Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Magelang, KH Abdurrahman Chudlori, 64 tahun, tak satu barisan dengan adiknya, KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf). Mbah Dur, demikian panggilan KH Abdurrahman, mendukung PKB Alwi Shihab, sang adik penyokong PKB Muhaimin Iskandar.
”PKB pimpinan Alwi adalah PKB yang sah,” kata Mbah Dur. Gus Yusuf ber-pendapat, justru pengurus PKB hasil kongres Semarang yang sahih. Lagi pula, menurut Ketua PKB Magelang ini, KH Abdurrahman Wahid, yang menjadi Ketua Dewan Syuro PKB Muhaimin, sudah berjasa mendorong kehidup-an demokrasi.
Pandangan boleh bersimpang jalan, tapi suasana di pondok pesantren yang didirikan pada l944 oleh almarhum KH Chudlori itu adem ayem saja. Saat ini Pesantren Tegalrejo diasuh delapan orang keturunan Kiai Chudlori. Mbah Dur adalah anak pertama, Gus Yusuf bungsu.
”Ini soal ijtihad politik,” kata Gus Yusuf, mengomentari perbedaan pandang-an itu. Artinya, tak perlu menyeret-nyeret santri yang jumlahnya 5.000 itu. Dalam hubungan keluarga sehari-hari, kata Gus Yusuf, mereka tetap baik.
Perbedaan sikap juga terjadi di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Selama ini Pesantren Lirboyo dianggap sebagai salah satu basis dukungan PKB Alwi-Saifullah. Anggapan ini tak salah, karena KH Idris Marzuki, salah satu kiai sepuh di Lirboyo, adalah anggota Forum Kiai Langitan, yang gigih mendukung Alwi-Saifullah.
Karena posisinya itu, Mbah Idris, panggilan KH Idris Marzuki, setuju Pondok Lirboyo dijadikan lokasi Muktamar PKB Alwi-Saifullah. Tapi, entah me-nga-pa, muktamar tak jadi digelar di sana.
Belakangan ada yang mengaitkan hal itu dengan sikap KH Imam Yahya Mahrus, saudara sepupu Mbah Idris, yang juga pengasuh Pesantren Lirboyo.
Kiai Imam menyatakan tidak setuju Lirboyo terlibat terlalu jauh dalam persoalan PKB. ”Pondok pesantren tempat mendidik santri,” katanya.
Karena itu Imam Mahrus tak mendukung salah satu kubu PKB. ”Saya harus bisa menerima kedua kubu,” katanya kepada Tempo. Sikapnya itu diikuti oleh KH An’im Falahuddin Mahrus, adik kandungnya.
ZA, Syaiful Amien (Yogyakarta), Dwijo Utomo Maksum (Kediri)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo