Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PROBLEM pendidikan Indonesia bukan sedikitnya jumlah guru. Tahun lalu rasio guru dan murid 1 : 17, angka yang ideal jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 yang menyebutkan rasio jumlah guru bagus jika 1 berbanding 15-20 siswa. Problem utama pendidikan Indonesia ada pada persebaran dan mutu para guru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah guru yang cukup itu terkonsentrasi di Jawa. Di pelosok-pelosok, di desa terpencil, jumlah guru dan murid masih timpang. Jumlah guru layak mengajar memang lebih dari 95 persen dari 3,31 juta guru di Indonesia saat ini. Namun, dari jumlah guru layak mengajar itu, sepertiga mengajar di Jawa. Di pulau lain, masih ada ketimpangan jumlah guru dan murid, juga mutu yang terlihat dari jenjang pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berangkat dari data itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menggagas Pendidikan Guru Penggerak pada 2020. Program ini bertujuan memeratakan mutu guru melalui kehadiran para guru layak mengajar. Kementerian Pendidikan menyaring mereka, membekali dengan pelatihan, sebelum mengirim mereka ke sekolah-sekolah untuk menularkan kemampuan mendidik kepada guru-guru lain.
Siswa di SMP 1 Pulau Burung, Indragiri Hilir, Riau. Tempo/Alfan Noviar
Hingga 2022, guru penggerak memasuki angkatan ketujuh. Jumlahnya mencapai 18.079—dari target 20 ribu orang—yang tersebar di 446 kabupaten. Menteri Nadiem menargetkan jumlah guru penggerak hingga 2024 mencapai 405.900. Mereka para guru lokal yang menjadi pemimpin guru di sekolah daerah masing-masing. Ketika mulai mengajar, mereka harus mentransfer bekal pelatihan selama enam bulan kepada guru lain sehingga pemerataan mutu guru menjadi mungkin.
Setelah berjalan dua tahun, efektifkah program ini? Kami mencoba menengok para guru penggerak ini di pelbagai pelosok. Untuk sampai ke nama-nama guru penggerak terpilih, kami mengandalkan data Kementerian Pendidikan yang telah menapis guru penggerak terbaik berdasarkan skor yang rigid. Dari data itu, kami mengirim reporter ke Ambon, Papua, Mataram, Sulawesi Barat, dan Riau untuk membuktikan klaim tersebut secara jurnalistik.
Kegiatan belajar di dalam kelas Sekolah Dasar Negeri 34 Cakranegara, Mataram, Nusa Tenggara Barat, 28 November 2022. Tempo/Dony
Selama sepekan para reporter mengikuti aktivitas para guru penggerak itu. Mereka menginap di rumah para guru, bercengkerama, hingga mengikuti para guru mengajar di kelas. Para guru penggerak terpilih ini menunjukkan kualitas guru yang kita bayangkan memiliki tiga nilai Ki Hadjar Dewantara, pendiri Perguruan Tamansiswa: ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah sebagai pelopor), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).
Para guru penggerak menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran. Sebagai teladan, mereka menularkan cara mengajar dan mendidik yang mengikuti kebutuhan siswa, bukan memaksakan apa yang diinginkan para orang tua. Dengan konsep seperti ini, metode pengajaran guru penggerak bisa mendorong kemampuan siswa dan membangkitkan bakat serta kemampuannya secara alami.
Para guru penggerak terpilih dalam edisi ini adalah Khaidir Rahman dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pulau Burung, Riau; Erniwati, Kepala Sekolah Dasar Negeri 66 Pekkabata, Sulawesi Barat; Sonya Elly, guru Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Ambon; Putri Zulzali, guru SDN 34 Cakranegara, Mataram; dan Krisye Kloudia Adimin, guru SMAN 3 Manokwari, Papua.
Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran kurikulum merdeka di MA Negeri 2 Ambon, Maluku, 28 November 2022. Tempo/George William Piri
Jika guru penggerak terpilih yang laki-laki hanya ada satu, itu bukan karena kami memilih secara bias gender. Fakta menunjukkan guru perempuan lebih persisten mengajar, lebih gigih mengayomi siswa, serta lebih telaten memberi perhatian kepada murid-murid.
Reportase lima guru penggerak tersebut kami sajikan dalam liputan khusus pekan ini untuk ikut merayakan Hari Guru Nasional ke-77 pada 25 November 2022. Memakai pendekatan penulisan profil, kami ingin mencatat metode pengajaran guru penggerak yang mungkin bisa menginspirasi guru lain di daerah lain. Mereka bukan yang terbaik dari yang terbaik. Mereka menonjol karena memahami esensi pendidikan.
Jika kisah mereka menginspirasi guru penggerak lain atau guru-guru di seluruh Indonesia, kita sedang menuju jalan terang pendidikan, bahwa sekolah tak seperti yang dibayangkan Rabindranath Tagore, sebagai penjara yang mengekang. Guru penggerak adalah tumpuan harapan sekolah menjelma menjadi taman kebebasan merengkuh pengetahuan.
Selamat membaca.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo