KARANGAN bunga masih menghiasi rumah keluarga sederhana Setia
Pramana. Ucapan selamat atas pengangkatannya sebagai uskup
regional Gereja Katolik Bebas (GKB) masih saja berdatangan.
Pramana, 59 tahun, ditahbiskan oleh Philips Von Kruschstierna,
ketua uskup (semacam paus) GKB 21 Agustus lalu di Gereja St.
Bonifacius, Surabaya. Dan dengan demikian ia menjadi uskup asli
Indonesia kedua, yang mengisi kekosongan sejak jabatan itu
ditinggalkan pendahulu-Indonesianya, J.H.A. Warouw, 1978. Warouw
pindah ke Australia.
GKB memang bukan GKR, Gereja Katolik Roma. Uskup dan pendetanya
boleh menikah. Itu beda yang pertama. Yang lebih mendasar, dalam
soal dasar ajaran, Katolik yang bebas ini mempercayai hukum
evolusi.
Juga hukum karma dan reinkarnasi. Memang, orang bisa tinggal di
surga. Tapi hanya sementara. Seperti dituturkan pausnya kepada
TEMPO di Jakarta, masa kediaman di surga itu hanya 1.000 tahun
-- lama juga, memang. Setelah itu manusia akan lahir kembali ke
dunia, sebagai bayi. Kalau ia hidup baik, nanti ia akan berwujud
lagi dalam lingkungan yang lebih sejahtera, punya kedudukan
baik, dan seterusnya.
Malah hukum seperti itu menyangkut semua ciptaan Tuhan.
Binatang, misalnya, setelah beberapa kali mati akan
bereinkarnasi menjadi lebih sempurna. Yaitu manusia. Karena itu
GKB mengajar umatnya menyayangi para hewan -- dan sedapat
mungkin tidak memakan dagingnya. "Jadi, jika dalam proses
evolusi dan reinkarnasi ini manusia mencapai kesempurnaan, ia
akan kembali ke asalnya, yaitu Allah," kata Uskup Setia Permana,
seorang vegetarian sejak 1962.
Malah sekte yang tersebar di 36 negara dengan 38 uskup itu juga
tidak mengakui neraka. Yang dimaksud neraka adalah kehidupan
serba hina dan sengsara di dunia. Memang, "ajaran GKB merupakan
perpaduan Katolik Kuno dan Hindu," kata 'paus' nya yang berdarah
Swedia itu, seusai memberi sakramen penguatan di Gereja St.
Willibrodus, Jakarta.
Lebih lagi dalam hal teologi penebusan Yesus. GKB, walau
menerima simbol salib, tidak percaya Yesus mati disalib. Juga,
seperti halnya kepercayaan oran Islam, "Yesus datang ke dunia
bukan untuk menebus dosa manusia," kata Setia Pramana. Melainkan
untuk membantu manusia agar bisa hidup lebih sempurna. "Jika
dosa kita ditebus, betapa enaknya menjadi manusia," kata uskup
yang sehari-harinya kasir PT Riung Nusa Chemicals Surabaya dan
berputra tiga orang itu.
Katolik yang 'bebas' ini baru lahir tahun 1916, di Utrecht,
Negeri Belanda. Sebermula adalah Pastor Arnold Harris Mathew
dari Katolik Roma. Memberontak kepada Gerejanya, ia pindah dari
Inggris ke Utrecht dan bergabung dengan James Angell Wegwood,
anggota perkumpulan teosofi dari Gereja Katolik Kuno, GKK. Tapi
Wegwood ini pula yang meminta Mathew -- yang ketika itu sudah
menjadi uskup GKK -- agar penafsiran Bibel dilakukan secara
bebas. Salah satu kuncinya ialah teologi kebangkitan, yang
menyangkut baik kebangkitan Yesus dari kubur maupun kebangkitan
seluruh insan kelak. "Orang yang sudah mati tidak mungkin
bangkit atau hidup lagi," kata Uskup Setia Pramana di Surabaya.
Tapi Mathew menolak -- malah balik lagi ke Katolik Roma. Sedang
Wegwood jalan terus dengan Gerejanya yang baru dan kemudian
menjadi uskup pertama.
Entah karena persambungan dengan GKR itu, seluruh tata ibadat
GKB diboyong dari yang Roma itu. Dalam misa suci, misalnya, imam
membelakangi umat dan menghadap altar yang berkiblat ke timur,
arah matahari yang menjadi sumber terang dan kekuatan. Ini yang
dilakukan Katolik Roma sebelum periode 1960-an. Juga pendeta GKB
dalam ibadat mengenakan pakaian seperti pada GKR. Bahkan pakaian
uskupnya. Sedang tujuh sakramen yang ada dalam Gereja Roma van
tidak diterima oleh sebagian sekte Kristen lain -- diterapkan
pula. Malah mereka juga memasang patung Maria dan punya ibadat
khusus untuk ibu Yesus ini.
Tentu, sekte ini tak bisa diterima oleh Majelis Agung Waligereja
Indonesia (MAWI). "Kami tidak mengenal GKB. Dalam Katolik tidak
ada sekte." Ini kata Dr. J. Riberu, kepala bagian dokumentasi
dan penerangan majelis itu. GKB yang masuk ke Indonesia tahun
1919 itu juga dinyatakan tidak dikenal DGI. "Baru sekarang saya
mendengarnya," kata S.A.E. Nababan dari dewan gereja Protestan
itu. GKB sendiri, menurut Pramana, pernah mencoba bergabung
dengan MAWI atau masuk bimbingan Direktorat Jenderal Bimas
Katolik. "Tapi ditolak," kata sang uskup. Mengapa? "Dalam
Katolik tidak dikenal adanya penyimpangan," kata V. Soekirman,
Direktur Urusan Agama Katolik Departemen Agama. Tapi sekte yang
bermarkas di London itu tetap menamakan diri Katolik. "Katolik
artinya universal," kata Uskup Kruschstierna.
Di segi lain sekte yang tidak mengakui paus ini mungkin
tergolong kelompok yang kurang giat mencari umat. "Kami tidak
memaksa dan mengiklankan diri," kata Von Kruschstierna, yang
salah seorang anaknya memeluk agama Hindu dan tinggal di India.
Karenanya, seperti diakui sang 'paus', perkembangan GKB hanya
seperti jalan siput. Di seluruh dunia umatnya cuma sekitar
20.000 orang. Di Indonesia? Dua ratus dua puluh lima orang,
tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini