PADA mulanya hujan yang sering turun. Walikota Semarang
Hadiyanto menginstruksikan segenap bawahannya mencek keadaan.
"Siapa tahu ada yang tergenang banjir," begitu katanya
sebagaimana diungkapkannya kepada Putu Setia dari TEMPO pekan
lalu Mijen, satu di antara beberapa kecamatan di Kotamadya
Semarang termasuk daerah subur. Penduduknya sebagian besar
petani. Daerah yang sebelum pemekaran Kota Semarang pertengahan
1976 diresmikan Menteri Dalam Negeri ini memang daerah
pertanian. Sebelumnya bagian dari Kabupaten Kendal.
Danang, Lurah Desa Tambangan di kecamatan itu cukup cepat
bergerak. Desanya memang tidak banjir. Tapi akibat udara lembab
gara-gara musim hujan berkepanjangan, sawah-sawah tak luput dari
serangan wereng. Lantas buah-buahan seperti durian, rambutan,
duku dan bermacam-macam lagi pada busuk. Lebih jauh, 16 penduduk
dalam keadaan "gawat", 286 kurang makan dan 129 tergolong
kemungkinan kurang makan. Itu semua dilaporkannya kepada Camat
Mijen, Sumanto. Ditambah dengan laporan dari desa lain di
kecamatan yang sama, tersiar berita: Kecamatan Mijen yang sudah
menjadi bagian Kotamadya Semarang ini kelaparan.
Dengan sendirinya persoalan pun timbul. Pendek kata Walikota
Hadiyanto membantah kebenaran erita iru. 'Yah, bantuan saya
kirim juga untuk berjaga-jaga, tapi soal kurang makan atau
apalagi ada pra HO nanti dulu," kata walikota. Alasannya untuk
menggolongkan kurang makan atau pra HO harus ada penelitian.
Sudah Selesai Kok
Tentu saja. Tapi menarik adalah cerita Lurah Danang sendiri
kepada TEMPO. Menurut dia baru tahun ini Kecamatan Mijen
diserang wereng. "Saya jujur saja, orang yang biasa makan 3-4
kali sehari lalu hanya 2 kali saja, menurut saya ya kurang
makan," Danang menjelaskan.
Danang, tak kecuali Camat Mijen Sumanto, sempat dipanggil
Walikota. Menurut Hadiyanto lurah-lurah di Kecamatan Mijen
grogi dengan adanya wereng. Lalu cepat membuat laporan. "Sayang
tidak tahu istilah," katanya. Maksudnya "Lha mosok tidak makan
sehari saja sudah dibilang pra HO?
Karena laporan yang salah istilah itu penduduk Mijen mendapat
bantuan beras dari pemerintah kotamadya 3 ton, Departemen Sosial
1,5 ton dan dari kalangan pengusaha swasta 3 ton. Bantuan
dihentikan dua pekan lalu. "Masalahnya sudah selesai, tidak ada
apa-apa kok." Hadiyanto menjelaskan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini