PENDUDUK di sekitar Gunung Lawu boleh sedikit lega. Meskipun
gempa beruntun sejak Desember tahun lalu sampai hari-hari Mei
lalu diperkirakan tidak akan timbul gas beracun seperti di
pegunungan Dieng. Sungguhpun begitu seperti dikatakan Dr
Matahelumual sebagai ketua tim peneliti "kewaspadaan penduduk
tetap diperlukan."
Gempa di sekitar gunung itu dirasakan pertama kali 13 Desember
1978. Terus menerus beberapa kali di akhir tahun lalu itu dan
Januari-Pebruari reda. Tapi Maret, April dan hari-hari di bulan
Mei berkali-kali terjadi lagi. Selama 13 hari pertama Mei itu
menurut catatan di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan tercatat
160 kali getaran.
Di sekitar lereng gunung itu sendiri lebih banyak lagi. "Dalam
24 jam bisa 200 kali," ujar Kusnulwaton penanggung jawab
pemancar penghubung (relay) TVRI Cemorosewu yang berada di
ketinggian 1881 meter di atas permukaan laut. Pemancar teve
hanya terletak sekitar 3,4 Km dari kawah Candradimuka, salah
satu dari 3 kawah besar di Gunung Lawu -- di samping Argodumilah
dan Jobolarangan.
Begitu dekatnya jarak pemancar teve dengan kawah gunung hingga
kerusakan-kerusakan kecilpun terjadi. Bangunan retak-retak
sekitar 25 buah. Sebegitu jauh siaran teve tetap normal. Hanya
saja manakala terjadi getaran bumi Kusnul menjauhi menara sampai
beberapa meter. Ia khawatir menara itu ambruk dan lalu menimpa
dirinya. "Belakangan saya tidak takut lagi," kata Kusnul
"terserah nasib . "
Tanah longsor terjadi di Dukuh Ngluweng Kecamatan Plaosan.
Penduduk menghindar ke desa lain sejauh 3 Km. Bupati Magetan drs
Bambang Koesbandono berusaha menenangkan mereka agar tidak asal
mengungsi. Pertengahan Mei lalu sebagian penduduk ternyata masih
ada yang ketakutan dan betah tinggal di balai desa Sarangan.
Akibat kegiatan Gunung Lawu memang terasa juga di sekitar
Sarangan yang terkenal sebagai obyek wisata itu. Apabila di
bulan pertama tahun ini obyek wisata itu dikunjungi pelancong
sekitar 20 ribu orang, 3 bulan berikutnya hanya 7000 saja.
Akibatnya yang langsung sekitar 50 pengusaha perahu di telaga
Sarangan, 80 pemilik kuda sewaan dan puluhan tukang sate tentu
saja prihatin.
Namun tak kurang sedih nasib pengusaha hotel. Hotel Indah, satu
di antara 6 hotel di dataran berketinggian 1287 meter dari
permukaan laut itu, dua minggu pertama Mei kemarin hanya
menerima tamu 10 orang saja. Menurut seorang pegawainya, di
samping pelancong biasa juga berbagai instansi atau organisasi
selama ini sering mengadakan rapat kerja atau semacamnya di
hotel itu. "Sekarang-sekarang ini kosong," kata pegawal itu
kepada Latif Sunaryo dari TEMPO. Sebegitu jauh Gunung Lawu itu
sendiri, setelah meletus di tahun 1600, masih tergolong tenang.
Artinya sepanjang penilaian terhadap getaran-getaran yang
terjadi belakangan ini belum tentu meletus.
30 Juta M3
Menurut seorang mahasiswa geologi ITB bernama Pudjo Hardjono,
kepada Bupati Magetan sudah dimintakan agar air telaga Sarangan
yang sekarang berjumlah sekitar 30 juta M3 itu dikurangi.
Alasannya, air bisa berfungsi sebagai pelatuk gempa tektonis.
Bagaimanapun penduduk di sekitar gunung itu tidak tenang.
Lebih-lebih setelah ada pengalaman berbagai bencana alam
akhir-akhir ini. Setelah bencana Dieng, menyusul Ile (gunung)
Mandiri. Lalu Merapi. Dan tak kurang penting untuk dicatat,
sementara rakyat beberapa kabupaten di Jawa merasakan kegiatan
Gunung Lawu, penduduk Bali dan Lombok pun Senin malam pekan lalu
digoncang gempa. Di Lombok Barat masjid dan 4 madrasah rusak
berat, 8 rumah roboh, lebih seratus rumah lagi rusak. Juga 14
orang luka-luka termasuk 3 orang yang terbilang parah.
Di Sumatera Barat, sisa-sisa musibah Gunung Merapi 30 April lalu
masih terasa. Sebanyak 535 KK terdiri dari 2000 jiwa harus
hijrah dari tempatnya semula. Di antaranya 137 KK sudah
tertampung di rumah-rumah jatah kaum transmigran di Sitiung dan
di Pesisir Selatan yang kebetulan kosong. Sisanya? "Inilah yang
menjadi problem," kata Gubernur Sumatera Barat Azwar Anas.
Maksudnya kira-kira: biaya untuk itu belum kelihatan. Sementara
rumah-rumah jatah kaum transmigran yang terpaksa dipakai tentu
saja harus difikirkan gantinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini