Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bantul - Imansyah Aditya Fitri, 16 tahun tampak menikmati tabuhan drum yang digebuknya dengan sepasang stik di atas panggung Lapangan Sepakbola Potorono, Kabupaten Bantul, Minggu, 31 Maret 2019. Alunan lagu berjudul “Selow” mampu menyedot para ibu dan sejumlah anak-anak dengan down syndrome turun ke lapangan untuk berjoget.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Selow” yang dipopulerkan penyanyi dangdut Via Vallen adalah lagu kedua dari tiga lagu yang ditampilkan Aditya dalam memperingati Hari Down Syndrome Sedunia. Tak sekadar menggebuk drum, Aditya juga lincah memutar dua stik drumnya yang berwarna biru muda. “Saya suka. Di sini ramai,” kata Aditya saat ditanya pemandu acara seusai tampil.
Aditya adalah salah satu anak berkebutuhan khusus dengan down syndrome yang tinggal di Payakumbuh, Sumatera Barat. Sejak usia tiga tahun, orang tuanya memberikannya aneka pilihan alat musik sebagai bagian dari terapi saraf motoriknya. Ada gitar, kendang, organ, kulintang, harmonika. Dari berbagai alat musik itu, yang paling disukai Aditya adalah kendang.
“Kemampuan musikalnya di perkusi. Saya tingkatkan levelnya dari kendang kecil, kendang sedang, besar, lalu drum,” kata ibunda Aditya, Syarfi, 52 tahun, kepada Tempo menjelang pementasan anaknya. Lantaran Aditya kesulitan menghafal kunci nada untuk alat-alat musik, seperti organ dan gitar, maka kendang menjadi pilihan yang relatif sederhana.
Keistimewaan Aditya adalah mampu meniru permainan drum yang dia lihat di televisi dan Youtube. Berkat dorongan dari teman dan sanak familik Aditya masuk ke sekolah musik di usia 13 tahun, untuk mengasah kemampuannya.
Awalnya Syarfi khawatir para guru dan teman-temannya tak menerima Aditya di sekolah. Mengingat sekolah musik untuk anak berkebutuhan khusus belum ada di Payakumbuh, Sumatera Barat. Akhirnya, Aditya diterima di sekolah musik umum. Syaratnya, ibunya harus menemaninya. “Saya satu-satunya ibu yang menemani anak berlatih musik selama 1 sampai 2 jam di sekolah,” kata Syarfi.
Di kota asalnya, Aditya juga bergabung dalam komunitas musikus kota. Dia satu-satunya anak berkebutuhan khusus yang menjadi anggota. Dalam sejumlah acara, seperti malam takbiran, menjelang tahun baru, atau pertandingan sepak bola, komunitas itu diundang untuk tampil.
Kini Aditya lebih sering pentas seorang diri karena tak punya kelompok musik. Dalam pementasan, lagu yang ditampilkan akan diputar lewat pemutar musik dan Aditya mengiringinya dengan gebukan drum. Sekali pentas, Aditya sanggup menggebuk drum hingga 2 sampai 3 jam lamanya.
Imansyah Aditya Fitri, seorang anak dengan down syndrome asal Payakumbuh, Sumatera Barat yang jago menabuh drum saat tampil dalam peringatan Hari Doen Syndrom Sedunia 2019 di Lapangan Sepakbola Potorono, Bantul, 31 Maret 2019
Bahkan kalau sudah menikmati bermain drum di panggung, dia sampai enggan turun dari panggung. “Biasanya orang yang disayanginya akan membantu membujuknya turun," kata Syarfi. "Dia mesti mengalah karena ada teman lain yang akan tampil."
Lantaran fisik yang cukup kuat, Syarfi berani mengajak Aditya berkeliling ke sejumlah kota dalam tiga pekan. Seperti saat peringatan Hari Down Syndrome Sedunia yang diperingati setiap 21 Maret 2019 ini. Sebelum sampai ke Yogyakarta, Aditya juga pentas di Surabaya dan Malang, Jawa timur.
Artikel terkait: Putri Pertiwi, Down Syndrome Pameran Tunggal Seni Sketsa
Lagu-lagu yang dibawakan Aditya pun mengikuti tren. Apabila ada lagu yang sering dibawakan di panggung, dia akan menggantinya dengan lagu lain. “Dia sangat moody dan trendy,” kata ibu Syarfi sambil tertawa.