlah tetangganya mengecek lokasi jembatan yang hanyut dan rumah warga yang tenggelam. Saat itu ketinggian air telah mencapai sekitar dada orang dewasa. Sebanyak 45 dari 64 keluarga tercatat kebanjiran. Sedangkan rumah Salim yang berada di dataran tinggi tak sampai kemasukan tirta.
Desa Morodemak memang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Warga RT 07 RW 04, Dukuh Gendero, Hidayah, mengakui daerahnya memang kerap terkena limpahan air laut. “Tapi kali ini paling tinggi, lebih dari satu meter,” ujarnya pada Jumat, 27 Mei lalu. Melalui percakapan video, Hidayah menunjukkan air masih merendam rumahnya hingga setinggi betis.
Sekitar 35 kilometer dari Desa Morodemak, banjir juga melanda kawasan Semarang. Seorang pekerja di salah satu pabrik di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Agung Prasetyo, bercerita, air laut mulai merendam pabrik tempat dia bekerja pada sekitar pukul 2 siang. Para karyawan pabrik itu berlari menyelamatkan diri.
Agung mencoba menyelamatkan sepeda motornya yang terparkir di area pabrik. Setelah menutup knalpot dengan plastik, karyawan pabrik itu mulai mendorong sepeda motornya. “Sewaktu saya keluar dari pabrik, air sudah setinggi paha,” ucapnya. Agus harus menyorong sepeda motornya sejauh seratus meter hingga sampai di tempat yang bebas rob.
Hari itu Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas lumpuh akibat rob. Kondisi kian buruk ketika tanggul PT Lamicitra Nusantara di sekitar terminal peti kemas jebol. General Manager TPK Semarang PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I Nyoman Sudhiarta mengatakan sejumlah fasilitas terminal rusak akibat terendam air.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan rob akan terjadi di area pesisir pantai utara Jawa mulai 20 hingga 25 Mei 2022. Adapun Badan Penanggulangan Bencana Jawa Tengah menyebutkan rob telah merendam berbagai daerah dan berdampak pada 2.700 keluarga di Demak dan 1.847 keluarga di Kabupaten Kendal.
Rob juga berdampak pada 232 keluarga di Kabupaten Tegal dan 3.068 warga Kabupaten Pekalongan. Di Brebes, sebanyak 1.000 keluarga ikut terkena dampak luapan air laut. Hingga Jumat, 27 Mei lalu, sejumlah wilayah itu masih terendam air.
Sesaat setelah banjir menimpa wilayahnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyalahkan faktor cuaca sebagai penyebab rob. “Tampaknya perkiraan sedikit anomali karena peningkatan air cepat sekali,” ujarnya. Namun pernyataan Ganjar dibantah oleh sejumlah pakar dan aktivis lingkungan.
Ahli lingkungan dan tata kota dari Universitas Islam Sultan Agung, Kota Semarang, Mila Karmila, mengatakan cuaca bukanlah satu-satunya penyebab banjir. “Tapi akumulasi dari banyaknya masalah di pesisir Semarang-Demak,” tutur Mila.
Menurut dia, faktor lain adalah pembangunan jalan tol Semarang-Demak, pengambilan air tanah secara berlebihan oleh industri, dan tak berjalannya fungsi manajemen tanggul. Berbagai persoalan itu memicu penurunan permukaan tanah di sejumlah wilayah. Padahal ketinggian air laut terus meningkat. Ia mencontohkan, posisi Semarang telah berada di bawah permukaan laut.
Penurunan permukaan tanah di pesisir utara Jawa juga diyakini oleh Direktur Amrta Institute for Water Literacy Nila Ardhianie sebagai salah satu penyebab banjir. Dua faktor lain adalah tidak optimalnya sistem deteksi dini serta kualitas konstruksi tanggul dan pemeliharaannya.
Warga dibantu relawan mengevakuasi sepeda motor di Kawasan Industri Lamicitra komplek Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, 27 Mei 2022. TEMPO/Jaml Al Nashr
Nila mengacu pada penelitian berjudul “Subsidence in Coastal Cities Throughout the World Observed by inSAR” yang diterbitkan oleh Pei-Chin Wu, Meng (Matt) Wei, dan Steven D'Hondt pada April 2022. Penelitian itu mengukur tingkat penurunan tanah di 99 kota di seluruh dunia yang berada di pesisir pantai pada 2015-2020.
Dalam penelitian itu, Semarang menempati peringkat kedua daerah yang mengalami penurunan tanah dari 99 kota yang diteliti. “Laju penurunan tanahnya 2-20 sentimeter setiap tahun,” ujar Nila. Kawasan dengan penurunan permukaan tanah tercepat adalah pelabuhan, yaitu hingga 20 sentimeter. Jakarta juga disebut sebagai kota yang tingkat penurunan tanahnya tinggi.
Manajer Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah Iqbal Alma menuding banjir terjadi karena kelalaian pemerintah. Menurut dia, pembangunan sejumlah kawasan di provinsi itu, seperti kawasan ekonomi khusus Kendal, kawasan industri terpadu Batang, dan jalan tol Semarang-Demak, tak memperhatikan dampaknya bagi lingkungan.
Dengan kondisi itu pun pemerintah berencana memindahkan 46 hektare hutan mangrove di tiga lokasi untuk kawasan industri dan jalan tol Semarang-Demak. Iqbal meyakini hilangnya mangrove dari kawasan itu akan membuat banjir kian luas. “Banjir bakal makin tinggi. Airnya pun makin sulit surut,” katanya. Salah satu peran mangrove adalah mencegah air laut menyusup ke daratan.
Anggota Koalisi Pesisir Semarang-Demak, Cornelius Gea, juga menilai pembangunan jalan tol Semarang-Demak ikut membebani daerah pesisir. Beton yang akan digunakan sebagai tanggul laut menjadi ancaman untuk daerah di luar kawasan jalan tol. “Makin terancam gelombang air laut,” ujar Cornelius. Sedangkan daerah di dalam tanggul diprediksi makin rawan banjir karena tanggul menghalangi air mengalir ke laut.
Pendiri kelompok perempuan nelayan Puspita Bahari Demak, Jawa Tengah, Masnuah, khawatir pembangunan jalan tol akan menghilangkan lagi desa yang ada di kawasan Demak. Sebelumnya, Desa Bodono di Kecamatan Sayung telah menyatu dengan lautan. Kini hanya tersisa satu famili di desa itu, yakni keluarga Pasijah dan Rukani yang bekerja sebagai nelayan.
Kodriyah, putri pasangan Pasijah dan Rukani, menyatakan pembangunan jalan tol yang berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya itu ikut menyebabkan Desa Bodono terendam rob. “Kami khawatir arus akan makin kencang ke arah rumah kami,” tutur perempuan 19 tahun ini. Ia menyatakan keluarganya tak mau pindah karena bakal kesulitan mencari ikan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membantah jika pembangunan jalan tol Semarang-Demak disebut mengakibatkan rob. Menurut dia, pembuatan tanggul di bagian dalam jalan tol Semarang-Demak justru merupakan penanganan dan pencegahan banjir jangka panjang. “Tapi kami akan menggelar audit bangunan di kawasan pesisir,” ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
JAMAL A. NASHR (SEMARANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo