Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukuran ”kampung” itu kecil saja: hanya 30x24 meter. Terletak di Jalan Sesama, kawasan Pengadegan Timur, Jakarta Selatan. Hanya ada delapan ”rumah” di sana. Tampak depan, meski sederhana, rumah-rumah itu bersih, asri dengan tanaman dan pepohonan. Papan iklan reparasi gigi dan sedot WC melengkapi pemandangan kampung itu. Momon, Putri, Tantan dan Jabrik tinggal, bermain, bergembira, dan belajar setiap hari di sana.
Ada rumah pohon, tempat tinggal Tantan, si orang utan berbulu cokelat terang. Dia penyuka sayur dan buah, juga pemilik taman bacaan di ujung jalan. Putri, 3 tahun, anak perempuan yang suka bertualang dan sedikit jail. Sedangkan Momon, 5 tahun, adalah anak lelaki tetangga Putri yang memiliki hobi membaca. Ada pula Mbok Siyem, penjual sayur, suka sekali bernyanyi. Penduduk lain adalah Pak Bagus, pemilik bengkel yang serba bisa, ”si pembuat segala barang”, dan istrinya dokter Susan, yang selalu menganjurkan warga kampung hidup sehat.
Kehidupan di Jalan Sesama tak pernah sepi dari kegembiraan. Ada banyak permainan, nyanyian, tarian, pengetahuan, dan cerita dari seluruh dunia. Sayangnya, kampung ini sulit dijangkau dan tak bisa ditemukan di peta Jakarta. Jalan Sesama adalah versi Indonesia kehidupan di Sesame Street, sebuah lingkungan kecil di sudut New York, Amerika Serikat. Seperti halnya Sesame Street, Jalan Sesama juga merupakan sebuah acara televisi pendidikan.
Jalan Sesama diproduksi Creative Indigo Production, sebuah rumah produksi di Jakarta, bersama organisasi pendidikan nirlaba Sesame Workshop. Akan ada 157 episode untuk mengisi acara sepanjang tiga tahun, 2007-2010. Program ini digarap mulai akhir Mei ini, dan selesai pada Agustus nanti. Acara berdurasi 30 menit ini rencananya mulai ditayangkan pada November mendatang. Target utama penonton acara ini memang anak-anak usia 2-7 tahun.
Ceritanya menghibur dan disesuaikan dengan kultur setempat. Isi program tahun pertama adalah soal keberagaman, melek huruf, pembangunan karakter, dan kesadaran lingkungan. Mereka diajari membaca, menulis huruf dan angka, juga mengenal warna. ”Sopan-santun, seperti menghargai pendapat teman, mengucapkan terima kasih, dan minta maaf, akan dikenalkan,” ujar Direktur Riset dan Penelitian Jalan Sesama, Mohammad Zuhdi.
Kemasannya pun rupa-rupa. Misalnya mengenal jenis topi tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari blangkon dari Jawa hingga jongkong dari Flores. Warna topi dan bagaimana menulisnya dikemas dengan lagu khusus.
Satu tayangan terdiri dari tiga segmen: penampilan empat karakter Jalan Sesama, film dokumenter dan animasi garapan lokal, lalu segmen klasik boneka Sesame Street seperti dengan Big Bird, Elmo, Oscar the Grouch, dan Telly Monster. ”Film dokumenter akan menggambarkan kehidupan anak-anak Indonesia di satu kota atau desa,” kata Zuhdi.
Meski serial boneka, penggarapannya justru lebih merepotkan. Menghidupkan boneka dengan gerak dan suara bukan perkara gampang. Ada sembilan dalang yang harus menggerakkan boneka-boneka itu. Tiap tokoh dimainkan dua hingga tiga orang, salah satunya sebagai pengisi suara. Semuanya dilatih langsung oleh Sesame Workshop New York.
Namun pihak pembuat belum bisa memastikan stasiun televisi mana yang akan menyiarkan Jalan Sesama. Menurut Direktur Proyek, Atun Purbo, mereka masih bernegosiasi dengan sejumlah stasiun. Negosiasi diperkirakan tidak akan mudah karena Jalan Sesama memiliki sejumlah persyaratan ketat. Acara ini harus ditayangkan pada jam pertunjukan untuk anak-anak. Seperti Sesame Street, Jalan Sesama juga mengharamkan iklan di sela-sela tayangan. Iklan hanya dibolehkan di awal atau akhir tayangan. ”Itu pun selektif,” kata Atun.
Produksi Jalan Sesama ini disokong oleh pemerintah Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice, ketika berkunjung ke Madrasah Ma’muriyah, Jakarta, Maret 2006, mengumumkan bantuan senilai US$ 8,5 juta atau sekitar Rp 74 miliar untuk pembuatan Jalan Sesama. ”Diharapkan bantuan ini bisa menyokong pendidikan usia dini bagi jutaan anak Indonesia,” kata Rice waktu itu.
Jalan Sesama bukanlah versi lokal pertama Sesame Street. Menurut Produser Senior Sesame Workshop untuk Indonesia, Ginger Brown, Sesame Street versi lokal sudah ditampilkan di lebih dari 30 negara. Masing-masing menampilkan pesan utama berbeda, sesuai dengan kondisi dan kultur negaranya.
Di Mesir, misalnya, Sesame Street menjadi Alam Simsim, yang banyak bicara tentang hak perempuan, di Bangladesh menjadi Sisimpur dan bertutur tentang gizi dan kesehatan. Adapun versi Afrika Selatan bernama Takalani Sesame, banyak membahas soal antidiskriminasi dan HIV. Versi Israel menjadi Rechov Sumsum, yang banyak memperhatikan soal komunikasi dan perdamaian.
Jalan Sesama akan berfokus pada tema kebersamaan dan perbedaan. ”Tujuannya melindungi lingkungan dan mengenalkan keberagaman masyarakat Indonesia kepada anak-anak,” kata Produser Eksekutif Jalan Sesama, Putri Rahartana.
Sesame Street yang sudah 40 tahun menjadi acara televisi merupakan acara televisi terpanjang di dunia. Beberapa tokohnya seperti Big Bird, Elmo, Telly Monster, dan Zoe sudah akrab dengan pemirsa televisi di berbagai penjuru dunia. Beberapa tokoh seperti Kofi Annan, Laura Bush, James Brown, pernah menjadi bintang tamu acara ini.
Di Indonesia Sesame Street pernah ditayangkan di satu stasiun televisi swasta pada 1990-an. ”Acara ini bisa bertahan karena anak-anak menyukai belajar bersama tokoh favorit mereka,” kata William M. Frej, Direktur Badan Pembangunan Internasional Pemerintah AS (USAID) untuk Indonesia.
Frej tidak asal jual kecap. Sesame Street memang didesain dengan kurikulum kuat oleh para ahli di bidangnya, dari psikologi anak, matematika, seni, kesehatan sosial, hingga kesehatan emosional.
Inilah yang membuat kehadiran Jalan Sesama diharapkan bisa menjadi pembelajaran alternatif yang bermutu bagi anak-anak Indonesia. Ketika di luar sana bertaburan acara pendidikan yang menyenangkan untuk ditonton seperti Dora the Explorer, Blue’s Clues, hingga Lazy Town, sepanjang masa kita hanya teringat boneka Si Unyil.
Widiarsi Agustina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo