Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Poster Sampai Puisi

Mahasiswa mengadakan aksi protes. pelantikan rektor ui disambut dengan aksi poster. dprd bandung didatangi mahasiswa yang membawa poster wakil dm/sm se-indonesia menyampaikan pernyataan ikrar ke dpr. (nas)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERAMBI aula FK-UI di Salemba 4, 9 Januari kemarin berubah jadi arena poster. Pemandangan begitu memang bukan pertama kalinya. Apalagi Kas Kopkamtib pernan bilang, memasang poster dan maki-maki dalaun kampus boleh saja, asal tak dibawa keluar. Nah, menyambut para tamu yang datang menghadiri pelantikan Prof. Mahar Mardjono sebagai Rektor UI untuk kedua kalinya. para mahasiswa tak melewatkan kesempatan menghidangkan acara tempel poster. Selesai acara pelantikan itu, Menteri P&K Sjarif Thajeb yang berjas, dasi dan peci, tak langsung menuju ke tempat makan. Ia menghampiri beberapa poster. Ada beberapa yang langsung mengenai dirinya. Seperti: "UI bukan kakitangan manusia 3 zaman (Sjarif Thajeb) - 1965: Menutup UI atas nama Bapak". Poster lain berbunyi: Waflted. Cukong jujur yang tidak ngabur, ada order cetak buku matemarika modern 3 milyar - ttd Udin Sj. Thajeb ..." Kontan Menteri Sjarif mencomot ballpoint. Ia membubuhi komentar: "Bohong, saya tak pernah menutup UI." Sedang yang menyangkut puteranya ia bubuhi catatan: "Tak benar." Setelah itu, dipotret, dia senyum lebar. Lebih dari 10 poster bertempelan hari itu. "Ini merupakan santapan rohani yang sehat," komentar ketua umum DM-UI Lukman Hakim. Sri Edi Swasono. pembantu rektor bidang kemahasiswaan, cuma bisa bilang no comment ketika ditanya pendapatnya. Tapi Rektor ITB Prof. Iskandar Alisjahbana berkata: "Poster-posternya terlalu spesifik. Untuk membuktikannya saya kira perlu data yang kuat," seraya menunjuk poster wantel. Itu pula agaknya dalam pidatonya Sjarif Thajeb minta perhatian akan kebebasan mimbar yang dianggapnya "tak bertanggungjawab dan masih simpangsiur." Dia sendiri ketika ditanya menyatakan, poster-poster itu - terutama yang menyangkut diri dan keluarganya - sebagai fitnah. Tapi ia tak akan menuntut. "Yah, biarin saja," katanya. Poster memang satu cara untuk menyampaikan protes atau memuntahkan unek-unek mahasiswa. Di kampus IPB, beberapa waktu lalu juga pernah ada acara poster maki-maki. Di kampus Universitas Hasanuddin, Ujungpandang, 8 Desember lalu tak kurang dari 200 poster dipajang di sepanjang pagar ampus,yang mengundang perhatian orang luar hingga Jalan Masjid Raya di seberan Unhas jadi macet. "Kan pak Domo menjamin boleh kritik apa saja asal di kampus?" ujar seorang mahasiswa. Tiga hari kemudian mereka mengadakan malam puisi. Ada puisi bikin tegang. Bunyinya: "Soeharto bukan presiden. Achmad Lamo bukan gubernur Sul-Sel. Amiruddin bukan rektor Ulhas." Ketegangan mengendor ketika mahasiswa itu mengakhiri puisinya dengan pelan: "kalau mereka hanya duduk bersimpuh dalam kamar." Di Semarang, para mahasiswa FT-Undip 'menjamu' fakir miskin. Sekitar 300 orang yang hadir: pencari puntung rokok, peminta-minta, kuli pelabuhan, yang tinggal di emper-emper toko. gerbong-gerbong keretaapi, kolong jembatan. Ada yang datang bersama anak-anak yang masih kecil. Di Bandung lain lagi. Seminggu sebelum tutup tahun 1977, mereka juga menyebarkan poster ke alamat DPRD: "Wakilku, mengapa kau bungkam?" Disusul dengan 300 mahasiswa yang keluar kampus menuju gedung DPRD, menyampaikan rasa tak puas atas keputusan sidang yang mencalonkan Soeharto dan Sri Sultan sebagai presiden dan wakil. Di antara 50 poster itu ada yang bertuliskan: ''DPRD - Dewan Pembasmi Rakyat Demokratis." Sehari setelah delegasi besar itu menyoal DPRD, 5 mahasiswa ditahan. Timbul protes dari segenap DM di Bandung. Tapi mereka segera dibebaskan, setelah cuma ditahan sehan. Segera setelah itu: tepat di penghujung tahun 