GANDA Parulian Aritonang, dengan - celana biru dan jaket hijau, pagi itu pergi bekerja. Lulusan SMAN 42, Jakarta, ini sekitar tiga bulan lalu diterima di hotel Horizon, di kawasan Ancol, sebagai karyawan kebersihan. Begitu lulus SMA, tahun lalu, sebenarnya ia ingin jadi pelaut. "Tak ada biaya, saya tak melanjutkan sekolah," tutur anak keempat pegawai tata usaha Universitas Indonesia ini. Sebagian besar siswa SMA rupanya memang ingin melanjutkan sekolah. Sebuah penelitian yang dilakukan Direktorat Pendidikan Menengah Umum terhadap calon lulusan SMA 1980-1981 menyimpulkan bahwa lebih dari 90% responden ingin melanjutkan pendidikan. Responden berasal dari berbagai SMA di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Manado. Tapi 40% dari yang akan bercita-cita melanjutkan itu berniat akan bekerja bila karena sesuatu sebab tak bisa diterima di perguruan tinggi. Ini mungkin karena tak lulus tes masuk, bisa juga - seperti Ganda Parulian itu - karena tak ada biaya. Besarnya yang ingin masuk kerja itu - baik terpaksa maupun karena kemauan sendiri - mendorong pihak peneiiti melanjutkan risetnya. Lapangan pekerjaan apa saja yang mereka masuki? Sesuaikah bidang pekerjaan mereka dengah bekal pendidikan di SMA? Bagaimana tanggapan atasan mereka di tempat kerja? Dan sejumlah pertanyaan lain yang ingin diperoleh jawabnya. Sejumlah 328 lulusan SMA angkatan 1979 dan 1980 dari 12 provinsi dipilih sebagai responden. Awal tahup lalu hasil riset ini diterbitkan sebagai buku. Ternyata, tak semua responden sewaktu di SMA sudah berniat bekerja. Sebagian besar (213) responden mengaku, sebenarnya mereka ingin tetap melanjutkan ke perguruan tinggi. Adapun gagalnya cita-cita mereka itu karena berbagai faktor. Misalnya, tak ada uang, tidak lulus tes, menikah. Dari mereka yang sejak semula merencanakan bekerja, sebagian besar berkeinginan jadi karyawan atau pegawai negeri. Pada umumnya cita-cita itu berhasil. Tapi hampir setengah jumlah responden mengatakan bahwa pekerjaannya sekarang tak sesuai dengan yang mereka pelajari sewaktu di SMA. Ganda, karyawan kebersihan di hotel Horizon itu, misalnya, tentu saja akan menjawab bahwa pekerjaannya sekarang tak ada hubungannya dengan kurikulum 1975. Untuk membersihkan kaca jendela atau mengepel lantai tak diperlukan ilmu matematika atau bahasa Inggris. Ini contoh yang ekstrem, tentu. Pada umumnya, yang disebut tak ada kaitannya itu yakni lulusan SMA IPA lalu menjadi karyawan adminsitrasi - jenis pekerjaan yang ternyata terbanyak dimasuki responden. Dan itu tidak aneh. Sebab, lebih dari setengah responden mengaku mengikuti kursus lagi setelah lulus SMA. Dan, kursus pembukuan dan tata usahalah yang ternyata banyak diikuti. Tambahan lagi, sebagian besar yang ikut kursus mengakui, bidang kursus dan pekerjaannya sekarang "erat hubungan"-nya. Ini berarti bahwa lulusan SMA sebenarnya masih luwes untuk banting setir, menyesualkan diri dengan lowongan pekerjaan yang ada. Dengan syarat, sudah tentu, ada tambahan bekal pengetahuan dan keterampilan lewat kursus. Tapi hal itu bisa pula menunjukkan segi lain. Yakni, ternyata, hanya dengan bekal dari SMA, cukup susah mencari kerja. Ganda Parulian terpaksa bersedia menjadi karyawan kebersihan karena merasa, "Yang saya dapat dari IPA sulit diterapkan untuk kerja," tuturnya. Sebab, ia tak pernah kursus apa pun. Sebelum masuk hotel, Ganda hanya sempat jualan surat kabar dan majalah. Pihak peneliti juga melakukan wawancara dengan pimpinan tempat responden bekerja. Ternyata, lebih dari setengah Jumlah perusahaan dari 191 yang diriset menilai bahwa responden bekerja baik. Tapi Tien Soepyan, atasan Ganda Parulian di hotel Horizon, melihat sesuatu yang lain. Mereka bisa saja cepat menguasai tugas-tugasnya. Tapi, "Kebanyakan lulusan SMA masih labil mentalnya, masih suka emosi bila misalnya mendapatkan teguran," kata Tien. Yang menarik yaltu cara para responden berhasil memperoleh kerja. Sebagian besar memang diketahui melalui tes yang diselenggarakan perusahaan. Tapi hampir 30 perusahaan yang menerima mereka tanpa mengadakan tes. Sebab, antara perusahaan dan lulusan telah punya hubungan. Inilah sistem koneksi, istilah populernya. Ganda bisa masuk Horizon karena kenalan ayahnya sudah bekerja di hotel tersebut dan mempunyai jabatan yang cukup menentukan. Dan bidang apa saja yang dimasuki lulusan SMA selain bidang administrasi dan tata usaha? Ini dia: pertanian, industri pengolahan, angkutan, perdagangan, jasa, pendidikan dan agama, pegawai negeri. Ini barangkali sebuah hasil riset yang relevan dengan rent ana pembukaan Program B, program keterampilan, di SMA, yang kini ditangguhkan. Sehingga dengan program yang memang disiapkan bagi yang ingin langsung bekerja itu, para siswa setelah lulus tak perlu buang waktu dan buang biaya untuk ikut kursus-kursus tambahan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini