Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memanfaatkan dana hibah dari bank pembangunan Jerman Kreditanstalt Fur Wiederaufbau (KfW) untuk pembangunan kereta api listrik Surabaya Regional Railways Lines (SRRL).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Perhubungan Pemprov Jatim Nyono mengatakan sebagian besar dari nilai proyek SRRL fase 1 akan menggunakan dana pinjaman (loan) nol persen dari bank Jerman tersebut sebesar USD 250 juta atau Rp 3,6 triliun dari total proyek USD 338 juta atau setara Rp 4,9 triliun. Hanya USD 88 juta atau Rp 1,3 triliun yang menggunakan anggaran negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan akan menggelontorkan USD 88 juta dengan rincian USD 35 juta untuk pembebasan lahan dan kompensasi permukiman kembali. Kemudian USD 28 juta untuk kontijensi, USD 10,4 juta untuk pajak dan bea masuk, dan USD 14,6 juta untuk biaya pendanaan.
“KfW nanti membangun SRRL. Nanti itu akan upgrade memanfaatkan rel milik kereta api sebelahnya semacam double-track,” kata Nyono di kantor Tempo, Rabu, 29 Maret 2023.
Nyono menjelaskan SRRL akan terdiri dari dua fase. Fase pertama rencananya akan selesai pada 2026 yang terdiri dari stasiun Pasar Turi-Gubeng-Wonokromo-Sidoarjo dengan panjang rute 27 kilometer. Kemudian fase dua Surabaya-Pasuruan hingga ke Stasiun Babat. Stasiun Babat akan menjadi stasiun hub karena digunakan untuk stasiun ke arah Jakarta atau luar kota Surabaya.
“Nanti ada hubnya ke arah Rosneft. Kan sekarang ada investasi besar Rp 9 triliun refinery punya Rusia di Tuban,” kata Nyono.
Hub ke arah Rosneft akan mengaktifkan kembali 50 kilometer rel kereta api lama yang direvitalisasi. Separuh dari rel tersebut akan dibangun rel baru. Apabila terealisasi, hub ini diperkirakan akan menghubungkan 25 ribu pekerja Rosneft.
Nyono menuturkan setelah Stasiun Babat menjadi hub, jalur SRRL akan terus dibangun sampai ke Lamongan dengan reaktivasi rel mati dari Babat, Jombang, hingga Madiun.
“Nanti kumpulnya di hub Babat supaya menyambung area industri yang ada di Mojokerto, Jombang, dan Madiun,” tutur Nyono.
Ia mengatakan saat ini Pemprov Jatim sedang membahas apakah memakai rel layang (elevated) atau tidak. Namun ia mengatakan Pemprov kemungkinan mempertimbang jalur layang untuk SRRL karena banyak perlintasan sebidang ke arah Sidoarjo.
Pilihan Editor: Mahfud MD Berkukuh Transaksi Janggal di Kemenkeu Rp 349 Triliun, Sri Mulyani Sebut Rp 3,3 Triliun