1977, mereka menyampaikan 'kado akhir tahun' berupa eceng gondok, celana dalam wanita, BH dan beberapa jenis kosmetik kepada pimpinan DPRD--meskipun lagi reses. Malamnya mereka menyebarkan 'Surat kepada Ibu Pertiwi'. Di Jakarta 25 DM-SM se lakarta mengadakan pesta rakyat. Ada film Si Doel Anak Betawi juga orkes Melayu dang-dut dan lenong dari Tanjungpriok. Seorang wakil DM-UI, di puncak acara membacakan naskah "Maafkan kami rakyat." Massa yang berjubel di halaman FK-UI pun bersorak "hidup mahasiswa." Dan di antara jubelan penonton itu tampak beberapa orang bercukur pendek. Mereka berteriak. "mahasiswa menghasut". Untung tak terjadi bakuhantam. Menurut ketua DM-UI Lukman Hakim, semula akan "jalan bersama" dari kampus Atmajaya ke UI. "Tapi terhalang hujan deras," tambahnya. Meski begitu, beberapa mahasiswa STTN tetap beroperasi. Mereka menyampaikan "pesan tahun baru" ke beberapa hotel mewah. Tapi di Hotel Borobudur, 3 mahasiswa (Hasril Hasan, RA Yusuf, Firdaus Jufri) ditahan yang berwajib. Untung cuma 4 jam. Pesan seperti itu juga disebarkan oleh DM Jayabaya dan Perhimpunan Mahasiswa Jakarta (PMJ). Nadanya sama: memperingatkan, bahwa sementara orang bermewah-mewah di malam tahun baru, masih ada rakyat kecil yang miskin. "Bukankah tiket night club Rp 35.000 = beras 230 Kg, berarti cukup untuk hidup 460 hari (2 tahun) per orang?" Itu bunyi selebaran PMJ. Malam tahun bam itu 6 aktivis PMJ menyebarkan 500 stensilan. Mula-mula di klab malam Tropicana. Seorang ibu kabarnya menangis membacanya, urung masuk Tropicana. Dengan bus, para mahasiswa itu lalu menuju Hotel Sahid, kemudian kelab malam Latin Quarter jalan Majapahit. Tapi di halaman pusat pertokoan mewah Duta Merlin, setengah jam menjelang tutup tahun, 6 anggota PMJ ditahan sepasukan PKN (Petugas Keselamatan Negara), dan baru dilepaskan 4 hari kemudian. Tapi serentetan penahahan dan peringatan itu tak membuat para mahasiswa berhenti. Di DM-UI sejak Kamis pekan kemarin tampak kesibukam Dua malam berikutnya sekitar 150 mahasiswa mewakili 67 DM-SM dari berbagai kota berembug di Graha Mahasiswa Kuningan. Sabtu paginya 7 Januari, mengenakan jaket kampus masing-masing mereka berkumpul di kampus Atmajaya jalan Jenderal Sudirman, dekat bunderan Semanggi. Mereka menandatangani"Konsekwensi Ikrar Mahasiswa Indonesia" - sebagai kelanjutan dari "Ikrar Mahasiswa se-Indonesia" yang tercetus di Bandung 28 Oktober lalu. Bunyi konsekwensi ikrar itu singkat saja: "tetap konsisten menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi." Dan Sabtu itu juga, dengan 4 bis Metro Mini. mereka menyampaikan konsekwensi ikrar itu kepada pimpinan DPR/MPR. Tak membawa poster, tak terdengar yel-yel. Juga tak bersedia bicara dengan pers. Mereka diterima di ruang konperensi CR-I, tempat para wakil rakyat bersidang pleno. Kata Adam Malik yang jadi tuan rumah, penerimaan seperti itu baru pertama kalinya terjadi. "Saya merasa malu, kagok bercampur minder di tengah suasana sidang yang maha agung ini," kata Lukman Hakim dari podium ruang sidang. "Kami ke mari ingin menyatakan konsekwensi ikrar mahasiswa se-Indonesia... ... " Lukman bicara tak lebih dari 2 menit. Begitu juga wakil mahasiswa dan Bandung dan Surabaya. Hingga seluruh acara yang diduga akan menelan waktu panjang, di luar dugaan selesai hanya dalam waktu 8 menit. Ketua dan para wakil DPR tampak bengong dan termangu menyaksikan adegan itu. Tiba-tiba semua yang hadir, termasuk Ketua DPR Adam Malik dan Wakil Ketua Kartidjo dan Mh. Isnaeni, berdiri. Lagu Padamu Negeri berkumandang dengan khidmat. Sesaat sebelum pulang, Lukman Hakim tampil lagi menyampaikan "pesan" dengan lantang. "Bapak-bapak, adalah wajar bila bapak tidak memenuhi tuntutan rakyat, maka kami tidak mempercayai bapak-bapak." Dia turun. Dan mereka pun bubar tanpa pamit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus