Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Fakta-fakta Menarik Paus Fransiskus: Cinta Orang Pinggiran hingga Dukung Hak-hak Komunitas LGBTQ+

Paus Fransiskus tak hanya sebagai pemimpin spiritual pemeluk Katolik di dunia, tapi juga pionir yang membawa reformasi bagi Vatikan.

5 September 2024 | 15.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, sedang berada di Indonesia pekan ini. Pemimpin tertinggi gereja Katolik sedunia itu mendarat di Bandar Udara internasional Soekarno-Hatta pada Selasa, 3 September 2024, dan akan kembali melanjutkan perjalanan ke beberapa negara lainnya pada Jumat, 6 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Paus Fransiskus bukan hanya dikenal sebagai pemimpin spiritual bagi 1,3 miliar pemeluk Katolik di dunia, tapi juga pionir yang membawa reformasi bagi Vatikan. Sejak terpilih dalam konklaf pada 2013, Sri Paus telah membuka pintu-pintu gereja Katolik yang sering dianggap kaku dan tertutup. Kebijakannya disebut revolusionernya, namun kadang juga kontroversial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut sejumlah fakta menarik tentang Paus Fransiskus:

1. Sederhana tapi berprinsip kuat

Menurut pandangan Pater Markus Solo Kewuta SVD, staf Dikasteri Dialog Antarumat Beragama di Takhta Suci Vatikan, kepemimpinan Paus Fransiskus menonjol karena sifatnya yang sederhana, rendah hati, dan merakyat, tapi tetap menjunjung prinsip yang kuat.

Ia bahkan menyebut Paus Fransiskus sebagai paus perdamaian, keadilan, lingkungan hidup dan kaum periferi, tokoh pejuang kemanusiaan yang andal serta tak kenal lelah. “Paus Fransiskus memiliki intelektualitas Yesuit, tapi berhati Fransiskan,” ujar Markus kepada Tempo, Sabtu malam, 31 Agustus 2024.

2. Cinta kepada orang pinggiran

Menurut penuturan Markus, meskipun Paus Fransiskus adalah anggota Yesuit yang terkenal akan kekuatan intelektualnya, ia memilih nama Santo Fransiskus Assisi, pendiri Ordo Fransiskan yang terkenal karena kemiskinan, kesalehan, cinta perdamaian, dan integritas ciptaan Tuhan.

Paus Fransiskus menunjukkan kecintaannya kepada orang-orang kecil, lemah, sakit, dan tersingkirkan dengan cara-cara yang belum pernah dilakukan para pendahulunya. Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang membawa masuk patung pengungsi ke Lapangan Santo Petrus serta membangun fasilitas kamar mandi dan toilet untuk para tunawisma di Vatikan.

Markus bercerita, Paus Fransiskus bahkan mengambil waktu khusus setiap tahun pada Kamis Putih, hari sakral bagi umat Katolik, untuk mengunjungi narapidana, pengungsi, pencari suaka, dan orang-orang terlantar. Pada Kamis Putih, seorang pastor biasanya membasuh kaki pelayan gereja dan hanya laki-laki. Ini adalah tradisi pengulangan sebagaimana Yesus membasuh kaki muridnya sebelum wafat.

“Bahkan beliau membasuh kaki mereka dan menciumnya pula,” kata Markus.

Menurut dia, sikap Paus Fransiskus yang rendah hati dan merakyat tercermin dalam tindakan nyata, seperti kunjungannya ke Pulau Lampedusa, Italia selatan-tempat mendaratnya kaum imigran dari Afrika Utara-dan menabur bunga untuk ribuan pengungsi yang kehilangan nyawa di Laut Tengah.

3. Komitmen terhadap perdamaian dunia lintas batas agama dan budaya

Paus Fransiskus juga berkomitmen terhadap perdamaian yang melampaui batas-batas agama dan budaya. Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengangkat prinsip dasar persahabatan dan saling menghargai melalui persaudaraan lintas agama. “Beliau juga paus pertama yang membawa 12 pengungsi muslim masuk Roma,” ujar ahli bahasa Arab dan islamolog asal Flores, Nusa Tenggara Timur, itu.

Penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dokumen Abu Dhabi bersama Imam Besar Al- Azhar pada 2019 menjadi langkah penting dalam usahanya membangun perdamaian dunia. Dokumen tersebut dinilai sangat profetik dan lugas sekaligus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.

4. Konsern terhadap keselamatan dan kelestarian lingkungan alam

Paus Fransiskus juga memiliki perhatian yang besar terhadap keselamatan dan kelestarian lingkungan alam. Hal itu diupayakannya dengan menulis sebuah ensiklik khusus Laudato Si’ pada 2015 yang merupakan ensiklik apostolik atau surat amanat paus pertama yang membicarakan ibu bumi sebagai rumah bersama.

“Di tengah krisis iklim, dokumen ini menjadi bahan rujukan penting,” ujar Markus. Menurut dia, pesan tersebut belum pernah disampaikan para paus pendahulunya. Paus Fransiskus menunjukkan cintanya yang luar biasa terhadap perdamaian, keadilan, rekonsiliasi, persahabatan, dan persaudaraan manusia serta bela rasa.

5. Soroti isu politik dan sosial dunia

Paus Fransiskus turut vokal menanggapi berbagai isu politik dan sosial dunia. Ia acap mengkritik kebijakan yang membatasi hak-hak pengungsi dan imigran, termasuk kebijakan imigrasi Donald Trump, Presiden Amerika Serikat periode 2017-2021. Paus Fransiskus secara terbuka mengecam proyek tembok perbatasan Amerika Serikat-Meksiko yang diusung oleh Trump dan menyebutnya sebagai simbol pemisahan serta eksklusi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Merespons konflik Rusia-Ukraina, Paus juga secara aktif terlibat dalam upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan yang makin panas. Melalui pernyataan publik, doa, dan keterlibatannya dalam dialog internasional, Paus Fransiskus menekankan perlunya rekonsiliasi dan mengutuk kekerasan yang menyebabkan penderitaan.

Dia juga vokal terhadap isu kudeta Myanmar dan berulang kali menyerukan kepada militer Myanmar agar membebaskan para tahanan politik. Ia pun tak segan mengkritik kebijakan pasar bebas yang dianggap gagal mensejahterakan masyarakat. Terbaru, Paus Fransiskus lantang menyuarakan gencatan senjata dalam konflik Palestina-Israel.

6. Dukung hak komunitas LGBTQ+

Paus Fransiskus juga progresif dalam mendukung hak-hak komunitas LGBTQ+. Dia merupakan paus pertama yang mendukung serikat sipil atau legalitas untuk pasangan sesama jenis sekaligus mengkritik undang- undang yang mengkriminalkan homoseksualitas. Paus Fransiskus bahkan menyebut hal tersebut sebagai bentuk ketidakadilan.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan The Associated Press pada 24 Januari 2023. Menurut Paus Fransiskus, Tuhan mencintai semua anak-Nya apa adanya. “Menjadi homoseksual bukanlah sebuah kejahatan,” katanya. Sri Paus meminta para uskup Katolik yang mendukung undang- undang tersebut menerima orang-orang LGBTQ+ ke dalam gereja.

7. Suarakan pembongkaran tembok pemisah fisik dan mental

Menurut Pater Paulus Budi Kleden SVD, Uskup Agung Ende, Flores, Paus Fransiskus pun vokal menyuarakan apa yang menjadi keprihatinan umat manusia, yaitu membongkar tembok pemisah fisik dan mental. Paus mengajak umat meninggalkan zona nyaman, baik secara individu, kelompok, maupun negara, guna merangkul mereka yang terpinggirkan.

“Kita tidak bisa terus menciptakan zona aman yang hanya melayani kepentingan kita sendiri,” kata Budi Kleden kepada Tempo.

8. Akan soroti isu dehumanisasi serta kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak

Dalam kesempatan mendatang, Paus Fransiskus akan membahas tema-tema kritis, seperti dehumanisasi serta kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Menurut Budi Kleden, pesan-pesan yang akan dibawa Paus sangat relevan untuk Indonesia.

“Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak dalam berbagai bentuk, baik verbal, fisik, maupun seksual, merupakan masalah yang mendalam dalam masyarakat kita,” ujarnya.

Paus Fransiskus juga akan menyoroti masalah kerusakan lingkungan. “Ketamakan manusia yang menghancurkan alam hanya untuk kepentingan jangka pendek tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungan adalah masalah kompleks,” ujar pastor yang pernah menjabat superior general SVD atau Serikat Sabda Allah ke-12 itu.

ADINDA JASMINE | KORAN TEMPO

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus